Standar Nasional Indonesia Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa (ASTM A 325 M -04,IDT PDF

Title Standar Nasional Indonesia Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa (ASTM A 325 M -04,IDT
Author Mahathir Muhammad
Pages 28
File Size 558.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 313
Total Views 682

Summary

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “ SNI ASTM A325:2012 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa (ASTM A 325...


Description

Standar Nasional Indonesia

Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa (ASTM A 325 M – 04,IDT)

ICS 21.060.10; 91.100.01

Badan Standardisasi Nasional

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM A325:2012

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: [email protected] www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

© BSN 2012

Daftar isi

Daftar isi..................................................................................................................................... i Prakata ..................................................................................................................................... ii Pendahuluan............................................................................................................................ iii 1

Ruang lingkup ..................................................................................................................1

2

Acuan Normatif ................................................................................................................1

3

Informasi pemesanan ......................................................................................................2

4

Bahan dan proses pengerjaan .........................................................................................3

5

Komposisi kimia ...............................................................................................................4

6

Sifat-sifat mekanis............................................................................................................7

7

Dimensi ............................................................................................................................9

8

Hasil pengerjaan ............................................................................................................10

9

Jumlah uji dan uji ulang .................................................................................................10

10

Metode uji ......................................................................................................................11

11

Pemeriksaan ..................................................................................................................12

12

Penolakan ......................................................................................................................12

13

Sertifikasi .......................................................................................................................12

14

Pertanggungjawaban .....................................................................................................13

15

Penandaan produk ........................................................................................................13

16

Pengepakan dan penandaan pengepakan ....................................................................13

Lampiran A (normatif) Persyaratan tambahan........................................................................15 Lampiran B (normatif) Istilah dan definisi ...............................................................................16 Lampiran C (informatif) ..........................................................................................................19 Tabel 1 - Kelas mur dan spesifikasi permukaan ..................................................................... 3 Tabel 2 - Permukaan cincin .................................................................................................... 3 Tabel 3 - Komposisi kimia untuk baut tipe 1 ........................................................................... 5 Tabel 4 - Komposisi kimia untuk baut tipe 3 ........................................................................... 6 Tabel 5 - Persyaratan nilai kekerasan baut ............................................................................ 7 Tabel 6 - Persyaratan uji tarik untuk baut ukuran penuh ......................................................... 8 Tabel 7 - Persyaratan kuat tarik untuk contoh baut yang dibubut .......................................... 8 Tabel 8 - Uji kapasitas rotasi untuk baut-baut dengan lapis seng .......................................... 9 Tabel 9 - Batas ukuran berlebih seng celup-panas dan seng mekanis ................................ 10 Tabel 10 - Jenis pengujian dan jumlah pengujian ................................................................. 11 Gambar C.1 - Bagian-bagian baut ......................................................................................... 19

i © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM A325:2012

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa adalah adopsi identik dari ASTM A 325 M-04, Structural Bolts, Steel, Heat Treated 830 MPa Minimum Tensile Strength [Metric]. SNI baru ini bertujuan untuk membuat satu Standar Nasional Indonesia mengenai spesifikasi baut mutu tinggi khususnya tipe A 325 M untuk sambungan struktur baja dengan pertimbangan banyaknya jembatan struktur baja yang digunakan di Indonesia. Standar ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 03.1 Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 28 Juli 2008 di Bandung, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.

ii © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM A325:2012

Pendahuluan

Baut sebagai alat penyambung struktur baja sudah sangat umum di Indonesia. Oleh karena itu kualitas baut yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Standar ini tidak membahas mengenai angka kekencangan baut yang harus diberikan untuk aplikasi penggunaan baut pada struktur baja di lapangan. Dalam standar ini dibahas mengenai baut mutu tinggi dengan kekuatan tarik minimum 830 MPa dengan perlakuan panas (heat treatment), mulai dari persyaratan bahan, persyaratan mekanis, persyaratan identifikasi sampai dengan penerimaan dan penolakan baut. Selain standar ini sebelumnya terdapat juga Standar Nasional Indonesia (SNI) 05-0541-1989 Mur & Baut, Kepala Segi Enam untuk Konstruksi Umum dan Jembatan yang mengatur baut dengan tingkat 8.8 dan 10.9 yang memiliki karakterisik berbeda dengan baut tipe A 325 M. Standar ini disusun dengan tujuan membuat dan melengkapi Standar Nasional Indonesia mengenai standar spesifikasi baut mutu tinggi untuk sambungan struktur baja dengan pertimbangan banyaknya jembatan baja dan jenis baut yang digunakan di Indonesia.

