Risalah Perindu Bisu PDF

Title Risalah Perindu Bisu
Author Dream Litera
Pages 95
File Size 507.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 153
Total Views 263

Summary

Antologi Puisi Risalah Perindu Bisu Rasulullah “Surat-surat yang Tertulis dalam Riuh Kebisuan” Antologi Puisi Risalah Perindu Bisu Rasulullah “Surat-surat yang Tertulis dalam Riuh Kebisuan” Penulis: Para Peserta Lomba Cipta Puisi Gebyar Isra Mikraj 2017 oleh: Himpunan Mahasiwa Jurusan Bahasa dan Sas...


Description

Antologi Puisi

Risalah Perindu Bisu Rasulullah

“Surat-surat yang Tertulis dalam Riuh Kebisuan”

Antologi Puisi

Risalah Perindu Bisu Rasulullah

“Surat-surat yang Tertulis dalam Riuh Kebisuan”

Penulis: Para Peserta Lomba Cipta Puisi Gebyar Isra Mikraj 2017

oleh: Himpunan Mahasiwa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Antologi Puisi

Risalah Perindu Bisu Rasulullah Surat-surat yang Tertulis dalam Riuh Kebisuan ©Dream Litera Buana Malang 2017 96 halaman, 14 x 21 cm. ISBN: 978-602-1060-95-7 Penulis: Para Peserta Lomba Cipta Puisi Gebyar Isra Mikraj 2017

Diterbitkan oleh: CV. Dream Litera Buana Email: [email protected] Website: www.dreamlitera.com Anggota IKAPI No. 158/JTI/2015 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan pertama, Agustus 2017 Distributor: Dream Litera Buana

Sebagai alumni Universitas Islam Negeri (dulu masih STAIN) Malang, saya bangga kini sudah mulai ada tradisi menulis karya sastra di kalangan mahasiswa. Salah satunya karya yang berupa kumpulan puisi berjudul Risalah Para Perindu Bisu Rasulullah SAW ini. Saya yakin puisi yang termuat dalam buku ini adalah puisi yang bagus dan layak dibaca. Karena puisi-puisi tersebut merupakan hasil seleksi dari lomba puisi yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Tentunya puisi-puisi yang dimuat sudah melalui prose pemilihan yang mendalam. Melalui buku kumpulan puisi ini diharapkan bisa memacu para penulisnya untuk terus berkarya menjadi lebih baik lagi. Selain itu, juga bisa memancing para mahasiswa yang lain untuk semakin berani dalam menulis karya sastra. Sebab, selama ini di UIN Malang bisa dibilang masih minim sekali karya sastra yang dilahirkan. Padahal, di kampus tercinta ini ada jurusan bahasa dan sastra baik Arab maupun Inggris. Soal tradisi menulis ini, saya sempat berdiskusi dengan anakanak Sastra Arab UIN Malang. Saya hanya mengatakan begini; Kalau mahasiswa bahasa dan sastra tidak menulis, lalu apa yang dibanggakan? Menurut saya, salah satu goal dari kuliah di jurusan bahasa dan satra itu adalah bisa menulis. Jika memang tidak bisa menulis karya sastra, ya paling tidak bisa menulis yang lain. Misalnya menulis opini, esai, atau paling tidak bisa menulis naskah khutbah Jumat. Lha kalau anak mahasiswa bahasa dan sastra tidak bisa menulis, lalu apa istimewanya?

Saya yakin, sebenarnya banyak potensi yang tersimpan di bidang sastra di UIN Malang. Namun, bisa jadi mereka masih belum percaya diri untuk menuliskan karyanya. Karena mungkin merasa karyanya masih jelek. Nah, jika memang kondisinya demikian, saran saya perlu digalakkan diskusi-diskusi yang membahas tentang sastra. Saling menulis, lalu saling menilai dan mengkritisi. Insyaallah dari situ akan lahir tradisi intelektulitas yang mampu melahirkan karya yang bagus. Karena, sebenarnya, dengan adanya karya sastra dari para mahasiswa UIN Malang ini juga bisa dijadikan sebagai salah satu materi kuliah. Karya tersebut bisa untuk kajian dalam kritik sastra. Karena selama ini yang dipelajari mahasiswa di kampus selalu karya dari luar dan boleh dibilang itu-itu saja. Boleh dong, karya anak UIN dijadikan sebagai salah satu materi untuk kritik sastra. Untuk itu, saya sangat berharap akan lahir banyak karya sastra lainnya, baik itu puisi, cerpen, novel, karya-karya esai dan karya populer lainnya. Sehingga kelak, UIN akan menjadi salah satu kampus yang diperhitungkan dalam jagad sastra nasional dan internasional.

