Revisi Walimatul ursy PDF

Title Revisi Walimatul ursy
Author Dewiratri Nur'ilmi
Pages 22
File Size 1.8 MB
File Type PDF
Total Downloads 778
Total Views 911

Summary

MAKALAH WALIMATUL ‘URSY Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Munakahat yang diampu oleh dosen : ALI KADARISMAN M.HI Disusun oleh : Kelompok 7 DEWIRATRI NUR‟ILMI NIM. 14220016 YUNI NASRUL LATIFI NIM. 14220019 ALI UMAR RITONGA NIM. 14220026 JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH FAKULTAS SYA...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Revisi Walimatul ursy Dewiratri Nur'ilmi

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

WEDDING RECEPT ION; BASIC LAW AND URGENCY OF DIVORCE Jurnal Mizan UIKA Bogor, Farhan Subhi Fiqh Munakahat Ma'arif A Syafii CONT OH SKRIPSI accu awijaya

MAKALAH

WALIMATUL ‘URSY Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Munakahat yang diampu oleh dosen : ALI KADARISMAN M.HI

Disusun oleh : Kelompok 7 DEWIRATRI NUR‟ILMI

NIM. 14220016

YUNI NASRUL LATIFI

NIM. 14220019

ALI UMAR RITONGA

NIM. 14220026

JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai “WALIMATUL „URSY”. Dimana makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Fiqh Munakahat. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai definisi dari walimatul „ursy, dasar hukum, tata caranya, dan hukum mendatangi undangan walimatul „ursy. Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, penulis masih banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak, maka dari itu , dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak ALI KADARISMAN M.HI selaku dosen mata kuliah Fiqh Munakahat yang memberi tugas makalah ini serta selalu memberikan bimbingan , sehinga penulis mendapat tambahan pengetahuan. 2. Kepada kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan dan mendukung. 3. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurnah , sehingga kritik dan saran akan senantiasa penulis terima demi hasil yang lebih baik untuk karya yang selanjutnya.

Malang, 19 Oktober 2015

Penulis

i

DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………………………………

i

Daftar Isi …………………………………………………………………………………

ii

A. Pendahuluan ………………………………………………………………………

1

1. Latar belakang…………………………………………………………………

1

2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 1 3. Tujuan ………………………………………………………………………….. 1 B. Pembahasan ………………………………………………………………………

2

1. Pengertian Walimatul „Ursy…………. ………………………………………

2

2. Dasar Hukum dengan Dalil ……………….……………………………………. 3 3. Tata Cara mengadakan Walimatul „Ursy….…………………………………..

4

4. Hukum Menghadiri Walimatul „Ursy….………………………………………..11 5. Tips Menghemat Biaya Walimatul „Ursy………….………………………..

13

6. Hikmah Walimatul „Ursy………….…………………………………………. 14 C. Penutup…………. ………………………………………………………………

16

1. Kesimpulan …………………………………………………………………

16

2. Saran…………………………………………………………………………

16

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………… 18

ii

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pernikahan adalah suatu peristiwa yang fitrah, tarbiyah, dan sarana paling agung dalam memelihara keturunan dan memperkuat hubungan antar sesama manusia yang menjadi sebab terjaminnya ketenangan, cinta dan kasih sayang. Setiap ada pernikahan selalu dibarengi dengan resepsi pernikahan (walimatul „ursy), acara semacam itu sudah dianggap lumrah dan telah membudidaya bagi setiap lapisan masyarakat dimanapun tempat tinggalnya, hanya saja cara dan sistemnya saja yang berbeda tergantung adat atau kebiasaan yang berlaku dilingkungan tempat tinggalnya, sedangkan maksud dan tujuan yang terkandung dari mengadakan resepsi pernikahan (Walimatul „ursy) itu tidak lain hanya untuk menunjukkan rasa syukur dan kebahagiaan atas pernikahan yang telah terjadi sebagai rasa bahagia yang dinikmati tidak hanya oleh pengantin laki-laki dan pengantin perempuan saja melainkan bersama handai taulan dan masyarakat di sekitar lingkungan kita.

B. Rumusan Masalah Agar pembahasan masalah dalam makalah ini terarah, maka kami merumuskan masalah-masalah tersebut dengan rincian sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari walimatul „ursy dan dalilnya ? 2. Bagaimana tata cara pelaksanaan walimatul „ursy dalam Islam dan masyarakat muslim ? 3. Bagaimana hukum mendatangi undangan walimatul „ursy ? C. Tujuan Penulisan Untuk mempermudah tercapainya arah serta sasaran yang diharapkan, maka kami merumuskan beberapa tujuan yang hendak dicapai, diantaranya: 1. Menjelaskan pengertian dari walimatul „ursy dan dalilnya. 2. Mengetahui tata cara pelaksanaan walimatul „ursy dalam Islam dan masyarakat muslim. 3. Menerangkan hukum mendatangi undangan walimatul „ursy.

