Sembahyang Harian (Tselota) Dalam Gereja Orthodox PDF

Title Sembahyang Harian (Tselota) Dalam Gereja Orthodox
Author Welly Mainollo
Pages 19
File Size 186 KB
File Type PDF
Total Downloads 112
Total Views 209

Summary

Sholat, Sebuah Tradisi Penyembahan Kristen Sejak Zaman Purba Oleh: willie Orthodoxia (Ajaran Yang Benar) Ortholatria (Penyembahan Yang Benar) Orthopraxia (Sikap Hidup Yang Benar) "Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu. Mereka tersungkur di hadapan ta...


Description

Sholat, Sebuah Tradisi Penyembahan Kristen Sejak Zaman Purba Oleh: willie

Orthodoxia (Ajaran Yang Benar) Ortholatria (Penyembahan Yang Benar) Orthopraxia (Sikap Hidup Yang Benar)

"Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu. Mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah." (Wahyu 7:11)

"Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka." (Wahyu 7:17)

"Tzelota" secara sederhana adalah bahasa Aramaika (dialek yang digunakan pada zaman Yesus) untuk menyebut kata "sembahyang", yang dalam bahasa Arab-nya adalah "sholat". Sholat / sembahyang harian adalah merupakan bagian dari lingkaran peringatan Gereja Orthodox. Mungkin harus dijelaskan dulu kalau Gereja Orthodox adalah Gereja yang penuh dengan perayaan, sehingga memiliki daur peringatan yang tiap tahunnya dirayakan dalam kalender liturgi. Lingkaran peringatan tersebut antara lain: Lingkaran Peringatan Tahunan, Peringatan Bulanan, Mingguan, Harian, dan Jam. Sholat dalam Tradisi Orthodoxia adalah merupakan lingkaran peringatan dalam jam. Gereja Orthodox memiliki total lingkaran peringatan dalam jam seperti terlihat dalam Tradisi sholat tiga kali sehari dan tujuh kali sehari. Sholat dalam tradisi gereja Orthodox merupakan ibadah non-sakramental di Gereja yang dilakukan secara pribadi masing-masing sebagai wujud kesalehan pribadi, bukan karena tuntutan syariah seperti dalam Islam. Sholat dalam Islam merupakan syariah, yang berarti baik dan akan mendatangkan pahala bila dilakukan, tetapi akan berdosa bila ditinggalkan. Berbeda dengan Islam, sholat dalam tradisi Orthodoxia di seluruh dunia bukan karena syariah tetapi karena habibah (kasih kepada Allah) atau dalam bahasa Protestan Injili disebut sebagai 'devotional worship', semacam kalau umat Injili melakukan ibadah harian 'Saat Teduh' (baca Alkitab dan berdoa secara pribadi), atau kalau di kalangan kaum Kharismatik – Neo Pentecostal semacam 'doa penyembahan' sehari-hari di rumah. Kalau dibandingkan dengan Yudaisme, sholat tiga atau tujuh kali sehari ini semacam doa-doa Siddur (doa-doa pribadi) yang berbeda dengan doa-doa Mahzor atau doa-doa liturgis di synagoga-synagoga dan dalam perayaan-perayaan agama.

Sholat tiga kali sehari adalah mengikuti teladan nabi Daniel:

"Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem. Tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:10) Jadi, seperti yang bisa dilihat, Daniel sendiri biasa bersembahyang tiga kali sehari. Ia "biasa melakukannya" artinya ia "menetapkan", paling tidak bagi dirinya sendiri, untuk sholat tiga kali sehari. Namun ternyata kebiasaan ini akhirnya diikuti juga oleh segenap orang Israel, bahkan oleh Raja Daud sendiri: "Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis, dan Ia mendengar suaraku." (Mazmur 55:18) Jadi sholat tiga kali sehari waktunya adalah pagi (jam ketiga setelah matahari terbit = jam 9 pagi), siang (jam keenam setelah matahari terbit = jam 12 siang), dan petang hari (jam kesembilan setelah matahari terbit = jam 3 sore). Inilah mengapa, ketika murid-murid dituduh mabuk anggur pada hari Pentakosta, Petrus menyanggah bahwa tidak mungkin mereka bermabuk-mabukan pada saat jam sembahyang pagi (jam sembilan): "Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Orang-orang ini tidak mabuk

seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan.." (Kisah Rasul 2:1415)

Sholat tujuh kali sehari adalah mengikuti teladan Raja Daud:

