Sejarah Singkat Koin VOC Beserta Keterangannya oleh Syefri Luwis PDF

Title Sejarah Singkat Koin VOC Beserta Keterangannya oleh Syefri Luwis
Author Syefri Luwis
Pages 16
File Size 2.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 626
Total Views 764

Summary

Sejarah Singkat Koin VOC Beserta Keterangannya oleh Syefri Luwis Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama Juni 2020 Ketika datang pertama kali ke Nusantara tahun 1595, ekspedisi dari Belanda, yang diwakili oleh Cornelis dan Frederick de Houtman berusaha untuk berdagang dan mendapatkan rempah- rempah. ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Sejarah Singkat Koin VOC Beserta Keterangannya oleh Syefri Luwis syefri luwis

Related papers Jelajah Sejarah Rupiah idram ladji Jelajah Sejarah Rupiah idram ladji Museum Bank Mandiri Inggrid Noveria

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Sejarah Singkat Koin VOC Beserta Keterangannya oleh Syefri Luwis Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama Juni 2020 Ketika datang pertama kali ke Nusantara tahun 1595, ekspedisi dari Belanda, yang diwakili oleh Cornelis dan Frederick de Houtman berusaha untuk berdagang dan mendapatkan rempahrempah. Mereka kemudian berhasil dan kemudian kembali ke Belanda. Keberhasilan mereka tersebut, tentu saja memberikan semangat baru bagi perusahaan-perusahaan di Belanda untuk mendapatkan keuntungan dari berdagang rempah-rempah. Hanya saja hal tersebut membawa kesulitan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan tersebut, karena mereka menjadi bersaing satu sama lain. Persaingan antar perusahaan tersebut tentu saja bisa membawa kerugian bagi merek sendiri. Karenanya, melalui perundingan yang lama dan sulit antara para Staten Generaal atau Dewan Perwakilan, para pengurus dari perusaahaan dagang Holland dan Zeeland, kesepakatan pun diraih. Mereka kemudian membentuk perusahaan yang bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau Persekutuan Dagang Hindia Timur. Perusahaan yang kemudian lebih dikenal dengan nama VOC tersebut resmi berdiri pada Maret 1602. VOC (1602-1799) dipimpin oleh Heeren XVII atau Tuan-tuan Tujuh Belas yang mana hal tersebut merupakan perwakilan dari kota-kota yang membentuk perusahaan ini. VOC terdiri dari 6 bagian atau Kamers yang mana berasal dari Amsterdam, Middelburg (Zeeland) Enkhuizen, Delft, Hoorn dan Rotterdam. Amsterdam memiliki 8 delegasi yang menjadikannya paling dominan dalam Heeren XVII. VOC juga merupakan perusahaan yang bersifat perseroan terbatas pertama di dunia yang mana siapa pun bisa membeli saham dari perusahaan ini. Pada tahun berikutnya, tepatnya pada 18 Desember 1603, VOC mengirimkan armada pertamanya yang dipimpin oleh Steven van der Haghen menuju ke Nusantara. Dengan terdiri dari 12 kapal yang bersenjata lengkap, selain berdagang di Nusantara, tugas mereka adalah untuk mengalahkan dominasi Portugis di wilayah tersebut. VOC sendiri merupakan perusahaan khusus yang mana memiliki hak oktroi yang memperbolehkan mereka untuk memiliki pasukan dan berperang, membangun benteng, bernegosiasi dan membuat perjanjian dengan penguasa setempat serta mencetak dan mengedarkan uangnya sendiri. Hal yang tersebutkan terakhir inilah yang akan menjadi tema utama dalam tulisan ini. Sebelum melangkah lebih jauh ke tema utama, kita juga perlu mendalami sedikit lagi tentang latar belakang atau sejarah dari VOC. Pada tahun 1611 VOC berhasil mendapatkan izin dari Pangeran