1

PEMBAHASAN

A. Pengertian Walimatul ‘Ursy Walimah berasal dari bahasa arab ( ‫ )الوليمة‬yang artinya adalah Al-Jam‟u yaitu berkumpul, sebab antara suami dan istri berkumpul, bahkan sanak saudara, kerabat, dan para tetangga. Walimah juga berasal dari bahasa arab (‫ )الولم‬yang artinya adalah makanan pengantin, maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan, atau juga bisa diartikan sebagai makanan untuk para tamu undangan atau yang lainnya. 1 Ibnu Katsir, mengemukakan bahwa walimah adalah :

َ‫يَيُصَ َُعَعََ َدَالَعََُرش‬ َ ‫اَلطَ َعا ُمَاَل َذ‬ “Yaitu makanan yang dibuat untuk pesta perkawinan”2 Walimatul „ursy adalah makanan yang dihidangkan berkaitan dengan berlangsungnya akad nikah. Mayoritas ulama menganggapnya sebagai sunnah muakkad (perbuatan yang sangat dianjurkan) berdasarkan sabda Nabi Saw: ”selenggarakanlah walimah walau (hanya) dengan seekor domba)”(HR. Muslim).3 Dalam kamus hukum, walimatul „ursy adalah makanan pesta pengantin atau setiap makanan untuk undangan dan lain sebagainya.4 Sedangkan definisi yang terkenal pada kebanyakan ulama, walimatul „ursy diartikan dengan pesta pernikahan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah atas telah terlaksananya akad perkawinan dengan menghidangkan makanan. Walimatul „ursy dilaksanakan atau diadakan ketika acara akad nikah berlangsung, atau sesudahnya, atau ketika

hari

perkawinan (mencampuri istrinya) atau sesudahnya. Walimatul „ursy juga bisa diadakan menurut adat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.5 Dari beberapa versi mengenai pengertian walimatul „ursy diatas maka jumhur ulama‟ sepakat bahwa mengadakan walimatul „ursy itu hukumnya sunnah mu‟akkad, bukan kategori perintah wajib, karena kandungan makna yang terpenting dari walimatul urusy 1

Tihami, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2009), hlm.131. Tihami, Fikih Munakahat, … hlm.131. 3 Muhammad Bagir, fiqih praktis 2, (Banadung: Karisma, 2008), hlm.74. 4 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Al Ma‟arif, 1993), hlm. 166. 5 Tihami, Fikih Munakahat,…,hlm.131.

2

2

adalah memberikan hidangan makanan kepada masyarakat sebagai wujud kebahagiaan yang diraihnya berupa terlaksananya sebuah pernikahan, dan walimatul „ursy ini tidak berbeda jauh dengan pesta-pesta lainnya. 6 B. Dasar Hukum Walimatul ‘Ursy Semua ulama sepakat tentang pentingya pesta perayaan nikah, meskipun mereka berbeda pendapat tentang hukumnya. Beberapa ulama berpendapat hukum untuk mengadakan walimah pernikahan adalah wajib, sementara beberapa ulama lainnya berpendapat hukumnya adalah sunnah mu‟akad. 7 Agama Islam mengajarkan bahwa perkawinan merupakan peristiwa yang taut disambut dengan rasa syukur dan gembira. Walimah dalam islam tergolong perbuatan yang mustahab (dianjurkan). Walimatul „Ursy memiliki nilai tersendiri melebihi perhelatan yang lainnya, sebagaimana perkawinan itu mempunyai nilai tersendiri dalam kehidupan melebihi peristiwa lainnya.8 Jumhur ulama sepakat bahwa mengadakan walimatul „ursy itu hukumnya sunnah muakkad. Hal ini berdasarkan hadits Rasululah Saw.