Kitab Mazmur mencatat Raja Daud berseru: "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil." (Mazmur 119:164) Tujuh kali dalam sehari Raja Daud bersembahyang / sholat kepada Allah. Kita telah memiliki catatan akan tiga jam sembahyang di Alkitab, yakni jam 9 pagi, jam 12, dan jam 3 sore seperti yang sudah disebutkan di atas. Lalu bagaimana dengan ke-empat sisa jam yang lain? Pada zaman Perjanjian Lama, Musa diperintahkan Allah untuk memberitahu Imam Harun agar mempersembahkan korban binatang dan korban dupa sebanyak dua kali (pagi dan senja) setiap hari (Keluaran 29:38-39, 30:7-8), sehingga dalam sehari ada dua kali ibadah pembakaran dupa di Kemah Suci (selanjutnya diteruskan dalam Bait Allah). Gereja Orthodox terus memelihara perintah ini setiap harinya. Dalam Gedung Gereja, perintah Allah kepada Musa dan Harun untuk mengadakan sembahyang “Waktu Singsing Fajar” (jam 6 pagi) dan “Waktu Senja” (jam 6 sore) tetap dipertahankan, dan inti utama dari sembahyang ini juga tetap berupa persembahan dupa. Jadi sudah ada 2 tambahan jam sholat lagi, yaitu jam 6 pagi dan jam 6 sore. Waktu sembahyang yang lain adalah setelah sembahyang senja dan waktu tengah malam. Jam sembahyang setelah senja ini dilakukan satu jam setelah sembahyang senja sampai dengan sebelum tidur: "Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku! ... dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman." (Mazmur 4:1-9) Sementara sholat tengah malam (tahajjud) dilakukan untuk mengingatkan umat agar berjaga-jaga menyambut kedatangan Kristus yang tidak terduga seperti kedatangan seorang pencuri, seperti yang diteladankan Paulus dan Silas di dalam penjara: "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan pujipujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah Rasul 16:25) Jadi, berdasarkan keterangan-keterangan ini, umat Orthodox, terutama yang hidup di biara-biara, mencoba mendisiplinkan dirinya untuk melakukan sholat 7 waktu. Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, karena posisinya sebagai wujud dari kesalehan pribadi seseorang, sholat dalam tradisi Orthodox menyatakan seberapa dalam kerinduan seseorang kepada Tuhan. Mengapa harus tiga atau tujuh waktu? Apakah Tuhan hanya berkenan ditemui pada jam-jam tertentu? Kritikan khas kaum Kharismatik terhadap praktek sholat umat Islam ini sering dilontarkan juga terhadap praktek sholat dalam gereja Orthodox oleh mereka yang terlalu awam. Sebenarnya, bukan begitu maksudnya.

Selain memiliki dasar-dasar keteladannya dari Alkitab, sholat tujuh waktu juga dimaknai sebagai lingkaran peringatan Gereja dalam jam. Maksudnya, sholat tujuh waktu adalah ibadah pribadi untuk memperingati detik-detik sengsara Tuhan Yesus ketika Ia disalib. 1. Sholat Singsing Fajar / Subuh (jam 6, atau saat matahari terbit) adalah untuk memperingati kebangkitan Kristus di pagi hari menjadi Terang Dunia, 2. Sholat Pagi / Dhuha (jam 9 pagi) adalah untuk memperingati saat Kristus diadili oleh Pontius Pilatus, selain itu juga untuk memperingati turunnya Roh Kudus, 3. Sholat Tengah Hari / Dzuhur (jam 12 siang) adalah untuk memperingati saat Kristus disalibkan dan ketika kegelapan meliputi tempat penyaliban itu, 4. Sholat Petang / Asyar (jam 3 petang) adalah untuk mengingat saat Yesus mengatakan "Sudah genap", saat Yesus putus nafas, saat rencana keselamatan digenapi secara sempurna, 5. Sholat Senja / Magrib (jam 6 petang) adalah untuk mengingat saat mayat Yesus diturunkan dari salib. 6. Sholat Setelah Senja / Isya' (jam 7 petang) adalah untuk malam mengingat saat mayat Yesus dikuburkan, dan 7. Sholat Tengah Malam / Tahajjud (jam 12 malam) merupakan penantian akan kedatangan Kristus yang akan "datang seperti seorang pencuri sehingga kita harus tetap berjaga-jaga". Jadi seperti yang bisa dilihat, keterangan-keterangan mengenai jam-jam sembahyang nabi-nabi dan para rasul yang hingga kini masih tetap diadopsi oleh Gereja Orthodox dalam bentuk sholat tujuh waktu ini, ternyata jelas merupakan ibadah yang bersifat Kristosentris. Semuanya berpusat pada Kristus. Inilah mengapa sholat-sholat dalam Gereja disebut sebagai lingkaran peringatan dalam jam. Jadi memang bisa anda lihat bahwa para nabi dan rasul Kristus sendiri melakukan sholat / sembahyang tidak melulu secara spontan, tapi ada jam-jamnya di setiap hari. Dan hal adanya jam-jam sembahyang yang sudah ditetapkan ini, dipertegas lagi oleh ayat berikut: "Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah." (Kisah Rasul 3:1) Jadi, para rasul sebagai representasi dari Gereja purba ternyata terbukti memiliki jamjam sholat / sembahyangnya. Ini berita dari Alkitab.