Kholid Amrullah Redaktur Jawa Pos Radar Malang

Pedoman Transliterasi Arab-Latin 1. Konsonan

‫ا‬

a

‫خ‬

kh

‫ش‬

sy

‫غ‬

gh

‫ن‬

n

‫ب‬

b

‫د‬

d

‫ص‬

sh

‫ف‬

f

‫ه‬

h

‫ت‬

t

‫ذ‬

dz

‫ض‬

dh

‫ق‬

q

‫و‬

w

‫ث‬

ts

‫ر‬

r

‫ط‬

th

‫ك‬

k

‫ء‬



‫ج‬

j

‫ز‬

z

‫ظ‬

zh

‫ل‬

l

‫ي‬

y

‫ح‬

ĥ

‫س‬

s

‫ع‬

`

‫م‬

m

2. Vokal Vokal Tunggal Tanda Latin a -َ-ِ-

i

-ُ-

u

Vokal Rangkap Tanda Latin ay ‫ ى‬-َ‫ ْو‬-َ-

aw

Vokal Panjang Tanda Latin â ‫ ا‬-َْ‫ ى‬-ِ-

î

‫ ْو‬-ُ-

û

3. Tasydid (Syaddah) Dilambangkan dengan huruf ganda: ّ‫ َرب‬: rabbi tasydid dengan penumpukan konsonan, bila diperlukan maka disisipkan tanda (-)

1

2

Daftar Isi A Ar-Rahman ---- #7 Atas Nama Rindu untuk Kanjeng Nabi ---- #8 Ahli Salawat ---- #9 Angkasa Padang Pasir ---- #10 Ambisi Pencintamu ---- #12 Al-Musthofa ---- #13 C Cinta Sebatas Salawat ---- #15 Cahaya Abadi dari Surga ---- #16 Cahaya Surga ---- #17 Cahaya ---- #18 Cahaya Menuju Surga Ilahi ---- #19 D Derap Langkah Sang Pejalan ---- #21 Di bawah Rumah Kayu ---- #23 Dunia Telah Bercahaya! ---- #24 Derita Para Perindu ---- #26 Daku Bercerita ---- #27 H Harmoni Cinta sang Pemuji ---- #28 3

Hening ---- # 29 Hidupku Hanya untukmu ---- #31 Hinaku Merindumu ---- #32 I Indah Rencana Rahasia Tuhan ---- #33 J Jejak Ufuk Rasulullah ---- #34 K Kasidah Nabi ---- # 36 Kurir Tuhan ---- #37 Kharujnya Nabi Muhammad ---- #38 L Liwa Penggiat ---- #40 M Merindukanmu, Tapi Aku Malu ---- #43 Muhammad Rasulullahku ---- # 44 Muhammadku ---- #46 Meminjam Rasa ---- #47 P Pemain Kartu ---- #49 Pelita Akhir Zaman ---- #50 Pesan Rinduku ---- #52 R Rasulullah, Figur Sempurna ---- #53 Risau Purnama Sya’ban ---- #56 4

Revolusi Hakiki ---- #57 Rasul Kami ---- #58 Rindu Sahabatmu dan Rinduku ---- #59 Rindu Nama Itu ---- #62 Rasulku Sang Pembangkitku ---- #64 Rasulullah, Aku Merindukanmu ---- #65 Rinduku Muhammadku ---- #66 S Sajakkku di Bulan Rajab ---- #67 Sinar Cahaya, Teladan Dunia ---- #69 Sang Pemimpin Dambaan ---- #70 Sajak-Sajak Rasul ---- #71 Sang Pengutus Umat ---- #72 Seruan Revolusi Patriot Pengabdi Nabi ---- #73 Salam Para Asyiqal Mustafa ---- # 74 Sabda Nabi dalam Mimpi ---- #75 Siapakah Dia? ---- #77 Saksi Rindu ---- #80 T Telah ---- #81 Tasbih Rindu ---- #82 Tersimpan Rindu ---- #83 Teriakanku Pada Purnama ---- #84 Teladan Nyata Pembangun Asa ---- #86 Y Yang Tercinta ---- #88