ٍ ‫عن َان‬ َ ‫َماَاولم َعلىَزي ب َاولم َبشاةٍ َ(روا‬, ‫َماَاولم َر ُسو ُل َاه َ(ص)َعلىَشي ٍء َمن َنسائ‬:َ ‫س َقال‬ َ )‫البخرىَوَمسلم‬ “Dari Anas, ia berkata “Rasulullah Saw. belum pernah mengadakan walimah untuk istri-istrinya, seperti beliau mengadakan walimah untuk Zainab, beliau mengadakan walimah untuknya dengan seekor kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim). 9

َ )‫ولَاهَ(ص)َان َََُبُدَللعُرسَمنَوليم ٍةَ(روا َاحمد‬ ُ ‫عنَبُريدةَقالَلماَخطبَعلىَفاطمةَقالَر ُس‬ “Dari Buraidah, ia berkata, “Ketika Ali melamar Fatimah, Rasulullah saw, bersabda, “sesungguhnya untuk pesta perkawinan harus ada walimahnya”. (HR. Ahmad).10

َ )‫ان َرسولَاهَ(ص)َاوَلمَعلىَبعضَنسائ َبمدَينَمنَشعيرَ(روا َالبخرى‬ 6

Tihami, Fikih Munakahat,…,hlm.131. Amir Syariffudin, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.156. 8 Amir Syariffudin, Hukum Perkawinan di Indonesia,…hlm.156. 9 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1999), hlm.49 10 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, … hlm.49

7

3

“Rasululah Saw mengadakan walimah untuk sebagian istrinya dengan dua mud gandum.” (HR. Bukhari). Beberapa hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa walimatul „ursy itu boleh diadakan dengan makanan apa saja, sesuai kemampuan. Hal itu ditunjukkan oleh Nabi Saw, bahwa perbedaan-perbedaan walimatul „ursy beliau bukan membedakan atau melebihkan salah satu dari yang lain, tetapi semata-mata disesuaikan dengan keadaan ketika sulit atau lapang.11 C. Tata Cara Pelaksanaan Walimatul ‘Ursy dalam Islam Dalam pelaksanaann walimatul „usry ada beberapa cara yang dianjurkan oleh Islam. Tata cara pelaksannaannya dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Hendaknya mengadakan walimahnya semampunya dan tidak berlebihan sehingga memberatkan diri.12 Islam mengajarkan kepada orang yang melaksanakan pernikahan untuk mengadakan walimatul „ursy, tetapi tidak memberikan bentuk minimum atau bentuk maksimum dari walimatul „ursy. Hal ini memberi isyarat bahwa walimatul „ursy

itu

diadakan

sesuai

kemampuan

seseorang

yang

melaksanakan

perkawinannya, dengan catatan, agar dalam pelaksanaan walimatul „ursy tidak ada pemborosan, kemubadziran, leih-lebih disertai dengan sifat angkuh dan membanggakan diri.13 Sebagai perbandingan dikemukakan beberapa bentuk walimatul „ursy yang diadakan di zaman Rasulullah Saw, seperti disebutkan dalam hadits berikut:

َ‫َياَعائشةَماَكان‬:َ)‫َفقالَال بيَ(ص‬.َ‫عن َعائشةَانهاَزافتَامراةَالىَرجلَنَاأنصاري‬ َ )‫َفإنَاأنصارَيعجبهمَاللهوَ(روا َالبخاريَوَاحمد‬,َ‫معكمَمنَلهو‬ “Dari „Aisyah, setelah seorang mempelai perempuan dibawa ke rumah mempelai laki-laki dari golongan Anshar, maka Nabi Saw. bersabda “Ya „Aisyah, tidak adakah kamu mempunyai permainan, maka sesungguhnya orang Anshar tertarik pada permainan.” (HR. Bukhari dan Ahmad).

11

Tihami, Fikih Munakahat,…,hlm.132. Ahmad Hatta dkk, Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim, (Jakarta:Maghfirah Pustaka,2013) hlm.267 13 Tihami, Fikih Munakahat,…,hlm.137.

12

4

2. Mengundang keluarga, tetangga dan sahabat yang dikenal untuk menghubungkan tali silaturahmi. Diutamakan mengundang orang-orang yang baik dan shalih. Rasulullah bersabda, “Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang beriman. Dan janganlah memakan hidanganmu kecuali orang yang bertakwa.” (Adu Dawud, At-Tirmidzi) 14 3. Jangan hanya mengundang orang-orang kaya dan melupakan orang miskin, karena itu termasuk perbuatan yang dibenci. Rasulullah bersabda, ”makanan paling buruk ialah makanan yang disuguhkan saat walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya dan melupakan kaum miskin. (Shahih Bukari dan Muslim) 15 4. Dilarang mengisi walimah dengan kegiatan dan acara-acara yang mengundang maksiat dan melanggar perintah Allah.16 5. Wajib menghadiri walimah bagi yang diundang jika tidak ada halangan (udzur syar‟i)17 6. Memisahkan tempat untuk undangan laki-laki dan undangan perempuan. 7. Tidak memamerkan pemerian kepada calon istri, memakai pakaian pesta yang membuka aurat, atau pakaian yang berlebihan , baik pengantin maupun undangan.18

Adapun pandangan Manhaj Salaf

tentang proses dan tata cara pelaksanaan

walimatul „ ursy yang menyimpang dari ajaran agama Islam di zaman modern adalah sebagai berikut: a. Seputar pelaksanaan walimatul „ursy i.