Jayakarta di wilayah yang kemudian menjadi Batavia, VOC kemudian mulai memikirkan keamanan dan selanjutnya mendirikan benteng pada 1619. Selanjutnya adalah sejarah. VOC menguasai wilayah tersebut dan meluaskan perdagangannya ke hampir seluruh Nusantara. Belakangan mereka mulai ikut dalam intrik-intrik politik kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Kembali kepada bahasan utama kita, ketika datang ke Nusantara, VOC terpaksa menggunakan mata uang real Spanyol atau uang kasya dan picis yang dipergunakan oleh pedagang-pedagang Cina. Uang real Spanyol berbahan dasar Perak. Uang ini sangat digemari oleh masyarakat di Nusantara karena disainnya yang bagus, dan mereka telah terbiasa menggunakan uang yang dibawa terlebih dahulu oleh Portugis tersebut. Selain itu, kasya atau picis yang berbahan dasar tembaga atau perunggu yang dibawa oleh pedagang-pedagang Cina juga mendominasi. Karenanya, VOC terpaksa mereka membeli rempah-rempah atau barang-barang dagangan yang ada di berbagai pelabuhan utama atau besar di Nusantara dengan real Spanyol yang mereka bawa dari Eropa. Mereka juga harus menukarkan uang real Spanyol dengan kasya atau picis, jika hal tersebut tidak dilakukan, pedagang-pedagang yang ada di Nusantara enggan berdagang dengan VOC. Diketahui bahwa setiap 1 real Spanyol bernilai 12.500 kasya. Setiap 200 kasya yang diuntai menjadi satu disebut dengan nama setali. Perusahaan tersebut kemudian juga mengirimkan rijksdaalder yang terbuat dari perak. Rijksdaalder adalah uang buatan pemerintah Belanda. Pertama kali diedarkan pada 1606 setelah Parlemen Belanda, yang saat itu negaranya masih berbentuk republik, mengesahkannya sebagai koin standar perdagangan. Bahan dasarnya perak murni seberat 24,376 gram, memiliki nilai 47 stuiver, yang pada 1608 naik menjadi 48 stuiver, dan pada 1610 ditetapkan pada nilai tersebut. Pada 1610 uang guilder/gulden juga dikeluarkan oleh pemerintah Belanda. Uang ini bernilai 20 stuiver untuk setiap satu gulden. Gulden juga digunakan oleh VOC sebagai alat pembayaran standar di Nusantara. Sulitnya mengalahkan real Spanyol dan kasya yang menjadi standar harian atau satuan hitung di masyarakat di Nusantara membuat Heeren XVII kemudian terpaksa mengirimkan beberapa jenis uang yang berlaku waktu itu di Negeri Belanda. Jenis dan satuan uang tersebut berdasarkan catatan dari Noek Hartono adalah: -

Rijksdaalder

= 48 stuivers (kelip)

-

Leeuwendaalder atau Kroon

= 40 stuivers

Di Nusantara: Kroon

= 42 stuivers

o -

Ducaton

= 50 – 60 Stuivers

-

Schelling

= 6 stuivers

-

Flabben Groingen

= 8 stuivers

-

Dobble stuivers, kemudian dikenal juga dengan sebutan dubbeltje

-

Stuivers (kelip)