5

6

Ar- Rahman Oleh: Ilma Zulfa Tubuhku bergetar seakan-akan membisu Mulut kotorku tidak pantas menyebut namaMu Keindahan dunia menjelma bak raungan menerkam Menerkam, mencengkeram tubuhku Menjauhkanku kepadaMu Pandanganku? Panah mata setan menghantui pandangan mataku. Pendengaranku? Suara Iblis bersatu membalut tubuh mungilku, Yâ Allah. Apa yang aku lihat? Aku dengar? Dan aku rasakan? Dalam hening malam aku bermunajat Sepi. Kukatakan aku rindu padaMu Kulantunkan syair kupuja asmaMu Kuuntaikan selawat untuk Nabiku Namun, tidak bersua Jibril atau malaikat lainnya Aku hanya setitik noda yang tak bermakna Naungan kalam bergema Yâ Allah Yâ Rasulullah Aku pasrah dan berdoa.

7

Atas Nama Rindu untuk Kanjeng Nabi Oleh: Siti Ramlah Tengah malam yang entah aku terbangun Oleh satu puisi tak kubayangkan Aku termenung di balik jendela Menghembuskan nafas amat perlahan Ada hal yang tak pernah mampu aku ungkapkan Lantaran getar di balik kata-kata begitu memilukan Kanjeng, seindah namamu di langit Yang paling bercahaya di antara bintang dan bulan Aku ingin terbang setinggi rindu Bersama sejuta air mata yang menusuk jantungku Akan kubayangkan tanganmu terus mengusap pundakku Dan menyuapi jiwaku yang kurus dengan selawat Duhai, akhlakmu yang indah Meski banyak kebencian paling menyesakkan berdatangan Kau menyambutnya dengan Alquran dan berbagi keindahan Bahwa esok, ada kedamaian yang sangat dibutuhkan Lantaran aku di sini, seringkali melupakan semua luka-lukamu Dan kini, aku ingin membuang semua duri-duri di dalam hatiku Biarkan aku menggenggam Islam dengan perjuangan Semoga kita, bertemu pada suatu hari nanti.

8

Ahli Shalawat Oleh: Malfin Hasanah Aku dengar banyak kicauan Aku lihat banyak gerakan Mereka bilang itu sunah Mereka bilang itu bidah Aku lihat banyak pemberontakan Aku dengar banyak pejihad Mereka bilang itu makruf Mereka bilang itu mungkar Aku ikuti kata hati yang tidak aku pahami Aku melangkah di antara orang yang berparas alim Aku ikuti langkah kaki yang tidak aku pahami Aku duduk di antara orang yang bersikap tawaduk Mereka menggema dan aku ikut menggema Hatiku bergetar bak bumi yang retak Air mataku mengalir di kedua pipi Dan aku mulai mengerti selawatku atasmu Rinduku akan hadirmu Dan amalku dari sunahmu Yâ Rasulullah Yâ Habibullah.

9

Angkasa Padang Pasir Oleh: Miftahul Hanifah Qohar Cakrawala bergeser memindahkan remang mentari Sudut-sudut rumah dinyalakan Bilik-bilik menutup diri, bergegas menjawab panggilanNya Derap langkah membawa debu pasir, hangat senja serta dingin suhu pelan-pelan menyelimuti Tanpa janji seluruh insan berseragam cahaya Ruang agung itu penuh dengan barisan putih Ah, indah Sangat indah Tua, muda, adam, dan hawa Semua berada di tempat yang sama, menjadi makmum di setiap waktu Wahai kekasih. Izinkan aku bercerita tentang hari ini Memang tidak dapat disamakan, saat bersamau Ketika cakrawala menghitam, bukan lagi barisan putih di ruang agung Bukan lagi insan berseragam cahaya Bukan pula senyum pesona di setiap datang 5 waktu terindah Bukan Bukan Bukan Bukan aku menutup mata atas fenomena semesta Bukan aku menutup telinga ketika mulut mereka berbusa dusta Bukan aku pura-pura tidak tau Aku hanya sedang berpikir Bagaimana membuatnya kembali seindah jingga, di mana zikir 10

