SURAKARTA FURNITURE CENTER PDF

Title SURAKARTA FURNITURE CENTER
Author bilal erlangga
Pages 8
File Size 1002.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 593
Total Views 964

Summary

Perancangan Desain Interior “Surakarta Furniture Center” Pusat Pameran dan Pengembangan Furniture Indonesia di Surakarta Bilal Erlangga Mukti1, IF Bambang Sulistyono2 Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret 1 [email protected], 2 ifbamban...


Description

Perancangan Desain Interior “Surakarta Furniture Center” Pusat Pameran dan Pengembangan Furniture Indonesia di Surakarta Bilal Erlangga Mukti1, IF Bambang Sulistyono2 Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret 1 [email protected], 2 [email protected]

Abstract Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar dalam berbagai sektor industri, salah satunya dari sektor industri Furniture. Dengan ragam kekayaan alamya yang menghasilkan berbagai macam bahan baku endemik dengan mutu unggulan, juga ragam budaya yang melahirkan karakteristik furnitur yang unik dan khas. Furniture memiliki nilai strategis dalam menunjang perkembangan negara, Salah satu nilai strategis komoditas furnitur karena industri furnitur merupakan industri padat karya yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan. Surakarta dan sekitarnya sebagai salah satu daerah penghasil furniture terbesar di Indonesia memiliki 374 perusahaan yang bergerak di bidang furniture dengan 46.786 tenaga kerja (HIMKI, 2016). Namun dengan potensi yang besar tersebut, sayangnya kurang ada perhatian khusus yang dilakukan untuk menunjang perkembangan industri Furniture di Indonesia. Melihat dari besarnya potensi industri yang belum dieksplor dan di dukung secara maksimal dari sektor industri furnitur ini, sudah seharusnya ada perhatian khusus untuk mendukung perkembangan dan kemajuan industri Furniture di Indonesia. Salah satunya dengan menciptakan pusat pusat pengembangan dan pelatihan perancangan Furniture, dan ruang pameran dengan konsep display dan desain interior yang menarik untuk menunjang perkembangan sektor industri ini. Selain itu penting juga untuk menciptakan peluang, kesempatan, dan ruang seperti event pameran untuk mengenalkan dan mempromosikan produk Furniture karya anak bangsa kepada seluruh dunia.

Keywords Furniture, Indonesia, Surakarta, Desain interior, pameran, pengembangan.

1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar dalam berbagai sektor industri, salah satunya dari sektor industri Furniture. Dengan ragam kekayaan alamya yang menghasilkan berbagai macam bahan baku endemik dengan mutu unggulan, juga ragam budaya yang melahirkan karakteristik furnitur yang unik dan khas. Indonesia seharusnya mampu menjadi salah satu negara produsen Furniture terbaik di dunia. Sebagai salah satu kebutuhan bagi setiap rumah tangga, furnitur menjadikan interior rumah menjadi lebih hidup dan hangat. Industri furnitur juga sangat penting bagi perekonomian negara karena mampu menyerap banyak tenaga kerja. Indonesia dikenal dunia sebagai negara penghasil furnitur dan kerajinan tangan berkualitas tinggi

yang dilatarbelakangi tradisi sejarah yang kuat dalam pengerjaan kerajinan kayu dan kerajinan lainnya (Tambunan, 2006). Indonesia juga memiliki sumber daya rotan terbesar di dunia dan jenis kayu lainnya yang digunakan sebagai bahan pembuatan furnitur. Furniture memiliki nilai strategis dalam menunjang perkembangan negara, Salah satu nilai strategis komoditas furnitur karena industri furnitur merupakan industri padat karya yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan. Di Kabupaten Indramayu misalnya, industri furnitur yang mencapai 300 unit usaha di tahun 2014, menyerap 1.203 tenaga kerja dan menyumbang kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah di urutan ke-2 terbesar setelah sektor pertambangan. Di Jawa Tengah, 374 perusahaan yang bergerak di bidang furnitur mampu menyerap 46.786 tenaga kerja. Jepara yang merupakan sentra produksi furnitur berbahan baku kayu

