SOP Manajemen Nyeri Terapi Musik Ananda Hanna Pratiwi A2017 PDF

Title SOP Manajemen Nyeri Terapi Musik Ananda Hanna Pratiwi A2017
Author Anonymous User
Course Pengkajian Keperawatan
Institution Universitas Airlangga
Pages 9
File Size 353.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 25
Total Views 677

Summary

Download SOP Manajemen Nyeri Terapi Musik Ananda Hanna Pratiwi A2017 PDF


Description

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MANAJEMEN NYERI NON-FARMAKOLOGI TEKNIK DISTRAKSI DENGAN TERAPI MUSIK

NAMA

: ANANDA HANNA PRATIWI

ANGKATAN : 2017

PRAKTIK PROFESI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2021

A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR 1. Definisi Manajemen Nyeri Manajemen nyeri adalah mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan. Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang sampai mengganggu aktivitas penderita. Manajemen nyeri akan diberikan ketika seorang merasakan sakit yang signifikan atau berkepanjangan (Agus Santosa, 2019). Penanganan nyeri bisa dilakukan secara farmakologi yaitu dengan pemberian analgesik. Sedangkan secara non farmakologi melalui teknik distraksi, relaksasi, kompres hangat atau dingin, aromaterapi, hypnotis, dll (Aini & Nilasari, 2018). Pelaksana manajemen nyeri adalah perawat, dokter jaga, dokter penanggung jawab, tim manajemen nyeri. Manajemen nyeri meliputi : a. Penilaian nyeri b. Penanganan nyeri c. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 2. Tujuan Manajemen Nyeri Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam mengontrol nyeri ataupun mengatur nyeri secara optimal yang pada akhirnya pasien mampu mengontrol ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang (Annazhifa, 2020). Selain itu, tujuan adanya manajemen nyeri antara lain : a. mengurangi rasa nyeri yang dirasakan b. meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit c. meningkatkan kualitas hidup (Rahmawati, 2018). 3. Definisi Terapi Musik Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi – fungsi otak seperti fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran (Satiadarma, 2018). Terapi musik merupakan suatu disiplin ilmu yang rasional yang memberi nilai tambah pada musik sebagai dimensi baru secara bersama dapat mempersatukan seni, ilmu penegtahuan dan emosi (Widodo, 2017). Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik distraksi yang dapat menurunkan nyeri dengan cara menstimulasi sistem kontrol desenden, yang megakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan

distraksi

tergantung

kepada

kemampuan

pasien

untuk

menerima

dan

membangkitkan input sensori selain nyeri (Smeltzer & Bare 2002). Ketika diperdengarkan musik, maka harmonisasi dalam musik yang indah akan masuk telinga dalam bentuk suara (audio), menggetarkan gendang telinga, mengguncangkan cairan ditelinga dalam serta menggetarkan sel-sel rambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan dan otak kiri. Kemudian akan memberikan dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan. Perubahan perasaan ini diakibatkan karena musik dapat menjangkau wilayah kortek cerebri (Mindli, 2016). 4. Manfaat Terapi Musik Musik adalah pengatur yang baik membentuk tubuh dan pikiran untuk saling bekerjasama. Musik berguna untuk : a. Menurunkan intensitas nyeri b. Menurunkan tingkat kecemasan c. Intervensi alami non invansif yang dapat diterapkan secara sederhana tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi harga terjangkau dan tidak menimbulkan efek samping (Faradisi, 2018). 5. Pedoman Intervensi Musik untuk Relaksasi Mariah & Ruth, (2016) mengemukakan pedoman intervensi musik untuk relaksasi sebagai berikut : a. Pastikan pasien memiliki pendengaran yang baik b. Pastikan pasien menyukai untuk mendengarkan musik c. Menilai preferensi musik dan riwayat sebelumnya dengan penggunaan musik untuk relaksasi d. Menyediakan pilihan lagu sesuai yang di butuhkan e. Lengkapi semua kebutuhan keperawatan sebelum intervensi f. Mengumpulkan peralatan (CD/kaset, music player, hp, baterai) dan memastikan semua dalam keadaan baik g. Membantu pasien untuk mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan, memastikan pencahayaan dan membantu pasien dengan peralatan yang diperlukan h. Meningkatkan lingkungan yang diperlukan