sudah menjadi gizi setiap hari Dan lagi, ketaatan mereka padaMu Kecintaan terhadap segala akanmu Wahai kekasih aku rindu Aku rindu Aku rindu Berharap kutemui lagi angkasa padang pasir, meskipun aku di bumi berair Kekasihku Pelan-pelan aku mendengar syair indah gambarkan sosokmu, rinduku membuncah, rinai hujan pindah dimataku Sungguh aku rindu, bukan hanya pada keindahan langit malam, hangat suhu bumi Timur atau apapun itu Yang aku rindu adalah bersamamu Bersama syafaatmu di janah nanti.

11

Ambisi Pencintamu Oleh: Firdha Jauharotun Nisa’ Bak rembulan indah sinarnya Pelita di kegelapan malamnya Duhai engkau pujaan Nabiku, hadirmu kuimpikan Yang berjubahkan kebaikan Laksana cahaya di kegelapan Pedangmu mempersatukan hamba sahaya Umat sedunia Yâ habibi Pelitamu menuntun hati yang rapuh ini Menghentak naluri, menggoncang isi bumi Kau dalam qalby, penyantun akhlak suci Wahai, engkau rasul Ilahi Sabdamu menyelaraskan dunia surgawi Berirama langkahku menyusuri suara hati Engkau, wahai khataman Nabi Menyeru, membentangkan cahaya pelita sebagai suri Rindu pencintamu menderu Mengagungkan selawat untukmu Dalam angan kami mendambamu Ingin kukecup tangan muliamu Dengan kucuran keberkahanmu Wahai sang Nabi Cahayamu tidak akan pernah redup hingga ujung waktu.

12

Al-Musthofa Oleh: Diana Maryam Yâ Rasulullah Kuingin seperti Yahudi itu Jauh dari Syam ke Madinah Untuk menemuimu yang telah wafat Dan ikut wafat penuh martabat Yâ Rasulullah Kuingin seperti Julaibib Manusia dengan fisik pelit Hidup tanpa gubris Yang engkau pinangkan seorang cantik Untuk menemani jasad sang syahid Yâ Rasulullah Kuingin seperti Aisyah Bermain penuh tawa Bercumbu indah syurga Bermanyun buah manja Bersama pemilik syafaat Yâ Rasulullah Seperti halnya Ka’b al-Alkhbar Kubaca riwayat sang mukhtâr Makkah tempat kelahiran Madinah kemudian Penguasa hingga Syam Nabi akhiruz zamân 13

Wahai Nabi termulia Selawat manusia, malaikat, bahkan Ilah Layaknya bulan yang terbelah Atau Alquran mukjizat barokah Dan, inilah kami umat kurang ajar Bersimpuh setengah sadar Menengadah berharap syafaat Shallu ‘alan nabiyyil Mushthafa

14

Cinta Sebatas Shalawat Oleh: Rizka Izzani Maulania Sang Murabby Pikiran ini tidak bisa bayangkan Jika seandainya, raga, jiwa dan tauhid ini Hidup dizamanmu Predikat imankah yang melekat? Atau justru kafirkah yang menyumbat? Kekasih Rabb-ku Bersyukur kuhidup di zaman ini Kemenangan islam telah jelas di depan mata Aku pun tidak lagi bimbang lagi benci Layaknya Khalifah Umar bin Khatab Yang hampir saja membunuhmu. Wahai bulan purnama seluruh umat Benar namamu selalu tersebut dalam ibadah umatmu Sautan shallu ‘alaihi keras kami derukan Saat terdengar suaramu disebut Namun, kami umatmu tidak sadar Hanya selawat, iya hanya selawat Yang nampak kami terapkan Mengenal sejarahmu, bahkan mengamalkan sunahmu Hanya sekedar berstatus asasi Yang dibungkus ke dalam sebuah cinta Bertuliskan “CINTA BELAKA”.