iii © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM A325:2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa

1

Ruang lingkup

1.1 Spesifikasi ini meliputi dua tipe baut segi enam mutu tinggi yaitu hasil quen dan temper untuk kekuatan tarik minimum 830 MPa (CATATAN 1). 1.2 Baut tersebut digunakan sebagai penyambung struktural yang memenuhi spesifikasi untuk sambungan struktur yang menggunakan baut, sesuai dengan ASTM A 325M atau ASTM A 490M. 1.3 Baut ini termasuk juga baut dengan ukuran M12 sampai dengan M36. Baut tersebut dirancang dalam beberapa tipe tergantung komposisi kimianya yang antara lain sebagai berikut: 1.3.1 Tipe 1 - Karbon medium, karbon boron, atau baja paduan karbon minimum atau baja paduan boron; 1.3.2

Tipe 2 - Ditarik dari peredaran pada tahun 2003 (tidak digunakan lagi);

1.3.3

Tipe 3 - Baja tahan cuaca.

1.4

Spesifikasi ini hanya dapat digunakan untuk baut segi enam mutu tinggi.

1.5 Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini dimuat dalam ASTM F 1789 dan disajikan dalam lampiran B standar ini. 1.6 Resiko yang berkaitan terhadap keselamatan hanya berlaku untuk bagian metode pengujian, pasal 10, dalam spesifikasi ini. Dalam standar ini tidak termasuk aspek keselamatan yang diperlukan. Jika ada aspek keselamatan yang harus diperhatikan, hal tersebut merupakan tanggung jawab dari pengguna standar ini untuk membuat suatu praktek keselamatan dan kesehatan dan mengukur batasan penerapan yang dapat disyaratkan dalam penggunaannya. CATATAN 1 – Spesifikasi ini dalam satuan metrik untuk melengkapi spesifikasi A 325.

2 2.1

Acuan Normatif Standar ASTM

ASTM A 153, Specification for zinc coating (hot-dip) on iron and steel hardware. ASTM A 490M, Specification for heat-treated steel structural bolts, 150 ksi minimum tensile strength ASTM A 563M, Specification for carbon and alloy steel nuts ASTM A 751, Test methods, practices, and terminology for chemical analysis of steel product ASTM B 695, Specification for coating of zinc mechanically deposited on iron and steel. ASTM D 3951, Practice for commercial packaging ASTM F 436M, Specification for hardened steel washers 1 dari 19 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM A325:2012

ASTM F 606M, Test methods for determining the mechanical properties of externally and internally threaded fasteners, washers, and rivets ASTM F 788/F788M, Specification for surface discontuinitas of bolts, screw, and studs, inch and metric series ASTM F 959M, Specification for compressible-washer-type direct tension indicators for use with structural fasteners ASTM F 1470, Fastener sampling for specified mechanical properties and performance inspection ASTM F 1789, Standard terminology for f16 mechanical fasteners ASTM G 101, Guide for estimating the atmospheric corrosion 2.2

Standar ASME

ASME B 1.13M, Metric Screw Threads ASME B 18.2.3.7M, Metric Heavy Hex Structural Bolts ASME B 18.18.3M Inspection and Quality Assurance for Special Purpose Fasteners ASME B 18.24.1 Part Identifying Number (PIN) Code System

3

Informasi pemesanan

3.1 Pemesanan untuk baut segi enam struktural mutu tinggi dalam jumlah banyak menurut spesifikasi ini harus termasuk hal-hal berikut: 3.1.1

Kuantitas (jumlah baut dan perlengkapannya).

3.1.2 baut.

Ukuran, termasuk diameter nominal baut, jarak antar ulir (thread pitch) dan panjang

3.1.3

Nama produk, baut segi enam struktural mutu tinggi.

