Stress dalam organisasi PDF

Title Stress dalam organisasi
Author awan hayun
Pages 33
File Size 182.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 18
Total Views 116

Summary

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Masalah stress kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi di dalam pekerjaan. Stres kerja karyawan perlu dikelola oleh seorang pimpinan perusahaan agar potensi-potensi yang merugikan per...


Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori Masalah stress kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi di dalam pekerjaan. Stres kerja karyawan perlu dikelola oleh seorang pimpinan perusahaan agar potensi-potensi yang merugikan perusahaan dapat diatasi. Akibat adanya stress kerja yaitu seseorang atau karyawan menjadi nerveus, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir, dan kondisi fisik individu. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orangorang yang mengalami stress. Stress tersebut tidak tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat menyebabkan stress dalam bekerja. Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stress tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stress tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa stress dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap pekerja. Mereka mengalami stress karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stress dalam

Perilaku Organisasi

Page 1

bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, disinilah muncul peran dari organisasi untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stress) yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini organisasi dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut. Untuk menjaga kesetabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus stabil agar terjadi sinkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi di lingkungan organisasi. Stress kerja yang sering dialami oleh pekerja dalam perusahaan menjadi ancaman tersendiri bagi perusahaan. Seorang pimpinan harus benar-benar memperhatikan lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi seseorang sehingga stress dapat dicegah. Pada makalah ini kita akan membahas secara lebih jelas mengenai stress dalam organisasi.

Perilaku Organisasi

Page 2

1.2 Rumusan Masalah Sejalan dengan landasan teori di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : a. Apa yang dimaksud dengan stress dalam organisasi? b. Faktor apa saja yang menimbulkan stress? c. Apa dampak dari stress? d. Bagaimana mengatasi stress kerja?

1.3 Tujuan Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui beberapa hal berikut : a. Memenuhi tugas pada mata kuliah Perilaku Organisasi b. Mengetahui dan memahami secara luas tentang “stress” dalam organisasi c. Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan oleh pimpinan perusahaan dalam menghadapi stress kerja d. Mengetahui pengaruh stress terhadap organisasi

Perilaku Organisasi

Page 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stres Kata stress bermula darai kata latin yaitu “Stringere” yang berarti ketegangan dan tekanan. Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu. Bilamana stress telah mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi menekan dirasakan terusmenerus (tugas yang berat atau tugas yang dikakukan karena tugas dilakukan dengan situasi yang tidak kondusif atau stress yang dilakukan dengan dasar rasa trauma). Ada dua pengertian stress, yaitu : a. Menurut Robin Stress adalah suatu kondisi dinamis dimana seseorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu tersebut dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. b. Menurut Michael

Perilaku Organisasi

Page 4

Stress merupakan suatu respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang. Dengan dua definisi di atas tentunya kita sulit memahami tentang stress yang sebenarnya. Pada dasarnya stress merupakan sebuah tekanan yang terjadi pada diri seorang individu baik itu berupa beban pekerjaan dan lainnya dan membuat individu tersebut merasa terbebani dan keberatan untuk menyelesaikan berbagai kewajibannya. Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stress yang terlalu berat dapat mengancam dan menghambat kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan, karenanya secara umum stress sering diterapkan sebagai tekanan umum terhadap perasaan hidup manusia. Dalam konteks organisasi, stress yang sering dialami diri para pekerja dapat berkembang berupa gejala tekanan sebagai faktor pengganggu terhadap prestasi kerja mereka. Para pekerja yang mengalami gejala stress terlihat menjadi nerveus, khawatir, mudah marah, sulit santai, tidak koopratif, bahkan ditingkat yang lebih akut dapat melarikan diri pada kecanduan minuman keras atau menggunakan obat-obatan terlarang. Pada gilirannya stress juga dapat menimbulkan gangguan fisik akibat berubahnya tubuh bagian dalam sebagai reaksi stress. Gangguan fisik tersebut dapat bersifat jangka pendek, namun juga bersifat jangka panjang, seperti gangguan pencernaan Perilaku Organisasi