i. Pasang tanda tidak mengganggu untuk meminimalkan gangguan yang tidak perlu j. Mendorong dan memberikan pasien dengan kesempatan untuk praktek relaksasi dengan musik k. Dokumentasikan intervensi keperawatan 6. Hal yang perlu diperhatikan dalam Terapi Musik Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam terapi musik menurut Suryana (2012) adalah : a. Hindari interupsi yang diakibatkan cahaya yang remang-remang dan hindari

menutup gorden atau pintu b. Usahakan klien untuk menganalisa musik, dengan prinsip nikmati musik

kemanapun musik membawa c. Gunakan jenis musik sesuai dengan kesukaan klien terutama yang berirama

lembut dan teratur. 7. Skala Assesment Nyeri Penilaian nyeri meliputi : 1) Anamnesis umum 2) Pemeriksaan fisik 3) Anamnesis spesifik nyeri dan evaluasi ketidakmampuan yang ditimbulkan nyeri : a. Lokasi nyeri b. Keadaan yang berhubungan dengan timbulnya nyeri c. Karakter nyeri d. Intensitas nyeri e. Gejala yang menyertai f. Efek nyeri terhadap aktivitas g. Tatalaksana yang sudah didapat h. Riwayat penyakit yang relevan dengan nyeri i. Faktor lain yang akan mempengaruhi tatalaksana pasien 8. Penilaian Nyeri a. Pengukuran nyeri secara sederhana Berbagai cara dipakai untuk mengukur derajat nyeri, cara yang sederhana dengan menentukan derajat nyeri secara kualitatif sebagai berikut :

1) Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul, terutama sewaktu melakukan aktivitas sehari-hari dan hilang pada waktu tidur 2) Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus, aktivitas terganggu, hanya hilang apabila penderita tidur 3) Nyeri berat adalah nyeri yang berlangsung terus menerus sepanjang hari, penderita tidak dapat tidur atau sering terjaga oleh gangguan nyeri sewaktu tidur b. Pengukuran derajat nyeri mandiri Beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri menggunakan skala assesment nyeri unidimensional (tunggal) atau multidimensi : 1) Unidimensional : -

Hanya mengukur intensitas nyeri

-

Cocok (appropriate) untuk nyeri akut

-

Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi pemberian analgetik

-

Skala assesment nyeri unidimensional ini meliputi : a) Visual Analog Scale (VAS) Visual Analog Scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan sederhana. Namun untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi.

b) Numeric Rating Scale (NRS) Numeric Rating Scale digunakan untuk pasien dewasa dan anak yang usianya lebih 8 tahun.

Instruksi: pasien ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10. -

0

= tidak nyeri

-

1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)

-

4–6

= nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-

hari) -

7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)

c) Wong Baker Faces Pain Scale Wong Baker Faces Pain Scale digunakan untuk pasien (dewasa dan anak lebih 3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka. Instruksi: petugas menyesuaikan / memilih gambar mana yang paling sesuai dengan keadaan pasien. -

0

= ekspresi rileks, tidak merasa nyeri sama sekali

-

2

= sedikit nyeri

-

4

= cukup nyeri

-

6

= lumayan nyeri

-

8

= sangat nyeri

-

10

= amat sangat nyeri (tak tertahankan)