Wanita bermake-up (tabarruj) Bagi pengantin wanita dan tamu undangan yang wanita dilarang berlebihlebihan

dalam

memakai

make-up

karena

make-up

(tabarruj)

ialah

mengungkapkan atau menunjukkan kecantikan wajah. Baik kecantikan itu di bagian wajah atau pada anggota-anggota badan yang lain. Al-Bukhari pernah berkata, “tabarruj adalah seorang wanita yang memperlihatkan kecantikan

14

Ahmad Hatta dkk, Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim, hlm.267 Ahmad Hatta dkk, Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim, hlm.267 16 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, … hlm.51 17 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, … hlm.50-51 18 Ahmad Hatta dkk, Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim, hlm.267

15

5

wajahnya.” Untuk menjaga kehormatan, seorang wanita yang telah berakal lagi balig hendaklah ia menghindarkan dirinya dari make-up (tabarruj).19 ii.

Nyanyian dan hiburan dalam walimatul „ursy Hiburan tersebut maksudnya adalah pada batasan-batasan yang Islami, akan tetapi, bila mengeksploitasi kekejian yang mengandung birahi dalam hiburan dan nyanyiannya maka haram hukumnya. 20

iii.

Bercampurnya wanita dan pria (ikhtilath) Biasanya, dalam sebuah resepsi pernikahan yang baik, menata komposisi antara undangan laki-laki dan perempuan dengan cara tidak mencampurnya. Hal ini untuk menghindari “zina mata” dan “zina hati”. Hal ini berdasarkan firman Allah:

َ ‫وََتقربواَالزنىَإن َكانَفحشةَوساءَسبيا‬ Artinya: “Janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya hal ini adalah perbuatan kotor dan keji. (QS. Al-Isra‟:32) Islam sangat preventif sekali dalam menanggapi zina. Islam tidak saja melarang perbuatan zina, melainkan juga melarang segala perbuatan yang mendekati zina, diantaranya menyuruh laki-laki menundukkan pandangan terhadap wanita:

َ ‫قلَللمؤم ينَيغضواَمنَأبصر مَويحفظواَفروجهم‬ Artinya: “katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menundukkan sebagian pandangannya dan menjaga kemaluannya. (QS. AnNur: 30) Maksud dari ayat diatas, kita harus bisa membatasi pandangan kepada lawan jenis yang bukan mahromnya sehingga gejolak nafsu seks dapat kita redam dan kita kendalikan. Berdasarkan pemahaman diatas, perilaku zina dalam pandangan Islam tidak terbatas pada terjadinya persetubuhan antara laki-laki dan wanita yang bukan istrinya. Akan tetapi pandangan mata terhadap lawan jenis yang bukan mahromnya pun termasuk perbuatan zina: Dua mata itu bisa berzina, dan zinanya adalah melihat (yang bukan mahromnya).(HR. Bukhari).

19 20

Mufti Mubarok, Ensiklopedi Walimah, (Surabaya: PT. Java Pustaka Media Utama, 2008), hlm. 28. Mufti Mubarok, Ensiklopedi Walimah, …..hlm. 28.

6

Hendaknya tempat untuk tamu undangan dipisah antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dimaksudkan agar pandangan terpelihara, mengingat ketika menghadiri pesta semacam ini biasanya tamu undangan berdandannya beda dan tak jarang pula yang melebihi pengantinnya.21 iv.

Standing party (makan sambil berdiri) Menyuguhkan makanan sambil berdiri dan tidak menyediakan tempat duduk untuk makan dilarang oleh Islam. Alasannya, ajaran Islam mempunyai tata cara yang sopan, yaitu bila mana seseorang makan atau minum haruslah duduk dengan baik.22

v.

