STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PDF

Title STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Author Ovelia C A N D R A Pertiwi
Pages 10
File Size 474.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 102
Total Views 276

Summary

STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Ovelia Candra Pertiwi, Hery Setiyatna Prodi Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Surakarta [email protected] Abstrak Anak berkebutuhan khusus merupakan bagian yang harus diperhatikan dalam pendidikan, dikarenakan pembelajaran bagi ABK berbeda dengan ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Ovelia C A N D R A Pertiwi Ovelia Candra Pertiwi

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Psikologi Pendidikan ABK CETAK Nur'aeni Nur'aeni

pendidikan inklusi Ulsana Puji Lest ari St rat egi dan Model Pembelajaran Seni pada Anak Berkebut uhan Khusus isma oct aviani

STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Ovelia Candra Pertiwi, Hery Setiyatna Prodi Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Surakarta [email protected] Abstrak Anak berkebutuhan khusus merupakan bagian yang harus diperhatikan dalam pendidikan, dikarenakan pembelajaran bagi ABK berbeda dengan anak pada umumnya. Oleh sebab itu, perlu adanya strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing ABK. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

strategi pembelajaran

yang

tepat

bagi

ABK.

Penelitian

ini

menggunakan metode kualitiatif yang merupakan penelitian tentang riset dan bersifat deskriptif. Sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang berupa: 1. pengertian anak berkebutuhan khusus 2. macam-macam ABK 3. strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Kata Kunci: ABK, jenis, strategi pembelajaran

Abstract Children with special needs are a part that must be considered in education, because learning for children with special needs is different from children in general. Therefore, it is necessary to have an appropriate learning strategy and according to the needs of each ABK. The purpose of this study was to determine the appropriate learning strategies for children with special needs. This research uses a qualitative method which is a research about research and is descriptive in nature. So that research results can be obtained in the form of: 1. understanding of children with special needs 2. kinds of children with special needs 3. learning strategies for children with special needs. Keywords: Childern with special needs, categorization, learning strategies

Pendahuluan Tuhan menciptakan setiap anak yang masing-masing memiliki kecerdasan dan bakat yang berbeda-beda antara satu anak dengan yang lainnya bahkan bagi anak dengan kebutuhan khusus sekalipun. Memiliki kelainan dan cacat menjadikan anak berkebutuhan khusus kurang di perhatikan oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah terkait dengan masalah pendidikan. Anak berkebutuhan khusus sering diperlakukan secara tidak adil oleh sistem pendidikan indonesia, misal anak berkebutuhan khusus tidak diperkenankan untuk mengenyam pendidikan di sekolah normal atau umum. Seperti yang kita ketahui pendidikan merupakan hak mutlak yang dapat diperoleh oleh setiap anak tanpa adanya membedabedakan anak satu dengan yang lainnya (Rahim, 2016). Pendidikan sangat penting bagi kehidupan umat manusia guna untuk meraih masa depan yang lebih matang dan lebih baik. Seperti yang tertera di dalam Undang-undang Dasar Negara Republik 1945 Pasal 28 ayat 1 menyatakan bahwa “setiap orang berhak mengembangkan diri dan mendapatkan pendidikan yang layak.” Oleh sebab itu, pendidikan tidak hanya berlaku bagi orang-orang normal saja, namun bagi mereka yang mempunyai kekurangan (anak berkebutuhan khusus) juga berhak untuk mendapatkan suatu pendidikan (Putu Sri Darma Deewi, 2020). Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu strategi sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus, hendaknya guru harus mempunyai data pribadi setiap anak yang berkaitan dengan karakteristik, kelemahan, kelebihan, dan tingkat perkembangannya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang anak berkebutuhan khusus yang meliputi

kategoro

atau

macam-macam

anak

berkebutuhan

khusus

serta

strategi

pembelajaran yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumen. Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang datanya adalah data kualitatif, sehingga analisisnya berbentuk deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengkaji dokumen-dokumen terkait topik penelitian, dokumen yang dimaksud berupa jurnal dan buku.

Pembahasan A. Anak Berkebutuhan Khusus Menurut (Maftuhatin, 2014) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam hal pelayanan pendidikan membutuhkan pelayanan yang lebih spesifik, berbeda dengan pelayanan pendidikan pada umumnya. Anak dengan kebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajarnya, sehingga diperlukannya suatu layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bisa dilaksanakan pada Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan memperhatikan pada hal kurikulum,

pendekatan

pembelajaran,

proses

pembelajaran,

dan

sistem

evaluasi

pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Selain hal-hal tersebut, penyelenggarakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus juga harus memperhatikan prinsip-prinsip penting, diantaranya: a.