= 4 doit1

Pada Agustus tahun 1644, VOC meminta kepada seorang Tionghoa di Batavia yang bernama Conjok untuk mencetak koin-koin pecahan kecil. Pencetakan uang tersebut dilakukan karena pecahan kecil menghilang dari peredaran dan tidak adanya produk resmi dari VOC. Uang pecahan kecil pertama berbahan dasar tembaga dengan nominal ¼ dan ½ stuiver. Hanya saja uang tersebut kemudian ditarik karena tidak disetujui oleh Heeren XVII. Pada tahun berikutnya, 1645, VOC kemudian meminta Conjok dan Jan Ferman, seorang ahli emas berkebangsaan Belanda yang tinggal di Batavia, untuk mencetak uang dengan bahan dasar perak. Koin ini bernilai satu kroon atau 48 stuiver. Karena dicetak di Batavia, uang ini juga sering disebut kroon Betawi. Selain satu kroon, mereka juga mencetak pecahan ½ dan ¼ kroon. Meski begitu, koin ini kembali ditarik karena mudah dan banyaknya pemalsuan.2 Kembali ke permasalahan dari penggunaan uang real Spanyol, karena terus kekurangan koin tersebut, VOC harus terus mengimpornya dari Belanda. Pada saat itu, abad ke-17, dari Eropa butuh waktu lebih kurang 9 bulan untuk mencapai Nusantara. Impor tersebut terpaksa dilakukan oleh mereka karena barang-barang dagangan dari Eropa tidak laku di Asia. Selain mengimpor real Spanyol yang berbahan perak, mereka juga terpaksa membawa emas ke Asia. Ketergantungan VOC terhadap mata uang Spanyol itu telah membuat kesulitan tersendiri bagi kongsi dagang Belanda ini, karena mata uang tersebut merupakan milik pesaingnya, baik dalam masalah ekonomi maupun politik. Atas dasar itu pula VOC mengajukan permohonan kepada Raja Belanda agar diizinkan untuk mencetak uang perak sendiri yang bentuk dan ukurannya sama persis dengan real Spanyol. Uang tersebut diberi nama ducaton. Alasan utama dari pengiriman secara fisik ini adalah karena pada saat itu institusi perbankan belum muncul. Meskipun memiliki bahan dasar perak, para pedagang di Nusantara tidak menyukainya. Mereka tetap memilih real Spanyol. Para pelaku bisnis dan masyarakat Nusantara pada khususnya, masih tetap memilih real Spanyol yang asli ketimbang mata uang Belanda.3 Padahal tujuan utama dari pengiriman ducaton tersebut adalah untuk menggantikan peran dari real Spanyol, satu hal yang tidak pernah berhasil selama VOC berkuasa. VOC baru menerbitkan uangnya sendiri secara resmi pada tahun 1726. Uang logam tersebut bernama doit, terbuat dari tembaga dan dengan pecahan 1 doit. Empat doit sama nilainya dengan 1 stuiver. Koin ini pada awalnya dicetak di Dordrecht di Provinsi Holland sehingga satu sisinya mencantumkan lambang provinsi itu sementara sisi yang lain lambang VOC. Setelah itu, dicetak pula koin-koin dari provinsi-provinsi lain di Belanda, seperti Gelderland, Utrecht, West Friesland, dan

1

Noek Hartono, 1976, Bank Indonesia: Sejarah Lahir dan Pertumbuhannya. Bank Indonesia: naskah tidak diterbitkan, hlm. 5 Buletin Asosiasi Numismatik Indonesia No. 2, edisi Juli 2005, Bandung: Asosiasi Numismatik Indonesia, hlm. 6-8 3 Lihat Noek Hartono, 1976, Bank Indonesia: Sejarah Lahir dan Pertumbuhannya. Bank Indonesia: naskah tidak diterbitkan, hlm. 3-4 dan C.R. Boxer, 1983 , Jan Kompeni: Sejarah VOC dalam Perang dan Damai, Jakarta: Sinar Harapan, hlm. 121