mampu memproduksi 3,9 juta furnitur dengan nilai produksi sebesar Rp 1,9 miliar, dengan melibatkan 5.471 unit usaha dan 223 eksportir dengan total tenaga kerja yang terserap sebesar 72 ribu tenaga kerja (AMKRI, 2015). Melihat dari besarnya potensi industri yang belum dieksplor dan di dukung secara maksimal dari sektor industri furnitur ini, sudah seharusnya ada perhatian khusus untuk mendukung perkembangan dan kemajuan industri Furniture di Surakarta khususnya, dan di Indonesia pada umumnya. Salah satunya dengan menciptakan pusat pusat pengembangan dan pelatihan perancangan Furniture untuk menunjang perkembangan sektor industri ini. Selain itu penting juga untuk menciptakan peluang, kesempatan, dan ruang seperti event pameran untuk mengenalkan dan mempromosikan produk Furniture karya anak bangsa kepada seluruh dunia.

2. Kajian Literatur 2.1. Furniture Mebel atau furniture adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua barang seperti kursi, meja, dan lemari.Mebel berasal dari kata movable, yang artinya bisa bergerak.Pada zaman dahulu meja kursi dan lemari relatif mudah digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap.Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis furniture (1520-30 Masehi). Furniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel dan furniture punya arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya. Salah satu bahan pembuatan furniture adalah kayu, berbagai jenis yaitu kayu jati,mahoni, sungkai, pinus, ramin cedar, kayu triplek atau multipleks, kayu particel board. (Khana, 2015)

3) Jawa Tengah dan Yogyakarta Daerah yang menjadi sentra industri furnitur di Jawa Tengah adalah Jepara, Semarang dan Solo. Furnitur yang dihasilkan biasanya merupakan furnitur yang terbuat dari kayu padat dan bambu (HIMKI, 2016) Provinsi Jawa Tengah memiliki 374 perusahaan yang bergerak di bidang furniture dengan 46.786 tenaga kerja. 4) Jawa Timur Furnitur yang berasal dari daerah Jawa Timur pada umumnya merupakan furnitur yang berbahan baku kayu padat, kayu panel dan rotan. Industri furnitur berkontribusi terhadap PDRB sebesar 50,73% dengan rata-rata pertumbuhan 6,12% per tahun (BPS, 2015c). 5) Bali dan Nusa Tenggara Daerah Bali, Nusa Tengara Timur dan Nusa Tenggara Barat juga merupakan sentra industri furnitur. Selain produksi furnitur, daerah-daerah tersebut juga banyak meproduksi kerajinan yang terbuat dari kayu padat. Daerah Bali dan Nusa Tenggara memiliki potensi produksi bahan baku berupa kayu rimba campuran 9.000 m3,kayu sengon 5.000 m3, jati 3.000 m3, kayu cendana karet 2.000 m3, kayu lainnya 19.000 m3, dan bambu 6.144.476 batang (BPS, 2016). 2.3. Kajian Ergonomi

2.2. Daerah Sentra Industri Furniture Indonesia Daerah-daerah penghasil furnitur tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Masing-masing daerah memiliki ciri antara satu dengan yang lain, yang diakibatkan oleh sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah tersebut (AMKRI, 2015). Gambaran sentra industri furnitur di beberapa daerah sebagai berikut: 1) Sumatera Furnitur yang berasal dari daerah Sumatera ini pada umumnya merupakan furnitur yang terbuat dari kayu dan rotan. Daerah Sumatera memiliki potensi produksi bahan baku berupa kayu akasia 20 juta m3, ekaliptus 1,7 juta m3, kayu karet 0,5 juta m3, kayu rimba campuran 0,2 juta m3, kayu lainnya 4 juta m3, rotan 970 ton, dan bambu 242.206 batang (BPS, 2016). 2) Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta Furnitur yang berasal dari Jawa Barat pada umumnya adalah furnitur yang terbuat dari kayu padat (solid wood), kayu panel, rotan serta bambu. Pada tahun 2014 diketahui ada 300 unit usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang ada di Indramayu dan telah menyerap 1.203 tenaga kerja.

