RMK Teori Akuntansi Chapter 7 Assets - Sandy Permana Arisetiawan Jamarin (A031181042) PDF

Title RMK Teori Akuntansi Chapter 7 Assets - Sandy Permana Arisetiawan Jamarin (A031181042)
Author Taufik Hidayat
Course Accounting
Institution Universitas Hasanuddin
Pages 7
File Size 208.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 83
Total Views 602

Summary

TEORI AKUNTANSIASSETS ( CHAPTER 7 )SANDY PERMANA ARISETIAWAN JAMARIN(A031181042)PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS HASANUDDIN Penetapan Aset ( Assets Defined ) Meskipun aset adalah subyek dari beberapa standar akuntansi dan sejumlah referensi yang dibuat dalam hukum perusa...


Description

TEORI AKUNTANSI ASSETS ( CHAPTER 7 )

SANDY PERMANA ARISETIAWAN JAMARIN (A031181042)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2020

Assets |

1. Penetapan Aset ( Assets Defined ) Meskipun aset adalah subyek dari beberapa standar akuntansi dan sejumlah referensi yang dibuat dalam hukum perusahaan, hal tersebut tidak sampai pengembangan kerangka kerja konseptual pada tahun 1980-an yang mana definisi otoritatif dari term "aset". Istilah IASB (AASB) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (paragraf 49) mendefinisikan aset sebagai berikut: “Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan di mana ada manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan mengalir ke entitas.” Tiga karakter dalam definisi aset: 1) Memberikan manfaat ekonomis di masa depan 2) Dikendalikan oleh sebuah entitas 3) Didapat dari kejadian masa lampau 

Dapat dipertukarkan  Pendukung

1.1 Manfaat ekonomi di masa depan (future economic benefit) Manfaat ekonomis di masa depan di dalam aset adalah potensi yang dapat dikontribusikan secara langsung maupun tidak langsung yang mengalir ke kas entitas. Dapat juga disebut sebagai manfaat yang membantu entitas untuk mencapai tujuannya. Dari berbagai pendapat, jika disimpulkan, maka aset adalah sesuatu yang ada saat ini, dan memiliki kapabilitas memberikan jasa atau manfaat saat ini dan juga di masa yang akan datang. Konsep aset ini membedakan antara objek dengan manfaat yang diwujudkan di dalamnya. Saat gedung dinyatakan sebagai aset, pada dasarnya aset yang dimaksudkan adalah manfaat tempat pada gedung itu, bukan batu bata dan semen yang membangung gedung tersebut. 1.2 Dikendalikan oleh sebuah entitas (controlled by an entity) Mengontrol kadang tidak sama dengan memiliki. Misalnya, suatu perusahaan memiliki aset, tapi ada peraturan pemerintah yang melarang penggunaanya, sehingga perusahaan kehilangan kontrol atas aset yang sebenarnya dimilikinya itu.

2

Assets |

Secara teknis, aset sebenarnya adalah hak untuk menggunakan aset, bukan secara fisik. Perusahaan memiliki hak untuk menadapatkan manfaat dari aset tersebut dan bisa mengontrolnya. Misalnya truk yang dibayar dengan kredit, meskipun selama mencicil belum memiliki bukti sah kepemilikan, tapi sudah boleh mengambil manfaat dari truk tersebut. 1.3 Didapat dari kejadian masa lampau (past event) Syarat ini untuk menegaskan bahwa aset yang baru direncanakan tidak dimasukkan dalam pelaporan. Contohnya aset yang ada dalam anggaran. Perdebatan sering timbul dalam hal seperti wholly executory contract. 1.4 Dapat dipertukarkan (exchangeability) pendukung Beberapa peneliti berpendapat bahwa definisi dari aset harus mengikutsertakan kondisi bahwa aset itu harus dapat dipertukarkan, artinya suatu item terpisah dari entitas dan nilai penghapusan terpisah dari nilai entitas. Suatu barang yang tidak memiliki exchageability pastilah tidak memiliki nilai ekonomi (MacNael). Namun, goodwill menjadi dipertanyakan dengan adanya syarat ini karena goodwill tidak bisa dipertukarkan apabila tidak melekat pada suatu barang. Chambers berpendapat agar goodwil dipisahkan dari aset karena sangat rawan terhadap variasi yang tidak memiliki kualitas jangka panjang. Chambers juga berpendapat bahwa dalam penentuan neraca diperlukan pengukuran terhadap aset dan kewajiban, tapi goodwill menggunakan evaluasi bukan pengukuran. Nilai yang ditetapkan dari goodwill tidak sama dengan jenis nilai aset dan kewajiban lain. Untuk yang menentang syarat ini berpendapat bahwa exchangeability hanyalah cara satu arah untuk mendapatkan benefit dari aset. Contohnya persediaan. Namun, sebagaian besar aset benefitnya didapatkan selama masa penggunaan, seperti mesin dan gedung. Sehingga tidak terpengaruh apakah aset dapat dipertukarkan atau tidak. Nilai ekonomis juga berdasarkan pada kelangkaan, bukan dapat dipertukarkan. Pertukaran tidak menciptakan nilai, hanya mengungkapkannya (Moonitz). Pengikutsertaan aset tidak nyata sebagai aset tidak dapat menilai bisnis secara keseluruhan, melainkan hanya untuk mengidentifikasi nilai dari sumber-sumber khusus benefit di masa yang akan datang bagi perusahaan.