Prinsip kasih sayang Prinsip ini menekankan menerima anak berkebutuhan khusus sebagaimana adanya

dan mengupayakan mereka agar mampu menjalani hidup dan kehidupan dengan wajar seperti anak normal. b.

Prinsip layanan individual Prinsip ini menekankan bahwa setiap anak berkebutuhan khusus memiliki jenis dan

derajat yang berbeda-beda tentang kekhususannya. Oleh karena itu upaya yang perlu dilakukan ialah (a) jumlah sisiwa yang dilayani guru dalam satu kelas maksimal 4-6 orang, (b) pengaturan kurikulum dan jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel, (c) penataan ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga guru dapat menjangkau semua anak dengan mudah, (d) modifikasi alat bantu ajar (Abdullah, 2013). c.

Prinsip kesiapan Maksud dari prinsip ini ialah perlu dilakukan persiapan mengenai pengetahuan,

mental, dan fisik anak berkebutuhan khusus untuk menunjang pembelajaran. d.

Prinsip keperagaan. Prinsip ini ialah pembelajaran pada anak berkbeutuhan khusus perlu didukung oleh

alat peraga sebagai Medianya, dengan tujuan mempermudah guru dalam mengajar dan mempermudah siswa dalam menerima materi dari guru. e.

Prinsip Motivasi Maksud dari prinsip ini ialah dalam mengajar lebih menekankan pada cara mengajar

dan pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak yang berkebutuhan khusus.

Agar mereka dapat lebih bersemangat dan termotivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari baik dirumah maupun disekolah. f.

Prinsip belajar dan bekerja kelompok. Penekanan pada prinsip ini ialah agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat

bergaul dengan baik tanpa harus merasa rendah diri atau minder. Guna agar dapat bergaul secara luas dan lebih baik g.

Prinsip keterampilan. Prinsip ini menekankan pada pendidikan keterampilan yang berfungsi selektif,

edukatif, rekreatif, terapi, dan sebagai bekal dikehidupannya kelak. h.

Prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap.

Kondisi fisik dan psikis anak berkebutuhan khusus memang kurang baik sehingga perlu diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik serta tidak selalu menjadi perhatian orang lain (Pratiwi, 2015). B. Jenis/ Klarifikasi Anak Berkebutuhan Khusus a.

Tunanetra Tunanetra adalah individu yang memiliki gangguan atau hambatan pada indera

pengelihatan (mata). tunanetra digolongkan menjadi dua macam yakni buta total dan buta parsial. Buta total merupakan sudah tidak berfungsinya lagi mata sebagai indera pengelihat, sehingga individu yang mengalami buta total tidak dapat melihat sama sekali, termasuk melihat cahaya. Sedangkan buta parsial atau sebagian merupakan kondisi mata yang menyebabkan seseoorang tidak dapat melihat objek secara jelas (pandangan menjadi kabur). b.

Kesulitan Belajar Seoorang individu yang mempunyai gangguan terkait berbicara, menulis, dan dalam

menggunakan bahasa maka dapat digolongkan individu tersebut mengalami kesulitan belajar. Sehingga akibat kesulitan belajar ini dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, berbicara, berhitung, menulis, dan membaca (Zaitun, 2017). Penyebab seseoorang mengalami kesulitan belajar ini diakibatkan oleh gangguan persepsi, afasua perkembangan, dan brain

injury disfungsi minimal otak. Akibatnya, individu yang mempunyai permasalahan kesulitan belajar akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan konsep dan juga rata-rata mempunyai IQ dibawah rata-rata atau rendah. c.

Tunalaras Istilah lain tunalaras adalah emotionally handicapped atau behavioral disorder.

Menurut Eli M. Bower tunanetra adalah individu yang memiliki suatu kelainan pada sikap atau perilaku. Menurut pendapat Eli M. Bower tersebut dapat ditarik pengertian lebih lanjut

bahwa

pengertian

tunalaras

adalah

individu

yang

mengalami

hambatan

dalam

mengendalikan emosi atau mengontrol sosial. Individu tunalaras biasanya memiliki perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Fantor penyebabnya dikarenakan faktor internal maupun faktor eksternal. d.