2 Noek Hartono, ibid. hlm. 6 dan Puji Harsono, 2005, “Sejarah Perkembangan Mata Uang Indonesia (2), dalam

Zeeland. Koin-koin ini dinyatakan tidak berlaku di negara induknya, Belanda, karena hanya diedarkan di wilayah VOC berdagang. Uang yang dicetak di Holland ini diedarkan juga sampai ke Coromandel, Cochin, dan Ceylon (Sri Langka).4 Mengingat di pasar dibutuhkan uang-uang dengan nilai nominal yang lebih kecil, untuk pertama kalinya pada 1749 Holland mencetak uang tembaga dengan pecahan ½ doit. Selain dari tembaga, pecahan 1 dan ½ doit juga dicetak dengan bahan perak. Walaupun demikian, di Nusantara, uang picis Cina tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, bersamaan dengan doit “Kompeni “tersebut. Semula doit yang beredar di Nusantara didatangkan dari negeri Belanda, tapi mengingat pengiriman sering mengalami hambatan sementara kebutuhan akan uang kecil ini, khususnya untuk gaji pegawai, terus meningkat, pemerintah Belanda mengizinkan VOC menempanya sendiri di Batavia dan Surabaya. Koin-koin ini dicetak di rumah produksi uang Batavia dan Surabaya dari April 1840 sampai dengan akhir 1843, dengan nilai pecahan 1 dan 2 doit. Hanya saja, tempat pembuatan uang koin tersebut tak bertahan lama. Pada Januari 1843, rumah produksi uang di Batavia ditutup oleh pemerintah kolonial, sedangkan yang di Surabaya ditutup pada akhir 1843. Sejak ditutupnya percetakan uang di dua tempat tersebut, semua mata uang untuk peredaran di Hindia Belanda dikirim langsung dari negeri Belanda. Doit yang dibuat di Nusantara terdiri atas dua jenis: yang pertama bentuknya bundar, terbuat dari tembaga, berwarna coklat tanah, bertuliskan JAVA dan angka tahun pembuatan sehingga acap disebut Javasche Doit; jenis kedua terbuat dari timah murni, bentuknya bundar, memiliki berat 6,18 gram, pada sisi muka tertera inisial LN dan lambang VOC, sedangkan sisi belakangnya terdapat tulisan Arab Melayu berbunyi Duyit dan juga tahun pembuatannya. Doit jenis ini memang lebih sering disebut sebagai duyit. Jenis ini mudah dipalsukan, juga sering menghilang dari peredaran karena timahnya dilebur orang ketika harga timah naik. Berikut adalah beberapa hal penting yang dicatat oleh Noek Hartono terkait pemenuhan akan kebutuhan uang kecil seperti doit yang harus dilakukan oleh VOC, yaitu: -

VOC semakin banyak menguasai daerah-daerah Nusantara, hal ini menyebabkan kebutuhankebutuhan kasnya harus dicukupi dari Batavia

-

-

Karena kualitas bahannya yang bagus, contohnya perak, banyak koin yang dilebur untuk: o

Barang-barang rumah tangga oleh orang-orang Eropa, terutama Belanda

o

Perhiasan oleh raja-raja di berbagai wilayah di Nusantara, utamanya di Jawa

Adanya penimbunan (hoarding) oleh warga Eropa, terutama Belanda, orang-orang bumiputra, juga Timur Asing atau vreemde oosterlingen (Cina, Arab, India, Jepang)

4

C. Scholten. 1953. The Coins of The Dutch Overseas Territories 1601-1948. Amsterdam: J. Schulman, hlm. 44

-

Pengangkutan uang yang berlaku dan beredar di Jawa oleh pedagang-pedagang Cina keluar Jawa atau bahkan keluar Nusantara

-

Beberapa mata uang diberi nilai yang lbih tinggi dari mata uang lainnya

-

Nafsu mengejar keuntungan tinggi dari pegawai-pegawai VC, yang selalu menggunakan uang karta dalam melakukan perdagangan gelap mereka.

-

Pelayaran ke wilayah-wilayah di Nusantara di luar Pulau Jawa dan wilayah Asia lainnya yang selalu membawa keluar uang-uang yang seharusnya beredar di Nusantara, terutama di wilayah kekuasaan VOC.

-

Uang-uang yang keluar dari Pulau Jawa tersebut tidak pernah kembali ke Pulau Jawa

-

Besarnya keausan atau buruknya kualitas dari beberapa jenis mata uang, seperti picis atau kasya, yang menyebabkan uang tersebut mudah rusak dan tidak bisa dipergunakan lagi

-

Koin-koin yang bukan berbahas dasar perak atau emas biasanya juga dilebur oleh orang-orang Cina dan bumiputra lainnya untuk keperluan industri.5 Pada Abad Ke-18 sempat terjadi kelangkaan koin. Biasanya hal ini terjadi karena tidak adanya