Lalu bagaimana sholat itu dilakukan?

Memang tidak ada informasi lengkap mengenai bagaimana sholat itu dilakukan, tetapi menilik kebiasaan nabi Daniel, setidaknya kita mendapatkan hal-hal ini: "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem. Tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:10)

Hal-hal yang bisa kita dapatkan mengenai bagaimana nabi Daniel Sholat adalah: 1. Mempunyai kiblat, menghadap ke Yerusalem (lokasi Bait Allah). 2. Ada gerakan berlutut 3. Ada doa yang disampaikan 4. Ada puji-pujian kepada Allah Cara sembahyang ini kemudian dijelaskan lagi oleh sikap Yesus ketika berdoa kepada Bapa-Nya dengan gerakan: "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39) Jadi ada tambahan gerakan: 1. Berdiri 2. Maju sedikit 3. Bersujud Dan bagaimana posisi tubuh ketika berdoa dapat dilihat dari perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa: "Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini." (Lukas 18:13) Ayat ini memberitahukan kita bahwa walaupun si pemungut cukai merasa bersalah sekali sampai tidak berani mengangkat mukanya kepada Allah, tapi sudah menjadi sikap umum bahwa ketika sholat, orang membuka matanya menengadahkan kepala ke langit kepada Allah, seperti yang dilakukan oleh nabi Ayub (Ayub 16:20), nabi Yesaya (Yesaya 38:14), dan bahkan Yesus sendiri. Sikap lainnya adalah menengadahkan tangan: "Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan." (1 Timotius 2:8) Jadi, kalau digabung, beginilah sikap sholat dalam Alkitab: 1. Menghadap kiblat, 2. Berdiri, 3. Ada gerakan maju sedikit (membungkuk), berlutut, dan kemudian berdoa, 4. Ada doa yang disampaikan dengan sikap tubuh: tangan ditengadahkan ke atas, mata terbuka, dan kepala ditengadahkan pula ke atas (kepada Allah), 5. Ada puji-pujian kepada Allah.

Umat bersembahyang dengan menengadahkan tangan dalam Liturgi Suci (Khidmat al-Quddus), maupun sembahyang harian (sholat) dalam sebuah Gereja Orthodox Assyria Timur (pre-Kalsedonian), di Irak.

Sebuah lukisan yang menggambarkan umat Gereja Orthodox Koptik Alexanderia Mesir yang sedang bersujud ketika melakukan sembahyang harian (sholat)

Sedikit catatan mengenai kiblat. Karena kekristenan percaya bahwa "Yang Lebih Besar Dari Bait Allah" (Matius 12:6) telah menyatakan diri-Nya, maka kiblat sembahyang umat Orthodox sudah tidak lagi menghadap kepada bangunan fisik Bait Allah yang memang telah hancur dan sudah tidak ada lagi, melainkan kiblat Orthodox adalah menghadap Kristus sendiri, menghadap kepada "Yang Melebihi Bait Allah". Lalu karena Kristus saat ini sedang berada di surga, lalu menghadap ke arah mana sholat umat Orthodox itu? Karena segenap kehidupan Orthodoxia adalah Kristosentris, berpusat pada Kristus, maka sholat Orthodox pun menghadap ke Timur. Kenapa harus ke Timur? Karena Alkitab mengatakan bahwa Kristus yang sekarang ada di surga itu akan datang "sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia" (Matius 24:27). Jadi kiblat sembahyang Orthodox adalah menghadap ke Timur sebagai gambaran akan harapan umat Kristen akan penyambutan kedatangan Kristus yang kedua kalinya dari Timur, dari Eden, dari surga, karena Alkitab mengatakan bahwa arah Timur melambangkan Taman Eden berada (Kejadian 2:8).