2. Pengakuan Aset ( Asset Recognition )

3

Assets |

Pengakuan melibatkan aturan pengakuan, ada yang formal maupun informal. Contoh informal adalah pengakuan piutang ketika penjualan secara kredit terjadi. Contoh formal adalah pengakuan financial leases sebagai aset. Framework recognition criteria (kriteria-kriteria dalam pengakuan): a. Peluang dari keuntungan ekonomis yang akan datang b. Aset harus dapat diukur dengan andal (reliably measured) Past recognition criteria yang tidak harus semuanya dipenuhi dan tidak mutually exclusive: a. Kepercayaan pada hukum (reliance on the law) Pengakuan aset bergantung pada konsep legal/sah aset tersebut. Contoh: pembelian aset tetap b. Penentuan substansi ekonomis pada transaksi atau kejadian Substabsi ekonomis dari transaksi berhubungan dengan tujuan pelaporan informal yang relevan dan dapat diandalkan. c. Penggunaan konservatisme: antisipasi kerugian, tapi tidak pada keuntungan Beberapa standar yang membatasi pengakuan aset: IAS 38.AASB 138 intangible assets paragraf 48 melarang pengakuan goodwill yang dihasilkan secara internal.

3. Pengukuran Aset ( Asset Measurement ) 3.1 Tangible Asset Terdapat dua jenis pengkuran yang dikenal, yaitu historical cost dan fair value. Untuk historical cost, aset diukur pada saat akuisisi dan dikurangi akumulasi depresiasi dan penurunan nilai. Pendukung model ini berpendapat bahwa biaya pada saat akuisisi ini menyediakan tujuan dan bukti-bukti bahwa pengukuran depresiasi dan penurunan nilai yang telah dihitung merefleksikan nilai yang sesungguhnya dalam balance sheet. Sementara itu, revaluasi aset menyediakan informasi yang relevan untuk para pengguna laporan keuangan. Namun, beberapa berpendapat bahwa pengukuran ini tidak handal dan subjektif apabila penetuan nilainya diestimasi padahal seharusnya diobservasi. Dikatakan subjektif karena niali yang didapat berasal dari perhitungan manajemen sendiri.

4

Assets |

3.2 Intangible Asset Karena intangible asset tidak memiliki pasar, maka yang biasa yang digunakan adalah cost (dikurangi oleh akumulasi amortisasi dan impairment). IAS 38 melarang pengakuan atas internally generated intangible asset karena hanya dapat dimunculkan di balance sheet hanya atas capitalization of development cost nya saja. 3.3 Financial Instrument Model pengukuran yang paling dominan adalah historical cost. Namun, banyak yang menentang karena tidak relevan. Contohnya derivatif yang telah diatur untuk diukur dalam fair value. Sehingga, meskipun harga pasar lebih dianjurkan, namun perkiraan manajemen juga boleh digunakan (untuk fair value). Untuk membuat standar yang baku, IASB telah menetapkan penggunaan fair value guna menyediakan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan. Beberapa pihak menentang karena akan menghasilkan laproan yang tidak relevan, tidak dapat diantdalkan, diak dapat dimengerti, dan tidak dapat dibandingkan. Pengukuran ini sangat konpleks. Belum ada sebuah model pengukuran yang disetujui oleh pembuat standar di IAS 39. Financial instrument kemudian dibagi menjadi 4 tipe dengan pengukuran yang berbeda-beda.