3.1.4 Jika baut dengan ulir penuh disyaratkan, persyaratan tambahan harus ditentukan (lihat Lampiran A). 3.1.5 Tipe baut : tipe 1 atau tipe 3, jika tipe tidak disyaratkan dalam pemesanan, tipe baut tersebut baik tipe 1 maupun tipe 3 tetap harus dinyatakan oleh penyalur. 3.1.6

Penunjukkan ASTM dan tahun penerbitan.

3.1.7 Komponen-komponen lain seperti mur, cincin (washer) dan untuk tipe cincin tipe compressible dengan indikator tarik langsung, jika diperlukan harus disediakan dengan nomor lot. 3.1.8 Lapisan seng – tentukan proses galvanis yang disyaratkan, sebagai contoh celup panas, “deposit secara mekanis” (mechanically deposited) atau “tanpa acuan”. 3.1.9

Penyelesaian akhir, tentukan pemberian lapisan pelindung akhir yang lain jika perlu.

3.1.10 Laporan pengujian. Jika dibutuhkan (lihat 13). 3.1.11 Persyaratan khusus jika diperlukan;

2 dari 19 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM A325:2012

3.1.12 Untuk penerapan sistem identifikasi bagian, lihat ASME B18.24.1. CATATAN 2 - Contoh pemesanan yang tipikal adalah sebagai berikut : 1000 buah, M 24x3x100, baut segi enam struktural mutu tinggi, Tipe 1 ASTM A 325M, masing-masing dengan 1 buah ring biasa dan mur segi enam mutu tinggi, lapisan seng dengan “mechaniccally deposited’.

3.2

Mur yang direkomendasikan

3.2.1 Mur yang memenuhi spesifikasi ASTM A 563M direkomendasikan untuk digunakan bersama baut segi enam mutu tinggi yang memenuhi spesifikasi ini. Mur tersebut harus masuk dalam kelas dan memiliki pelapisan permukaan untuk tipe baut seperti Tabel 1. Tabel 1 - Kelas mur dan spesifikasi permukaan

3.3

No.

Tipe baut

1

1

2 3

1 3

Permukaan Baut polos (tidak dilapis) lapis seng polos

Kelas mur

Spesifikasi permukaan Mur polos

A 563M-8S atau 8S3 A 563M-10S A 563M, 8S3

lapis seng polos

Cincin yang direkomendasikan

3.3.1 Cincin yang memenuhi spesifikasi ASTM F 436M direkomendasikan untuk digunakan bersama baut segi enam mutu tinggi yang memenuhi spesifikasi ini. Cincin tersebut apabila dilapisi permukaannya untuk masing-masing tipe baut seperti Tabel 2. Tabel 2 - Permukaan cincin No. 1 2 3 3.4

Tipe baut 1 1 3

Permukaan Baut Polos/Plain (tidak dilapis) Lapis seng Polos

Permukaan Cincin Polos (tidak dilapis) Lapis seng Baja tahan cuaca, polos

Perlengkapan lainnya

3.4.1 Jika tipe cincin kompresibel dengan indikator tarik langsung akan digunakan dengan baut-baut dalam spesifikasi ini, perlengkapan tersebut harus memenuhi spesifikasi ASTM F 959M tipe 8.8.

4

Bahan dan proses pengerjaan

4.1

Perlakuan panas (heat treatment)

4.1.1 Baut tipe 1 yang dihasilkan dari baja karbon medium harus diquen di dalam media cair dari temperatur austenisasinya. 4.1.2 Baut tipe 1 yang dihasilkan dari baja karbon yang ditambahkan kromium, nikel, molibden, atau boron harus diquen dalam minyak dari temperatur austenisasinya. 4.1.3

Baut tipe 3 harus didinginkan hanya di dalam minyak dari temperatur austenisasinya.