kiriman koin dari negeri Belanda atau belum datangnya jung-jung Cina yang biasa memasok. Pada 1796-1797, dicetak juga doit darurat yang terbuat dari timah. Pada sisi depan terdapat lambang VOC dan huruf “N” di atasnya yang merupakan singkatan dari Nederlandsche. Di bagian belakangnya tertulis: 1 Doit 1796/1797. Karena banyak doit palsu dari timbal (timah hitam) banyak beredar, doit timah ditarik dari peredarannya untuk dilebur kembali sehingga doit timah menjadi sangat langka. Salah satu usaha lain yang dilakukan oleh VOC untuk mengatasi kesulitan keuangan adalah dengan mengadakan perjanjian dengan Susuhunan Mataram. Keraton pada 11 November 1743 menandatangani perjanjian dengan Gubernur Jendral VOC saat itu, Baron van Imhof, yang berisitentang penyerahan “muntrecht” atau hak mencetak kepada VOC. Disain koin dibuat oleh mintmaster yang bernama Theodorus Justinus Rheen pada tahun 1744. Satu tahun kemudian, pada 1745, tugasnya digantikan oleh Paulus Dorsman yang juga seorang mintmaster. Koin-koin yang dibuat di Batavia itu bernama ducat Jawa atau dirham Jawa dan ropij Jawa. Ciri-ciri dari uang berbahan dasar emas tersebut adalah pada bagian mukanya terdapat tulisan dalam bahasa Arab yang berbunyi “Ila djazirat Djawa al-kabir” yang berarti “untuk Pulau Jawa yang besar”. Pada bagian belakangnya, terdapat tulisan “Derham min Kompani Welandawi” yang berarti “uang dirham milik perusahaan Belanda.” Koin ini memiliki nilai 16 silver rupee atau 16 gulden. Karena disukai oleh masyarakat, pada tahun 1747-1750, VOC kembali mencetak uang tersebut tetapi dengan

5

Noek Hartono, op. cit., hlm. 6

bahan dasar perak, sehingga dikenal dengan sebutan koin perak ropij Jawa.6 Meski begitu, karena karena berbahan dasar emas dan perak, koin ini bernasib sama seperti koin-koin sebelumnya, dilebur dan atau dijadikan perhiasan oleh mereka yang mendapatkannya. Dari uang inilah belakangan kata ropij diterjemahkan menjadi rupiah. Sama halnya seperti kata doit pada koin doit.

Mengapa doit kemudian populer disebut duit? Pertama pastinya karena karena pelafalan lidah pribumi. Kedua, hal ini ada hubungannya dengan kehidupan sosial pada masa kolonial. Pada 1888, pendapatan per kapita per tahun orang Eropa di Hindia Belanda mencapai 2.100 gulden, orang Timur Asing 250 gulden, sementara Bumiputera hanyalah 63 gulden. Begitu rendahnya pendapatan mereka kala itu sehingga yang lebih sering mereka terima adalah doit. Alhasil, doit pun menjadi padanan uang sampai sekarang ini. ƒ 1. CONCORDIA RES PARVÆ CRESCVNT Melalui kerukunan hal-hal kecil tumbuh (Bersatu menjadi kuat) 2. HAC NITIMVR HANC TVEMVR Kita bergantung pada yang satu dan melindungi yang lain 3. IN DEO SP(es) NOS(tra) atau IN DEO EST SPES NOSTRA Pada Tuhan kami percaya 4. INDIÆ BATAV(orum) Batavia Hindia (Hindia Belanda) 5. INSIGNIA HOLLANDIÆ ET CIVITATIS AMSTELREDAMENSIS Lambang dari Belanda dan Kota Amsterdam 6. LVCTOR ET EMERGO Aku berusaha dan bangkit 7. MO(neta) ARG(entea) ORD(inum) FŒD(eratorum) BELG(icorum) … Koin perak dari Parlemen Belanda Bersatu 8. MONE(ta) ARG(entea) ORD(inum) ZEELANDIÆ Koin perak dari Negara Bagian Zeeland 9. MO(neta) ARG(entea) REG(ni) TOT(ius) BEL(ii) JAV(ae) Koin perak dari Kerajaan Belanda untuk Jawa 10. MON(eta) FŒD(eratarum) BELG(icarum) PRO(vinciarum)…

6

Noek Hartono, op. cit., hlm. 7-8, Puji Harsono, 2005, loc. Cit., hlm. 9-10, Michael Mitchiner, 1979. Oriental Coins and Their Values: Non-Islamic States & Western Colonies – AD 600 – 1979. London: Hawkins Publications: hlm. 419-420.