Tipe aset finansial Original (pinjaman dan piutang)

Metode pengukuran Amortized cost

Originated loans and receivables

Aset tidak dipengaruhi oleh niat untuk menjual atau hold to maturity.

Hold-to-maturity investment

Amortized cost, subject to review for impairment in value. Perusahaan

tidak

diperbolehkan

menggunakan klasifikasi HTM apabila aset dijual atau ditransfer lebih dari sebagian kecil

Available for sale securities

Fair value. Gain atau loss dari remeasurement diakui di ekuitas. 5

Assets |

Financial asset held for trading, or

Fair value.

classified as fair value through profit and

Dengan

loss, and derivatives

remeasurement diakui sebagai profit dan

profit

atau

loss

atas

loss. Semua

financial

intstrument

yang

berdasarkan amoritzed cost dan AFS harus dinilai impairment nya setiap tanggal pelaporan. 4. Challenges For Standard Setters 4.1 Which measurement model? Terdapat dukungan dari IASB dan FASB untuk penggunaan nilai wajar yang lebih luas dan menjadi fokus beberapa bagian dalam komunitas keuangan. 4.2 How to calculate fair value measurement? Dalam SFAS 157 terdapat contoh dari teknik penilaian yang digunakan untuk memperkirakan niali wajar, termasuk di dalamnya: a. Pendekatan pasar Penggunaan dari harga observasi dan informasi dari transaksi aktual untuk aset dan kewajiban yang identik, mirip, atau sebanding. b. Pendekatan pendapatan Konversi dari nilai masa depan ke nilai sekarang. c. Pendekatan biaya Nilai yang dibutuhkan untuk mengganti kapasitas dari sebuah jasa. Tiga kategori untuk input yang digunakan untuk estimasi nilai wajar 1) Tingkat 1 Menggunakan harga terpilih untuk aset dan kewajiban yang identik di pasar yang aktif yang direkomendasikan kapan pun informasi tersebut tersedia. Harga tersebut tidak perlu disesuaikan. 2) Tingkat 2

6

Assets |

Jika harga terpilih untuk aset dan kewajiban yang identik di pasar yang aktif yang direkomendasikan tidak tersedia, maka nilai wajar harus diestimasikan berdasarkan harga yang terpilih untuk aset dan kewajiban yang hampir sama di pasar aktif. Dibutuhkan adanya penyesuaian pada beberapa perbedaan. 3) Tingkat 3 Jika tingkat 1 dan 2 tidak tersedia, atau jika perbedaan antara set dan kewajiba yang hampir sama tidak dapat ditentukan secara objektif, maka nilai wajar dapat diestimasi menggunakan beberapa teknik penilaian yang konsisten dengan pendekatan pasar, pendapatan dan biaya.

5. Issues For Auditor Mengaudit fair value menimbulkan kesulitan pada auditor karena membutuhkan penerapan dari model valuasi dan ahli dari valuasi itu sendiri. Untuk menciptakan pendekatan audit yang efektif, auditor memiliki peranan penting untuk memastikan pengukuran yang dilakukan telah sesuai dan tidak terpengaruhi berlebihan oleh insentif manajer. Auditor harus mengetahui proses dari perusahaan kliennya dan pengendalian dalam pengukuran fair value, dan auditor harus membuat penilai an apakah metodae pengukuran dan asumsi yang diguankan dari perusahaan kliennya tersebut sudah sesuai dan memberikna landasa yang kuat dalam pengukuran fair value. Ada potensi auditor dikenakan tuntutan legal apabila gagal untuk mealkukan pendekatan atas audit nilai wajar untuk aset secara sesuai. Mayoritas masalah yang ditemukan terkait dengan pengujian nilai aset menggunakan model biaya historis. Situasi spesifik yang mengharusskan penggunaan nilai wajar untuk berbagai macam tipe aset adalah dalam kombinasi bisnis.

7...


Similar Free PDFs