Hanya mengundang orang-orang kaya saja Rasululah Saw. bersabda :

َ‫َشرَالطعامَالوليمةَيم عهاَمنَيأتهيهاَويدعىَاليها‬:َ‫عنَ ابىَ ريرةَانَرسولَاهَ(ص)َقال‬ َ َ)‫منَيأَبا اَومنَلمَيجبَالدَعوةَفقدَعصىَاهَوَرسول َ(روا َمسلم‬ “Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda, “makanan yang paling jelek adalah pesta perkawinan yang tidak mengundang orang yang mau datang kepadanya (miskin), tetapi mengundang orang yang enggan datang kepadanya (kaya). Barangsiapa tidak menghadiri undangan, maka sesungguhnya ia telah durhaka kepada Allah dan Rasulnya.” (HR. Muslim). 23 b. Seputar biaya Walimatul „ursy Biaya pernikahan yang tidak boleh dan menyimpang dengan ajaran Islam adalah apabila pernikahan tersebut dilangsungkan secara berlebih-lebihan, bermegah-megahan, serta memaksakan diri dengan berhutang kepada orang lain dan saling membangga-banggakan diri atas pernikahan yang mewah tersebut. Bentuk penyimpangan seputar biaya walimatul „ursy adalah sebagai berikut: i.

Tradisi berlebih-lebihan ini bukan tradisi umat Islam bahkan tradisi ini di ambil dari umat Nasrani pada tata cara pernikahan mereka. Dan merupakan hal yang telah maklum bahwa tidak diperkenankan menyerupai orang-orang kafir berdasarkan sabda Nabi: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk darinya.”(HR. Abu Daud).

Mufti Mubarok, Ensiklopedi Walimah, …. hlm. 28. Tihami, Fikih Munakahat,…,hlm.144-145. 23 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, … hlm.50

21

22

7

ii.

Mubazir dan sikap berlebih-lebihan dalam menyiapkan tradisi ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Islam adalah agama yang pertengahan, tidak berlebihan dan tidak pula dikurangkan. Tidak memaksakan sesuatu yang tidak kita mampu, dan tidak melarang selama kita masih mampu selama masih dalam batas kewajaran. Allah SWT berfirman :

َ ‫وُكلُواَواشربُواَوََتسرفواَان َََيحبَالمسرفين‬ “ makan dan minumlah, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya allah tidak menyukai orang yang berlebihan. “ (Al-A‟raf: 31) Hal ini memberi isyarat bahwa walimah itu diadakan sesuai dengan kemampuan seseorang yang melaksanakan perkawinannya, agar dalam pelaksaan walimah tidak ada pemborosan, kemubaziran, berlebih-lebihan serta menimbulkan sifat angkuh dan membanggakan diri.24 c. Seputar tamu undangan Adab bagi tamu undangan adalah sebagai berikut : i.

Menghadiri undangan walimah apabila dia diundang.25 Rasul bersabda:

‫اَدعيَأح ُد ُكمَإلىَالوليمةَف ليأتها‬ ُ ‫إذ‬ ”Apabila kalian diundang pada acara walimah, maka datangilah” (HR Bukhari Muslim). Namun jika situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk hadir (misal yang mengundang berlainan provinsi yang untuk kesana butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit, atau kita sedang sakit), maka ucapan dan doa melalui telepon dan sms atau media lain diperkenankan. Memenuhi undangan walimah hukumnya wajib, meskipun orang yang diundang sedang berpuasa. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallaahu „alaihi wa sallam:

َ.‫َوإن َكان َصائ ًماَف ليُصَ ّل‬,‫َمفط ًراَف ليطعم‬ ُ ‫إذ‬ ُ ‫َفإن َكان‬,‫اَدعي َأح ُد ُكم َإلىَطع ٍام َف ليُجب‬ َ‫ي ع ىَال ُدعاء‬ “Apabila seseorang dari kalian diundang makan, maka penuhilah undangan itu. Apabila ia tidak berpuasa, maka makanlah (hidangannya), tetapi jika ia 24 25

Tihami, Fikih Munakahat,…,hlm.146-147. Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, … hlm.50

8

sedang

berpuasa,

maka

hendaklah

ia

mendo‟akan

(orang

yang

mengundangnya)”. (HR. Muslim)26 ii.

Berpakaian rapi dan sopan serta tetap menutup aurat bagi wanita dan tidak berlebih-lebihan dalam berhias.

iii.

Tidak mengajak orang yang tidak diundang oleh tuan rumah. Namun bagi mereka yang tidak diundang diperbolehkan meminta ikut kepada yang diundang

tersebut,

selama

diperkirakan

bahwa

tuan

rumah

akan

mengijinkannya. iv.

Tidak sekedar untuk memuaskan nafsu perut, tetapi harus diniati untuk mengikuti perintah syari‟at, menghormati saudaranya, menyenangkan hatinya, mengunjunginya dan me...


Similar Free PDFs