Implikasi Sholat Bagi Umat

Selain sebagai wujud kesalehan dan kerinduan pribadi akan perjumpaan dengan Allah, ibadah sholat harian ini merupakan tindakan nyata anak-anak Tuhan dalam menghargai keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada kita. Umat Kristen wajib mengerjakan keselamatan (Filipi 2: 12), yaitu dengan senantiasa menjaga kekudusan yang diberikan Tuhan setelah kita mendapatkan pengampunan-Nya. Sholat merupakan tindakan nyata dalam proses pengudusan (sanctification) umat Tuhan yang setelah diselamatkan oleh iman kepada Kristus, tidak berhenti sampai di situ saja, tetapi mewujudkan iman dalam tindakan-tindakan yang nyata sebagai bukti dari pertobatan yang sungguh-sungguh. Mengapa harus begitu? Ya, karena setelah kita diselamatkan dan dikuduskan oleh darah Kristus, kita masih disempurnakan terus untuk menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8: 29). Kalau tujuan keselamatan kita hanya untuk masuk surga, apa bedanya Kekristenan dengan Islam? Keselamatan, lahir baru, adalah bukan hanya sekedar proses satu kali ketika kita dengan hati dan mulut mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, melainkan kita diselamatkan untuk terus disempurnakan seperti kemanusiaan Kristus yang sempurna. Makanya, umat gereja Orthodox tidak mengenal polemik antara doktrin keselamatan ala Calvinis dan ala Armenian. Kaum Calvinis bilang bahwa "sekali selamat tetap selamat" dan kaum Armenian bilang bahwa "keselamatan bisa hilang bila tidak dijaga". Kaum Calvinis bisa jatuh dalam praktek hidup terlalu yakin dengan keselamatan pribadinya tetapi sembrono dalam etika (orthodox dalam iman tetapi liberal dalam kelakuan). Kaum Armenian bisa jadi sangat saleh gara-gara takut kehilangan keselamatan (tidak yakin sepenuhnya terhadap jaminan keselamatan dalam Kristus). Nah, ekstrim seperti itu engga ada dalam kehidupan umat Gereja Orthodox. Umat Orthodox menyatakan keselamatan dalam Kristus itu pasti dan tidak akan dibatalkan Allah, oleh karena itu marilah kita menghargai keselamatan itu dengan pertobatan yang sungguh-sungguh yang diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan baik yang saleh (2 Petrus 1: 3-11). Kalau urusannya untuk memelihara keselamatan dan menjaga kekudusan dalam proses sanctification, apakah sholat itu penting? Jawabannya pasti ya secara positif. Sama seperti kalau orang-orang Protestan Injili ditanya, "Pentingkah Saat Teduh itu?" Jabawannya pasti ya. Juga kalau kaum Kharismatik-Neo Pentakosta ditanya, "Pentingkah doa penyembahan itu?" Maka jawabannya pasti ya. Apapun yang dijiwai dengan semangat ibadah kepada Tuhan (devotional living), maka yang kita lakukan itu menjadi sarana-sarana anugerah, di mana kita menerima terus 'nutrisi rohani' dari Pokok Angggur kita, Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 15: 1-7).

Mengapa Tradisi Sholat Gereja Purba Ini Hilang Di Barat?

Sekarang, mengapa Gereja Katolik Roma (dan Gereja Protestan, anaknya) melepaskan tradisi Sholat? Praktek sholat itu semula dilakukan oleh kaum biarawan berselang-seling antara kegiatan bekerja dan belajar di biara. Kalau dalam biara

Katollik Roma, semula ada 9 jam untuk doa brevir. Tapi karena banyak kesibukan di biara, brevir mereka akhirnya berkurang jadi doa pagi dan petang saja (2 kali sehari). Turunnya semangat kerohanian di kalangan biarawan Roma Katholik ini akhirnya berakibat pula pada kehidupan Martin Luther yang semula adalah biarawan ordo Augustinian di Gereja Katolik Roma. Sholat itu dibedakan dari doa sehari-hari. Sholat adalah bentuk ibadah nonsakramental yang merupakan doa peringatan (karena mengingat detik-detik sengsara Tuhan Yesus). Kita beribadah pada hari Minggu (tidak termasuk bidat sesat Advent Hari Ketujuh dan bidat-bidat sejenisnya) karena merayakan (suatu peringatan) akan kebangkitan Kristus. Orang bisa saja bilang, "Ibadah kan tidak harus hari Minggu!" Memang, tetapi ibadah Minggu bermaksud memperingati dan memberitakan kebangkitan Kristus. Karena itu, dalam ibadah Minggu di semua Gereja Orthodox (dan Katolik Roma) selalu ada Liturgi Perjamuan Kudus (Liturgi Ekaristi). Tanpa Liturgi Ekaristi, kebaktian itu hanya semacam Qeriah ha Torah di synagoga pada hari Sabtu yang dalam Kekristenan disebut Ibadah Liturgi Sabda (intinya mendengar dan mempelajari Alkitab).