Tunarungu wicara Menurut (Agustiningrum, 2014) tunarungu wicara merupakan suatu keadaan individu

yang memiliki permasalahan dikarenakan ketidakmampuannya dalam beriteraksi dan berkomunikasi di lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang. Akibat individu tunarungu wicara memiliki hambatan dalam berkomunikasi sehingga mereka sulit untuk mudah beradaptasi serta bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Ciri-ciri tunarungu wicara adalah: 1. sulit untuk fokus 2. mempunyai nilai akademik yang rendah (khususnya membaca) 3. kesulitan untuk mengikuti petunjuk atau intruksi yang disampaikan secara lisan 4. mengalami hambatan terhadap aspek bahasa ddan berbicara, dan 5. kesulitan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial dikarenakan adanya hambatan terhadap pendengaran. e.

Hiperactive Hiperactive merupakan kelainan pada anak yang menyebabkan anak sulit untuk diam,

sulit untuk fokus, dan implusif. Individu yang memiliki kelainan hiperactive perlu dilakukan suatu perawatan berupa terapi. Terapi yang dilakukan meliputi terapi perilaku, terapi kognitif, terapi manajemen kemarahan, terapi bimbingan konseling psikologis, terapi keluarga, dan terapi analisis perilaku terapan. Ciri-ciri yang mudah diketahui bagi anak yang memiliki kelainan hiperactive adalah anak tidak akan bisa lebih dari kurun waktu antara 5-10 menit, ia akan selalu bergerak dari tempat satu ke tempat yang lain. Sehingga akibat adanya kelainan hiperactive pada anak inilah yang menyebabkan anak kesulitan belajar dikarenakan anak sulit untuk fokus dan terlalu banyak bergerak. Selain itu, ciri-ciri anak hiperactive adalah ia mudah merasa bingung, kacau pikirannya, tidak suka memperhatikan penjelasan dari guru maupun orang lain, sulit untuk mengeja huruf, dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru secara tuntas. f.

Autistic syndrome Autistic

syndrome

merupakan

kelainan

yang

disebabkan

hambatan

pada

ketidakmamppuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak. Menurut (Humairah Wahidan An-Nizzah, 2018) gejala-gejala penyandang autism antara lain: 1.

Tidak tampak ceria

2.

Selalu diam sepanjang waktu

3.

Tidak pernah bertanya, menunjukkan rasa takut, tidak punya keinginan yang bermacam-macam, serta tidak menyukai hal yang ada disekelilingnya

4.

Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton

5.

Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap hal-hal yang disukainya misal boneka

g.

Tunadaksa Tunadaksa digolongkan menjadi dua macam, yaitu kelainan pada sistem serebral dan

kelainan pada sistem otot dan rangka. Individu yang mempunyai kelainan tunadaksa biasanya mengalami kesulitan pada koordinasi gerak, persepsi, dan kognisi, di samping adanya kerusakan safat tertentu. Penyebab adanya kelainan tunadaksa pada seoorang individu dikarenakan adanya kerusakan saraf yang dimana sel saraf tersebut tumbuh dengan keadaan tidak lengkap. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsy, spinabifidam, dan kerusakan otak lainnya. h.

Anak berbakat dan berkebutuhan (Giftness and special tallented) Keterbakatan

ialah

keunggulan

dalam

kemampuan

tertentu,

Milgram,

R.M

berpendapat bahwa anak berbakat ialah anak yang mempunyai IQ tinggi diatas rata-rata, kisaran 140 lebih yang diukur menggunakan instrumen stanford binnet. Peserta didik berbakat digolongkan menjadi 4 kategori, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.

Mampu berpikir kreatif dan menyeluruh.

2.

Mempunyai kemampuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada kemampuan berpikir secara abstrak dan mampu memecahkan suatu masalah secara sistematis dan logis.

3.

Mempunyai bakat kreativitas khusus, bersifat orisinil, dan berbeda dengan orang lain.

4.

Kemampuan inteketual khusus mengacu pada aspek bahasa asing, matematika, musik, dan ilmu pengetahuan alam.

C. Strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus Anak berkebutuhan khusus akan lebih mudah untuk menerima materi pembelajaran di sekolah yang berbasis pendidikan inklusi, karena pada pendidikan inklusi persiapan perangkat pembelajaran dan metode pembelajaran lebih lengkap dari pada sekolah di pendidikan normal atau umum. Selain itu, guru yang mengajar professional dan mengerti akan kebutuhan masing-masing anak dari pada guru yang mengajar di sekolah normal. (Agung Nugroho, 2016). Berikut akan dijelaskan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak berkebutuhan khusus.

a.

Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu Strategi pembelajaran yang biasa digunakan untuk anak tunarungu yaitu strategi

pembelajaran yang meliputi 9 macam strategi, diantaranya adalah sebagai berikut: deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, individu, kelompok, kooperatif, dan modifikasi tingkah laku b.

Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra Karena tunagrahita memiliki keterbatasan dalam melihat, terdapat empat macam

strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita, yaitu:

c.

1.

Jumlah siswa yang dibentuk menjadi kelompok kecil dan kelompok besar

2.

Pengaturan tenaga pendidik yang dibentuk perorangan maupun kelompok

3.

Pembelajaran yang diajarkan menggunakan strategi ekspositorik dan heuristic

4.

Pembelajaran dapat dilakukan secara tatap muka maupun secara online

Strategi pembelajaran untuk anak berbakat Strategi pembelajaran yang tepat bagi anak yang mempunyai IQ diatas rata-rata

akan dapat memberikan dorongan bagi anak tersebut untuk berprestasi. Sehingga strategi pembelajaran yang tepat adalah: 1.

Pembelajaran didesain tidak hanya untuk mengembangkan kecerdasan intelektual saja, namun kecerdasan emosional juga perlu diajarkan

2.

Pembelajaran harus disertai dengan kecepatan dan tingkat komplektisitas

3.

Berorientasi pada modifikasi proses, contect, dan produk

4.

Model layanan perkembangan yang diberikan untuk anak berbakat digolongkan menjadi 5 macam, yaitu layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas, dan bidang khusus.

d.

Strategi pembelajaran untuk tunagrahita Strategi pembelajaran untuk anak tunagrahita di sekolah biasa akan berbeda dengan

strategi pembelajaran anak tunagrahita di sekolah luar biasa . Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita diantaranya ada 3 jenis, yaitu: 1. Strategi kooperatif 2. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan 3. Strategi modifikasi tingkah laku e.

Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa Strategi pembelajaran yang bisa diterapkan bagi sekolah untuk anak tunadaksa

adalah sebagai berikut: 1.

Pendidikan terpadu

f.

2.

Pendidikan segresi (terpisah)

3.

Pendidikan integrasi (terpadu)

Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras Menurut Kauffman, ada 4 model pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak

tunalaras, diantaranya yaitu:

g.

1.

Model psikodinamika

2.

Model boigenetic

3.

Model ekologis

4.

Model behavioral atau tingkah laku

Strategi pembelajaran bagi anak kesulitan belajar Anak

kesulitan

belajar

pada

umumnya

menggunakan

dua

model

strategi

pembelajaran, yaitu: 1.

Anak yang berkesulitan berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis. Sesuai dengan urutan dari konkret, semi konkret, dan tingkah abstrak.

2.

Anak yang berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remidial sesuai dengan tingkat kesalahan (Dermawan, 2013).

h.

Strategi pembelajaran bagi anak autism Menurut

James

J.

Groos,

strategi

pembelajaran

bagi

anak

autis

harus

memperhatikan kondisi emosional anak terlebih dahulu. Pengenalan emosi anak autis terdiri dari 5 tahap yaitu tahap situation selection, situation, aattention, appraisal, dan response. Sehingga apabila anak autis sudah dapat mengontrol emosinya melalui kelima tahap tersebut, ia akan lebih mudah menerima materi pembelajaran dengan baik (Nurul Hidayah, 2019). Kesimpulan Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam hal pelayanan pendidikan membutuhkan pelayanan yang lebih spesifik, berbeda dengan pelayanan pendidikan pada umumnya. Terdapat 8 kategori anak berkebutuhan khusus, diantaranya adalah: 1. tunarungu

wicara,

tunadaksa,

tunagrahita,

tunalaras,

tunanetra,

kesulitan

belajar,

hiperactive, autistic syndrome, dan anak berbakat. Masing-masing anak berkebutuhan khusus memerlukan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Agar hak anak berkebutuhan khusus untuk menerima pendidikan dan belajar dapat terlaksana dengan adil dan bijaksana.

Daftar Pustaka Abdullah, N. (2013). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Magistra, 25(86), 7-8. Agung Nugroho, K. M. (2016). Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 2(2), 145-151. Agustiningrum, M. D. (2014). Penanaman Proses Pendisiplinan Diri Anak Berkebutuhan Khusus (Tunarungu Wicara) Salam Pembelajaran Tari Tradisional. Jurnal Cakrawala

Dini, 5(1), 32-37. Dermawan, O. (2013). Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB. Jurnal

Ilmiah Psikologi, 4(2), 886-895. Humairah Wahidan An-Nizzah, S. A. (2018). Menge...


Similar Free PDFs