Page 5

dan gangguan usus. Apabila stress tersebut tidak kunjung tertanggulangi dengan baik dan berlangsung dalam periode yang relatif lama, maka dapat memicu penyakit jantung, ginjal pembuluh darah, dan bagian-bagian lain dari organ tubuh manusia. Oleh karena itu factor stress dalam pekerjaan – baik di dalam atau di luar pekerjaan perlu ditiadakan serendah mungkin agar para pekerja mampu menghadapinya tanpa mengalami banyak gangguan. Kondisi kualitas kerja yang jelek , konflik brkepanjangan antar atasan dan bawahan, peristiwa traumatic, bahkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri. Kualitas dan bobot stress dapat bersifat sementara atau bahkan jangka panjang, ringan atau berat akan bergantung pada seberapa lama berlangsung penyebabnya, seberapa besar kekuatannya dan seberapa tahan kemampuan para pekerja untuk menhadapinya. Jika stress itu bersifat sementara dan ringan, kebanyakan para pekerja dapat menanganinya sendiri atau paling tidak dapat mengatasi pengaruhnya dengan cepat. Suatu stress yang menekan dengan berlarut-larut dalam jangka waktu lama, dapat berakibat pada para pekerja yang terkena stress tersebut tidak sanggup membangun kembali kemampuan untuk menanggulangi stress. Yaitu suatu keadaan atau situasi dimana para pekerja telah dilanda derita kelelahan kronis, kebosanan, depresi, dan mengucilkan diri dari pekerjaan. Tipe para pekerja seperti ini, lebih mudah dan rentan untuk mengeluh, Perilaku Organisasi

Page 6

menyalahkan orang lain bila dihadapkan pada masalah, lekas marah, sarkasme dan sinis terhadap masa depan karir mereka. Dalam kondisi dan situasi seperti ini sumber energy para pekerja telah terkuras oleh stress yang berlebihan dan berkepanjangan.

2.2 Penyebab Terjadinya Stres Kondisi yang menyebabkan beban stress disebut stressor, ada kalanya stress dapat disebabkan hanya oleh satu stresor namun kenyataannya para pekerja mengalami stress karena adanya kombinasi dari beberapa beban stressor. Dalam hal ini ada dua sumber utama dari stress para pekerja yakni factor yang bersifat organisasional dan dari lingkungan nonpekerjaan. Stressor organisasional maupun yang bersumber dari nonpekerjaan, keduanya dapat berfungsi positif apabila dapat merangsang semangat aktifitas bekerja, begitu pula sebaliknya dapat bersifat negatif jika menurunkan aktifitas bekerja. Dengan demikian terdapat konsekuensi yang konstruktif maupun destruktif bagi pekerjaan. Hampir setiap kondisi pekerjaan mengandung potensi penyebab stress, tergantung pada reaksi dan sikap para pekerja bagaimana cara menghadapinya. Meski reaksi dan sikap para pekerja berbeda-beda dalam menghadapi stress, secara umum sejumlah kondisi kerja dapat diidentifikasi sebagai penyebab stress, diantaranya adalah :

Perilaku Organisasi

Page 7

a. Beban kerja yang berlebihan b. Tekanan atau desakan waktu c. Kualitas kepemimpinan dan supervisi yang buruk, d. “Iklim Politik” yang tidak aman, e. Wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab f. Konflik dan ketidak jelasan peran g. Adanya perbedaan antara nilai perusahaan dan para pekerja h. Pemberhentian dan karir yang tidak adil i. Timbulnya rasa prustasi. Tugas kerja manual yang menuntut kecepatan apalagi dilakukan dalam lingkungan berbahaya, dapt diasosiasikn sebagai sumber stress yang paling besar. Stress mungkin juga dihadapi para pekerja dengan status jabatan rendah, yaitu kekurangan sumber daya dan adanya tuntutan volume kerja yang lebih besar. Perubahan organisasi juga cenderung menyebabkan

stress

yang

lebih

berat

apabila

berujung

pada

pemberhentian sementara atau pemindahan (rotasi atau mutasi) tugas. Salah satu dari penyebab stress adalah frustasi, yaitu akibat tehambatnya dorongan atau motivasi para pekerja dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Adanya target pekerjaan yang bergeser atau meleset dari rencana semula, akibat banyaknya gangguan yang tak terduga sehingga

Perilaku Organisasi

Page 8

banyak waktu para pekerja tersita, kesemuanya dapat menjadi sumber stress yang segnifikan. Stress yang dialami oleh seseorang biasanya selalu berkonotasi negatif karena akan mengalami suatu kontra produktif. Stress sendiri dapat juga membantu proses mengingat yang dialami dalam jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stress bisa meningkatkan glukosa yang menuju ke otak, yang memberikan energi lebih kepada neuron. Hal dapat mendorong untuk meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain jika stress dilakukan secara terus menerus, akan menyebabkan terhambatnya pengiriman glukosa ke otak yang mengakibatkan rendahnya daya ingat manusia. Adapun hal-hal yang menjadi faktor

penyebab terjadinya stress

secara umum adalah sebagai berikut : a. Faktor Lingkungan  Ketidakpastian ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaan mereka.  Ketidakpastian politik,

misalnya

adanya

peperangan

akibat

perebutan kekuasaan.  Perubahan teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat elektronik dll, munculnya bom dimana-mana.