3 dari 19 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM A325:2012

4.1.4 Baut tipe 1 (dengan mengabaikan baja yang digunakannya) dan baut tipe 3 harus ditemper; dengan memanaskan ulang mencapai temperatur lebih dari 427C. 4.2

Proses pembuatan ulir

Ulir harus dibuat dengan cara dipotong dan dibubut. 4.3 Pelapisan seng, celup (mechanically deposited)

panas

(hot

dip),

dan

deposit

secara

mekanis

4.3.1 Jika diperlukan pengencang dengan lapisan seng, pembeli harus menentukan proses pelapisannya, sebagai contoh, celup panas, deposit secara mekanis, atau tanpa acuan. 4.3.2 Jika celup panas yang ditentukan, mur harus dilapisi seng dengan proses celup panas dan pelapisannya harus mengacu pada berat atau tebal lapisan dan kinerja yang memenuhi kelas C spesifikasi ASTM A 153. 4.3.3 Jika proses deposit secara mekanis yang ditentukan, mur tersebut harus dilapisi seng dengan proses deposisi mekanis dan pelapisan harus mengacu pada berat/ketebalan lapisan yang memenuhi kelas 50 spesifikasi ASTM B 695. 4.3.4 Jika tidak ada acuan yang disyaratkan, produsen harus melakukan pelapisan salah satu metode dan spesifikasi sesuai 4.3.2 atau 4.3.3. Komponen yang dibuat berulir (baut dan mur) harus dilapisi seng dengan proses yang sama dan pilihan bagi penyalur dibatasi hanya satu proses per item tanpa dicampur per lot. 4.4

Pelumasan

4.4.1 Jika mur dengan lapisan seng dipesan dengan bautnya, mur harus dilumasi menurut spesifikasi ASTM A 563M, persyaratan tambahan (lampiran A), untuk meminimalkan terjadinya galling. 4.5

Proses sekunder

4.5.1 Jika ada proses yang dapat mempengaruhi sifat mekanis dan kinerja baut yang dilakukan setelah pengujian awal, baut harus diuji ulang untuk semua sifat-sifat mekanis dan persyaratan kinerja yang dipersyaratkan dan terpengaruh oleh proses ulang tersebut. 4.5.2 Jika proses sekunder adalah pengerjaan panas, baut harus diuji ulang untuk semua sifat mekanis yang dipersyaratkan. Baut yang lapisi dengan proses celup panas harus diuji untuk semua sifat mekanis yang dipersyaratkan dan pengujian kapasitas puntir. Jika mur yang dilapisi seng dilumasi ulang setelah pengujian kapasitas puntir awal, dudukannya harus diuji ulang untuk kapasitas puntir. 5

Komposisi kimia

5.1 Baut tipe 1 harus berupa baja karbon murni, baja karbon boron, baja paduan atau paduan boron (produsen yang memutuskan), merujuk pada komposisi kimia yang dispesifikasikan dalam Tabel 3.

4 dari 19 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM A325:2012

Tabel 3 - Komposisi kimia untuk baut tipe 1 Baja Karbon %

Unsur Karbon Mangan, minimum Fosfor , maksimum Belerang, maksimum Silikon Unsur Karbon Mangan, minimum Fosfor , maksimum Belerang, maksimum Silikon Boron Unsur Karbon Mangan, minimum Fosfor , maksimum Belerang, maksimum Silikon Unsur Paduan Unsur Karbon Mangan, minimum Fosfor , maksimum Belerang, maksimum Silikon Boron Unsur Paduan A)

Analisis lebur Analisis Produk 0,3-0,52 0,28-0,55 0,6 0,57 0,04 0,048 0,05 0,058 0,15-0,3 0,13-0,32 Baja Karbon Boron % Analisis lebur 0,3-0,52 0,6

Analisis Produk 0,28-0,55 0,57

0,04 0,05 0,1-0,3 0,0005-0,003

0,048 0,058 0,08-0,32 0,0005-0,003 Baja Paduan, %

Analisis lebur 0,3-0,52

Analisis Produk 0,28-0,55

0,6

0,57

0,035 0,04

0,04 0,045

0,15-0,35

0,13-0,37

A)

A)

Baja Boron Paduan % Analisis lebur Analisis Produk 0,3-0,52 0,6 0,035 0,04 0,15-0,35 0,0005-0,003

0,28-0,55 0,57 0,04 0,045 0,13-0,37 0,0005-0,003

A)

A)

Baja, seperti yang didefinisikan oleh American Iron and Steel Institute, harus dipertimbangkan sebagai paduan ketika rentang maksimum yang diberikan untuk kadar unsur paduan melebihi satu atau lebih batas berikut : Mangan 1,65 %; silikon 0,60 %; Tembaga 0,60 % atau dalam rentang definit atau kuantit...


Similar Free PDFs