2) Multidimensional -

Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri

-

Diaplikasikan untuk nyeri kronis

-

Dapat dipakai untuk penilaian klinis

-

Skala multidimensional ini meliputi : a) McGill Pain Questionnaire (MPQ) Terdiri dari empat bagian : 1) Gambar nyeri, 2) Indeks nyeri (PRI), 3) Pertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan lokasinya, dan 4) Indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini. Terdiri dari 78 kata

sifat/ajektif, yang dibagi ke dalam 20 kelompok. Setiap set mengandung sekitar 6 kata yang menggambarkan kualitas nyeri yang semakin meningkat. Kelompok 1 sampai 10 menggambarkan kualitas sensorik nyeri (misalnya, waktu/temporal, lokasi/spatial, suhu/thermal). Kelompok 11 sampai 15 menggambarkan kualitas efektif nyeri (misalnya stres, takut sifat-sifat otonom). Kelompok 16 menggambarkan dimensi evaluasi dan kelompok 17 sampai 20 untuk keterangan lain-lain dan mencakup kata spesifik untuk kondisi tertentu. Penilaian menggunakan angka diberikan untuk setiap kata sifat dan kemudian dengan menjumlahkan semua angka berdasarkan pilihan kata pasien maka akan diperoleh angka total. b) The Brief Pain Inventory (BPI) BPI adalah kuesioner medis yang digunakan untuk menilai nyeri. Awalnya digunakan untuk mengassess nyeri kanker, namun sudah divalidasi juga untuk assessment nyeri kronik. c) Memorial Pain Assessment Card Instrumen yang cukup valid untuk evaluasi efektivitas dan pengobatan nyeri kronis secara subjektif. Terdiri atas 4 komponen penilaian tentang nyeri meliputi intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan nyeri dan mood.

B. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN NYERI NON-FARMAKOLOGIS (TEKNIK DISTRAKSI DENGAN TERAPI MUSIK) NO.

KEGIATAN Pra Interaksi

1.

a. Cek riwayat medis klien b. Persiapan alat : - Tape music / radio - CD musik - Headset c. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi d. Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO

Interaksi 2.

Menjelaskan : a. Nama perawat b. Identifikasi pasien (gelang pasien, nama, rekam medik, dll) c. Prosedur d. Tujuan Pemeriksaan e. Persetujuan pasien (informed consent) f. Kontrak waktu (pada klien dan keluarga) Kerja

3.

a. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan b. Menanyakan keluhan utama klien c. Menjaga privasi klien dengan menutup tirai/jendela d. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi dan mengurangi rasa sakit e. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik f. Identifikasi pilihan musik klien g. Berdiskusi dengan klien tentang tujuan berbagi pengalaman dalam musik h. Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien i. Atur posisi klien agar rileks tanpa beban fisik dan merasa nyaman j. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama mendengarkan musik k. Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan klien l. Pastikan tape musik/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik m. Dukung dengan headphone jika diperlukan n. Nyalakan musik dan lakukan terapi musik o. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras p. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama q. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti bernyanyi jika diinginkan dan memungkinkan saat itu r.

Setelah klien merasa tenang, minta klien untuk melakukan secara mandiri untuk mengurangi rasa nyeri

s. Rapikan klien Terminasi

4.

a. Evaluasi hasil kegiatan, jelaskan kepada klien hasil dan beri kesempatan klien untuk bertanya (kenyamanan klien) b. Simpulkan hasil kegiatan c. Berikan umpan balik positif d. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya e. Akhiri kontrak atau kegiatan dengan baik f. Rapikan alat g. Cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO

5.

Dokumentasi tindakan : Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan a. Nama px, umur, jenis kelamin, dll b. Keluhan utama c. Tindakan yang dilakukan d. Lama tindakan e. Jenis terapi musik yang diberikan f. Reaksi selama, setelah terapi pemberian musik g. Catat respon pasien h. Catat status klien i. Catat waktu pelaksanaan tindakan j. Catat hasil normal dan abnormal klien k. Nama dan tanda tangan perawat

C. DAFTAR PUSTAKA Annazhifa, A. B. (2020). Manajemen Nyeri Non Farmakologi Pada Pasien Kanker Payudara (Doctoral dissertation, Universitas Andalas). Agus Santosa (2019) BUKU AJAR PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Yogyakarta: UNY Press. Hastomi, I. & Sumaryati, E., (2012). Terapi Musik. Yogyakarta : Javalitera Natalina. (2017). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Yanuar, Alan. (2015). Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Intensitas Nyeri....


Similar Free PDFs