Perilaku Organisasi

Page 9

b. Faktor Organisasional  Tuntutan tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi pekerjaan, dan tata letak fisik pekerjaan.  Tuntutan peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam organisasi.  Tuntutan antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu atau terjalin hubungan yang buruk. c. Faktor Personal  Persoalan keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan keluarga.  Persoalan ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan.  Berasal dari kepribadiannya sendiri. Dari berbagai masalah yang telah disebutkan tadi baik dari masalah yang dihadapi secara personal, organisasi, dan lingkungan. Hal semacam itu yang sangat tidak diharapkan setiap orang dalam segala kondisi apapun, terutama dalam pekerjaan. Organisasi pun sangat tidak menginginkan setiap anggotanya mengalami masalah tersebut. Oleh karena itu peran sebagai pemimpin atau manajer sangat berperan supaya bisa menyelesaikan masalah tersebut agar tidak mengganggu organisasi.

Perilaku Organisasi

Page 10

2.3 Reaksi Terhadap Stres Terdapat reaksi-reaksi terhadap frustasi yang lazim dikenal dengan istilah mekanisme pertahanan diri, dalam contoh konteks target kerja tadi, misalnya upaya membela diri terhadap tekanan psikologi akibat adanya target yang terhambat atau tidak tercapai. Namun demikian, dalam setiap diri para pekerja memiliki pola toleransi yang berbeda untuk menemukan pemuas pengganti stress dengan adanya dorongan atau motivasi yang terhambat. Adanya hambatan terhadap dorongan atau motivasi dapat memicu frustasi yang mengarah pada tegangan, atau mengarah kembali kepada pola penyesuaian diri baru yang lebih baik atau sebaliknya. Dengan kata lain, pola reaksi dan sikap para pekerja dalam menghadapi suatu frustasi akan berbeda satu dengan yang lainnya, namun pada prinsipnya pola-pola tersebut hanyalah merupakan bentuk-bentuk kompromi atau pelarian diri dari apa yang diinginkan dengan apa yang dicapai. Adanya reaksi terhadap frustasi ke dalam bentuk kompromi adalah sesuatu yang wajar, namun apabila pola reaksi tersebut menjadi pola pelarian diri menjadi kebiasaan dalam menghadapi segala jenis persoalan, maka hal tersebut dapat dianggap mengarah pada suatu bentuk penyimpangan. Bentuk Pola-pola pelarian penyesuaian tersebut dapat dibagi kedalam 5 kategori, yaitu :

Perilaku Organisasi

Page 11

a. Bentuk pelarian dengan menolak realitas, yaitu suatu penyesuaian dengan menekan sumber stress. Hal ini dikenal juga dengan istilah represi, yaitu hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan realitas dicoba ditekan agar hilang dari kesadaran, namun emosi tersebut tidak dapat terus menerus ditekan, mungkin dapat terbenam sejenak, tetapi akan muncul kembali pada saat yang lain dalam bentuk perilaku yang lain pula. b. Pelarian dengan mendistorsi realitas, yang sering dikemas dalam modus rasionalisasi, proyeksi, segresi, pengalihan, dan pelampiasan. Rasionalisasi adalah memberikan motif palsu sebagai pengganti motif lain yang terlalu menyakitkan untuk diterima. Sementara, proyeksi adalah suatu mekanisme pemindahan aspek-aspek negative atau kekurangan pada diri seorang pekerja yang dialihkan kepada individu yang lain agar terbebas dari beban tekanan. Adapun segregasi adalah suatu keadaan dimana para pekerja memiliki beberapa pendirian yang saing bertentangan, namun tetap dilaksanakan untuk mencapai tujuannya secara terpisah. Sedangkan pola pengalihan merupakan mekanisme pemindahan aspek-aspek negative yang dinyatakan secara verbal sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk mencapai tujuan atau memuaskan kebutuhan. Misalnya, dengan mengkritsi prosedur kerja baru sebagai ketidakmampuan pekerja yang bersangkutan beradaptasi dengan standar prosedur kerja baru tersebut. Pelampiasan Perilaku Organisasi

Page 12

adalah merupakan respon dari suatu emosi destruktif yang dialihkan kepada sasaran yang lain. c. Pelarian dengan mengundurkan diri dari realitas atau menyerah kepada keadaan dan lazim dikenal dengan pola regresi menghayal (fantasi) dan konversi. Regresi adalah bentuk pelarian dengan mundur atau menyerah dari suatu tingkat pencapaian tertentu kearah pilihan yang kurang matang, supaya pekerja tidak mengalami konflik yang menyakitkan. Adapun fantasi adalah suatu cara melarikan diri dari suatu yang dapat menyakitkan kedalam bentuk lamunan dan menghayal. Model-model pelarian ini adalah wajar terjadi dan tidak terlalu berbahaya sejauh sang penghayal masih dapat membedakan mana hayalan dan mana realitas. Sedangkan konversi adalah suatu bentuk pelarian dari realitas ke dalam rasa sakit atau ketidakberdayaan fisik, dimana dalam hal ini para pekerja melarikan diri dari situasi yang tidak dapat diatasi, dengan dalih sakit atau ketidakberdayaan fisik, walaupun hal tersebut tidak memecahkan persoalan yang sebenarnya. Pola bentuk pelarian tersebut secara klinis dapat membawa para pekerja ke dalam perilaku kecemasan dan menyendiri, dimana seorang pekerja memilih suatu cara yang tidak lazim dengan menempuh cara konversi, untuk menyembunyikan rasa malu dan rasa bersalah dengan cara yang tidak proposional dan tidak efektif.