IN USUM SOCIET(atis) IND(iae) ORIENT(alis) Koin utnuk provinsi-provinsi Belanda bersatu – untuk dipergunakan di Hindia Timur 11. VIGILATE ET ORATE Lihat dan berdoa Pada pecahan 3, 1, ½ gulden, pada uang yang diedarkan digunakan legenda dari provinsi tempat koin tersebut dicetak seperti: TRAI (ecti) = Utrecht, ZEL (andiae) = Zeeland, D (ucatus) GEL (riae & C (omitatus) Z (uthaniae) = Kadipaten Gelderland dan Daerah Zutphen, dan WESTF (risiae) = Westfrisia. Pada dukaton HOLL, ZEEL, WESTF, TRAI, D.GEL, & C.Z., dan TRANSI (sulaniae) = Overijssel berikut adalah table provinsi-provinsi, nama pembuat koin di Belanda, pembuat koin (Mintmaster) dan tanda pada koin (Mintmarks) yang terdapat pada uang-uang yang beredar di Nusantara era VOC hingga Hindia Belanda: No.

Era Provinsi-provinsi

1.

Gelderland, kota pembuatan Penyebutan penandaan dalam koin-koin tersebut terbagi adalah

Harderwijk,

Simbol

dan menjadi dua yaitu tanda rahasia atau simbol.

pembuat koin adalah: A

Jacobus de Vos - 1731 – A

Rubah (tanda rahasia)

1732 B

Johan Hensbergen – 1732 B – 1748

- Kuda dengan kaki depan di atas bukit (pada uang dukaton) (tanda rahasia) - Bukit (pada doit) (tanda rahasia)

C

Johan Cramer – 1752 - C

Burung bangau (tanda rahasia)

1757 D

Carel Christiaan Novisadi – D

Batang pohon (tanda rahasia)

1758 – 1776 E

Martin Hendrik Lohse – E

Jagung (tanda rahasia)

1782 – 1806 2.

Holland, kota pembuatan koin adalah Dordrecht dan pembuat koin adalah: A

Jacob Janszn. De Jonge - A

Bunga ros

1607 B

Isaac Wsterveen – 1715 – B 1731

Bunga ros

C

Otto Buck – 1731 – 1756

C

Bunga ros

D

Mr. Wouter Buck – 1756 - D

Bunga ros

1784 E

Jan Abraham Bodisco – E

Bunga ros

1787 – 1806 b. Holland, kota pembuatan koin adalah Enkhuizen dan pembuat koin adalah: A

Hessel Slijper 1796 – 1803

A

Bintang

Mr. W.D. Verschuer – A

Bintang

c. Holland, kota pembuatan koin

adalah

Hoorn

dan

pembuat koin adalah: A

1803 – 1809 3.

Westfrisia, kota pembuatan koin adalah Hoorn, Enkhuizen dan Medemblik, dan pembuat koin adalah: A

Jan Knol (setelah 1715): A Hoorn

1720



Tulip

1731;

Enkhuizen 1731 – 1741 B

Teunis Kist: Medemblik B

Ayam

1741 – 1751; Hoorn 1751 – 1761 C

Pieter Buysken: Enkhuizen C

Herring-Buss (seperti gambar bebek)

1761 – 1771; Medemblik 1771 – 1781 D

Hessel Slijper: Hoorn 1781 D

Bunga ros

– 1791; Enkhuizen 1791 – 1796 Pada tahun 1796, pembuat uang di Westfrisia dinyatakan sebagai pembuat uang untuk provinsi Holland. Sejak tahun 1776 tidak ada lagi tanda rahasia di Doit Westfrisia, hanya ada simbol yaitu bunga ros

4

Zeeland, kota pembuatan koin adalah

Middelburg,

tanpa

tanda rahasia dan pembuat koin adalah: A

Melchior Wyntges 1601 –

Menara


Similar Free PDFs