15

Cahaya Abadi dari Surga Oleh: Dzulkifli Aku merindu bagai mungguk Yang tidak tahu harus merangkak ke mana Aku selalu mencari-cari dikau wahai Baginda Terseret-seret oleh bisikan setan Terhanyut dalam lautan kegelapan Yang selalu mengintai dari belakang Seakan-akan akan mengekang dan menerkam bayang Gelap selalu menyerang Disaat hati dan jiwa mulai mengambang Aku merindukan cahayamu Yah. cahaya sucimu wahai ‘amirul mu’minin.

16

Cahaya Surga Oleh: Nahdliyatul Mahmudah Kubuka kelopak mata ini perlahan Memandang luas tanpa tapal batas Ilalang menjadi saksi bisu Alam semesta bertasbih Insan dunia bersorak gembira Hadirnya dinanti umat Menghancurkan lorong kegelapan Membawa secerca cahaya suci Diri ini menghamba santun Kedua tangan menengadah anggun Selawat kulantunkan syahdu Demi syafaat Ilahi Rabbi Yang dititipkan padanya Anganku tinggi melambung Impianku tergores sempurna Surat kecilku untuk Tuhan Dengarkan ronta kalbuku Penuhi hasratku untuk dapat bersua Memohon dalam sepertiga malamMu Pertemukan aku dalam surgaMu Surga kami para umat Muhammad.

17

Cahaya Oleh: Sidiq Ahmad Habibi Bermata namun tidak melihat Bermulut namun tidak berkata Bertelinga namun tidak mendengar Berhati namun membeku Berkaki namun berdiam diri Siang namun gelap, kosong, hampa Dan saat Engkau mengirimkan sosok muliaMu ke muka bumi ini Semuanya berubah Ketika yang baik dan buruk ditunjukkan, maka menjadi mengerti Ketika benar dan salah diperlihatkan, maka menjadi paham Ketika surga dan neraka digambarkan, maka menjadi waspada Ketika Sang Nabi bersabda, maka benang yang kusut terurai sudah Tiada puji yang dapat terucap Tiada sanjungan yang dapat tersebutkan Tiada kebahagiaan yang lebih sempurna Selain kehadiran Nabi Muhammad SAW dengan segala karuniaNya.

18

Cahaya Menuju Surga Ilahi Oleh: Fitria Nur Aini Pancaran cahayamu memberikan makna indah dalam naungan peradaban Kau terangi kegelapan ketika mentari kembali keperaduannya Kau sungguh berarti Tanpamu, malam ini gelap gulita Warna indah tidak akan mampu ku tatap Goresan tinta tidak akan bermakna Bumi pertiwi tidak dapat kunikmati dengan rasa syukur Karenamu kumampu menelusuri jalan setapak Karenamu duniaku penuh makna Kau berikan petunjuk arah menuju keridaanNya Hadirmu bagaikan mentari penyelimut dingin Merangkul umat dengan penuh ketabahan Meski cobaan menghadang Kobaran semangat tidak pernah padam Tulus ikhlas kuteladani Sungguh mulia akhlak nan budi pekerti Tetap melangkah tidak pernah berhenti Meskipun ujian bertubi-tubi Namun engkau tetap percaya diri Menegakkan pondasi keadilan Sang Ilahi Rabbi

19

Kami, umatmu berusaha bangkit dari padamnya ilmu Karena petunjuk darimu Mengetuk sanubari setiap kalbu Berlomba mencari syafaatmu Berharap dan senantiasa berdoa Bertemu denganmu di surga Menjadi umat yang mulia.

20

Derap Langkah Sang Pejalan Oleh: Annisa’ul Afidah Kesedihan di padang Karbala, masih menyisakan duka yang lunta Setiap hari bertikai pangkai tidak pernah usai Malamnya, bintang kemintang enggan cemerlang dan langit redam terbelam membelah kesunyian Tangis perempuan dan bayi mungil tak bernoda runtuh rimpuh dilahap para pemburu bagai belenggu yang datang tidak berlagu Tapi rindu kebangkitan adalah resonansi yang mengulur waktu, kelewat panjang setelah duka tangis saling bercumbu meruntuhkan derap langkah yang memburu Di suatu malam yang menang terdengar kidung selawat digetarkan, menjulang sampai ke awan menembus labirin cinta di altarNya “Perjuangan belum berakhir, kawan” seru pimpinan manusia yang berserakan di bumi, di pelataran, di musala-musala, di langit-langit, meronta, bersemangat menukil cinta kepada rasulNya Menggemakan rindu yang berwindu mengendap di kedalaman kalbu Derap langkah yang dahulu lugu kini bergempita di lubuk paling gemuruh 21

Meniupkan ruh-ruh Mengembuskan nafas yang tangguh Kidung selawat ditembangkan bak pelengkap jejak kaki menuju perjalanan paling dicinta, perjalanan ke surgaNya.