Perilaku Organisasi

Page 13

d. Pelarian dengan menyerang realitas, yaitu lazim dikenal dengan agresif verbal. Serangan dengan agresi fisik, yaitu dengan mendobrak halangan frontal secara fisik, sedangkan agresi verbal bias dilakukan secara menyindir, mengejek, memperolok-olokan, dan melontarkan humor tajam yang menyakitkan. Diantara agresi fisik adalah perbuatan mencuri atau merusak peralatan dan perlengkapan lain melalui serangan fisik yang merusak e. Pelarian dengan kompromi terhadap realitas, dikenal dengan istilah konpensasi, sublimasi dan identifikasi. Bentuk pelarian ini pada umumnya merupakan pilihan terbaik bagi kesehatan mental para pekerja. Dalam hal ini para pekerja tidak terpaksa untuk merusak, melarikan diri dan pura-pura terhadap realitas sebenarnya atas beban rasa bersalahnya, namun demikian mereka berusaha untuk mengubah pola reaksi pada dirinya dengan melakukan kompromi positif. Melalui kompensasi, seorang pekerja mengganti kinerjanya yang kurang baik dalam satu aspek, dengan kinerja yang lebih baik dalam aspek lain. Melalui sublimasi, para pekerja mengalihkan tujuan mereka kea rah lain yang memiliki arti dan maksud yang setara dengan tujuan sebelumnya, atau bahkan mencapai kinerja yang lebih baik dalam aspek yang lain. Adapun identifikasi adalah proses mengidentikan diri seorang pekerja terhadap model rekan kerja lain yang memiliki tingkat kinerja yang jauh lebih baik, agar dapat mengatasi berbagai Perilaku Organisasi

Page 14

kekurangan yang dimiliki dirinya. Semua pola-pola kompromi dan pelarian tersebut memilki keunikan dan kekhasan masing-masing, namun pada prinsipnya melalui pola-pola pilihan yang tersedia, para pekerja memiliki kesempatan untuk melindungi struktur egonya, baik karena rasa malu maupun rasa bersalah dan perasaan negative lain yang berkecamuk dari suatu rasa terancam dan serangan atau rasa terpojok akibat adanya suatu kegagalan dalam bekerja.

2.4 Dampak Terjadinya Stres Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya pasti sangat sering terjadi. Hal inilah yang perlu dihindari agar kinerja kerja tidak terganggu. Semua bisa diatasi asalkan dapat mengindikasikan masalah yang kita hadapi itu sendiri. Semakin seseorang mendapatkan tekanan di luar batas dari kemampuan dirinya sendiri tentunya akan mengalami stress pula yang cukup berat dan sangat mengganggu kerja otak termasuk dengan daya ingat. Dampak dan akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational Behavior (Robbin), dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku. a. Gejala Fisiologis, meliputi sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan sakit jantung

Perilaku Organisasi

Page 15

b. Gejala Psikologis, meliputi kecemasan, depresi, dan menurunnya tingkat kepuasan kerja c. Gejala Perilaku, meliputi perubahan produktivitas, kemangkiran dan perputaran karyawan.

Ada lima jenis konsekuensi dampak stress yang potensial menurut T. Cox sebagai berikut : a. Dampak subjektif Kecemasan,agresi,

kebosanan,

depresi,

keletihan,

frustasi,

kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, dan merasa kesepian. b. Dampak perilaku Kecenderungan

mendapatkan

kecelakaan,

alkoholik,

penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan berlebihan, merokok berlebihan, perilaku yang mengikuti kata hati, ketawa, dan gugup. c. Dampak kognitif Kemampuan mengambil keputusan yang jelas, konsentrasi yang buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat peka terhadap kritik, dan rintangan mental. d. Dampak fisiologis

Perilaku Organisasi

Page 16

Meningkatnya kadar gula, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya pupil mata, dan tubuh panas dingin. e. Dampak organisasi Keabsenan,

pergantian

karyawan,

rendah

produktivitasnya,

keterasingan dari rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keikatan dan kesetiaan terhadap organisasi. Tidak selamanya stress berdampak negatif, ada beberapa dampak positif dari st...


Similar Free PDFs