Liturgi Ekaristi Pada Hari Minggu: (Kiri) Umat berlutut untuk menerima tubuh dan darah Tuhan. (Kanan) Anak-anak pun asal telah dibaptis berhak mendapatkan perjamuan kudus sebagai bukti bahwa mereka pun beroleh hak atas Perjanjian Anugerah Allah bagi keselamatan dan persatuan dengan Kristus.

Bagitu pula kalau orang bilang, "Berdoa itu kan setiap saat, tidak pada saat-saat tertentu!" Memang, berdoa bisa sepontan dan setiap saat (sering yang bilang begitu adalah orang-orang yang justru tidak punya kebiasaan berdoa secara teratur atau kelompok yang malas berdoa). Sholat itu ada format bacaannya (biasanya diambil dari kitab Mazmur), sikap tubuhnya bagaimana (berdiri, ruku', dan sujud, serta membuat tanda salib, menengadahkan tangan). Sebelum sholat mesti harus membasuh diri (ini soal etika juga). Tidak asal begitu bangun tidur langsung berdoa biarpun belum cuci muka, kaki dan tangan. Mereka bisa saja beralasan, "Tuhan kan melihat hati, bukan penampilan tubuh kita." Kalau memang begitu, coba saja langsung pergi ke gereja setelah bangun tidur, berani tidak? Ada yang berkomentar, "Wah sholat itu 'kan seperti legalismenya orang Farisi!" Mereka yang mengatakan demikian juga pasti tidak tahu ibadahnya orang Farisi itu seperti apa. Hanya kesan sinistis-kultural saja yang dilontarkan, tetapi tidak tahu doktrin dan makna dalam sholat itu apa. Orang Kristen seperti itu hanya memandang bahwa Kekristenan yang benar adalah kekristenan ala tradisi gerejanya sendiri, di luar

itu dianggap "sesat". Nah, kepada mereka yang mengatakan seperti itu, kita dapat bertanya, "Kira-kira ibadah Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya dulu itu lebih mendekati ibadah Gereja Orthodox (dengan sholatnya) atau ibadah Gereja Barat? Bagaimana jawaban Anda?

DOA PENTAHIRAN BAGI PERSIAPAN SEMBAHYANG (Di Depan Tempat Air Pentahiran)

(Sambil membuat tanda salib) Atas Nama Sang Bapa dan Sang Putra serta Sang Roh Kudus. Amin (Sambil membasuh kedua telapak tangan) Aku hendak mencuci tanganku dalam kemurnian, ya Tuhan (Sambil membasuh kedua lengan) Dan aku hendak melayani di depan hadirat-Mu (Sambil membasuh kedua telinga) Aku hendak mendengar suara kepujian-Mu (Berkumur) Dan memberitakan semua keajaiban-Mu (Sambil membasuh wajah) Ya Tuhan, aku telah mencintai keindahan rumah-Mu, tempat di mana kemuliaan-Mu bersemayam. Jangan Kau hancurkan jiwaku dengan orang berdosa, jangan pula hidupku dengan orang-orang penumpah darah yang tangannya penuh dengan pelanggaran, tangan kanannya penuh dengan suapan (Sambil membasuh kedua telapak kaki) Namun aku ini, aku telah berjalan di dalam kemurnian. Tebuslah aku, ya Tuhan, dan kasihanilah aku. (Seluruh kaki dibasuh) Kakiku terletak di jalan yang lurus, di dalam jemaat, ya Tuhan. Aku hendak memberkati-Mu.

SEMBAHYANG NABI DANIEL (Tiga Kali Sehari)

1. SEMBAHYANG PAGI (Menghadap Ke Timur)

(Berdiri tegak membuat tanda salib) Kemuliaan bagi Sang Bapa, Sang Putra, serta Sang Roh Kudus, sekarang dan selalu serta sepanjang segala abad. Amin. Kemuliaan bagi-Mu ya Allah kami, kemuliaan bagi-Mu. Ya Raja Sorgawi, Penghibur, Roh Kebenaran, yang hadir di segala tempat serta yang memenuhi segala sesuatu, harta simpanan segala yang baik serta Sang Pemberi Hidup, datanglah dan tinggallah di dalam kami serta bersihkanlah kami dari segala ken...


Similar Free PDFs