22

Di bawah Rumah Kayu Oleh: Alfi Manzilatur Rokhmah Kekuatan akal manusia bisa menalar apapun di dunia ini Tak terkecuali agama Ada masa manusia tak percaya dengan wahyu Karena baginya setiap hal adalah metafisika Islam, agama samawi Dibawa Nabi Muhammad, Laki-laki pilihan, diutus Allah sebagai khalifah di muka bumi Untuk menyebarluaskan ajaran Allah Risalah kebenaran beliau tebar kesana-kemari Untuk mendapatkan pengikut Yang ia tuntun agar berada di jalan benar Sembari meninggalkan adat istiadat jahiliah Islam di era sekarang Bukan Muhammad penyebar risalah Melainkan ada manusia yang dianugerahi Allah untuk berjihad Kembali menegakkan kejayaan islam di masa silam Islam semakin mengalami peradaban dengan Alquran dan sunah Waktu di mana Islam kembali bangkit setelah masa kerajaan Turki Utsmani Dengan tekad kuat Islam mampu melanglang buana hingga ke pelosok dunia Hanya untuk meninggalkan jejak syariat Islam kontemporer.

23

Dunia Telah Bercahaya! Oleh: Qurrota A’yun Dunia telah bercahaya! Serupa perjalanan mentari yang mengelilingi Sedari fajar menuju senja dengan gradasi Bahkan cahaya kemerahan belum semburat di timur yang mengundang embun Perjalanan semesta menekuri dunia lampau dan kini telah terlewat begitu saja Dan pelajaran serta wahyu-wahyu dengan cahaya telah tertitah lewat dirinya, Sang Mulia. Kemudian tersebutlah 5 perintah dari ingatan sejelas pagi yang menyibak tirai malam Membawa titah dan cinta yang meluap pada insan seisi semesta Dunia telah bercahaya! Meski jarum terus tawaf tiada henti bersamaan rotasi angkasa yang tiada letih Jiwa-jiwa beterbangan ringan dan menghilang jasadnya di rahim bumi yang hangat Insan-insan yang tak pernah beruntung bertatap terus mengharap menghadap Memikul kerinduan yang dalam dan curam pada sang pembelah rembulan.

24

Jiwa-jiwa tidak akan menghilang Cahaya tidak akan temaram selama dunia masih memeluk cahaya yang dibawanya Kerinduan yang dalam adalah percik cahaya yang akan kian menyala Dan sampai kapanpun, suara terus menggema Dunia telah bercahaya!

25

Derita Para Perindu Oleh: Shoofi Dwi Menangis memikul pilu Menyebut namamu dibilang pengganggu Mengenang dalam angan Berharap bertemu dalam kenyataan Memikirkan dalam jaga Tenang selalu dalam jiwa Bersyair sampai lelah Dihina di setiap ranah Bayang selalu tergambar Walau rasa selalu hambar Walau Tuhan sudah berjanji Kutetap yakin walau cinta dalam jeruji Rindu ini telah kupastikan Walau tak berujung dalam dekapan Ya Rasulullah, Percayalah, engkau tetap kucinta Sampai denyut raga sudah tiada.

26

Daku Bercerita Oleh: Rohmatul Umah Rembulan meninggi bersandar gulita Senja terlelap dan terbujur di ujung dunia Daku bercerita perihal logika dan tahta Serpihan umat manusia mengadu ikhlas pada cintanya Nampak putih, tidak sesuci yang daku kira Terlihat hitam, mungkin mata indahku yang terpejam Logikaku mulai terkubur jauh dalam makna Daku bercerita p...


Similar Free PDFs