Gambar 2.1. Standar Dimensi Tubuh Fungsional (sumber: Panero, 2003)

Gambar 2.2. Standar Jarak dan Sudut Pandang. (sumber: Neufert, 2002)

1.

Furnitur Kayu dan Kayu Olahan Terdiri atas Kayu Padat, Kayu Lapis, Block Board, Medium Density Fiberboard (MDF), Particle Board

Tabel 2.1. Produksi Furnitur Kayu dan Kayu Olahan Sumber: Kemenperin (2017)

Gambar 3.3. Standar sirkulasi display pameran (sumber: UNNES JOURNAL, 2010)

2.

Terdiri Atas Rotan Mentah, Rotan Asalan, Rotan Natural Washed & Sulphured, dan Rotan Poles

2.4. Pameran dan Pengembangan

Pameran adalah kegiatan untuk menampilkan suatu karya dalam usaha memperkenalkan produk yang berupa barang, jasa, atau prestasi kepada masyarakat umum. Tujuan pameran di Surakarta Furniture Center adalah memperkenalkan dan memasarkan karya produk produk produsen furniture Indonesia kepada masyarakat luas. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pengrajin maupun desainer sesuai dengan kebuthan pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan. Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral pengrajin maupun desainer, sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan pengrajin, workshoop bagi pengrajin dapat meningkatkat pengetahuan lebih lagi di luar perusahaan. Definisi di atas menunjukkan bahwa pengembangan adalah sebuah usaha meningkatkan kemampuan, baik secara teknis maupun teoritis melalui proses pelatihan dan pendidikan dengan tujuan meningkatkan kualitas desain maupun produk furniture di Indonesia. Surakarta Furniture Center merupakan sebuah wadah yang bertujuan untuk mengenalkan dan memasarkan produk furniture juga menjadi wadah untuk mengembangkan desain, teknik, dan skill desainer dan pengrajin di Indonesia.

Furnitur Rotan dan Bambu

Tabel 2.1. Produksi Furnitur Rotan dan Bambu Kemenperin (2017)

3.

Furnitur Logam dan Plastik stainless steel, kuningan, aluminium dan besi

2.5. Jenis Furniture Berdasar Bahan Baku Berdasarkan bahan baku yang digunakan, jenis furnitur yang diproduksi di Indonesia dapat dibedakan menjadi furnitur kayu dan kayu olahan, furnitur rotan dan bambu, dan furnitur dari bahan lainnya. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian (2017), produksi furnitur kayu tahun 2014 mencapai 80% dari total seluruh produksi, sedangkan furnitur yang berbahan baku rotan dan bambu mencapai 11%, furnitur logam mencapai 7% dan furnitur plastik hanya mencapai 2% dari keseluruhan produksi furnitur Indonesia.

Sumber:

Tabel 2.1. Produksi Logam dan Plastik Sumber: Kemenperin (2017)

3. Metode Pendekatan Perancangan Metodologi yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan sehingga mencapai hasil sesuai dengan tujuan dari desain interior Surakarta Furniture Center adalah: 3.1. Programming Survei Survei terhadap obyek-obyek yang terkait dengan aktivitas pengguna, kebutuhan ruang, serta fasilitas yang diperlukan. 2. Wawancara Wawancara atau interview dilakukan untuk mendapat data secara langsung tentang fasilitas apa apa saja yang di butuhkan para Desainer dan Pengrajin. 3. Observasi Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data lapangan terkait fasilitas sejenis yang telah ada termasuk untuk menangkap suasana interior yang terwujud. 5. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar dengan kamera maupun sketsa pada ruangruang yang tidak diperkenankan diabadikan dengan peralatan.

Gambar 4.1. Contoh palet warna yang dominan digunakan dalam perancangan bertema Natural.

1.

Dominan material yang digunakan adalah material material alami seperti kayu solid, marmer, batu alam, dan material material yang berasal dari keanekaragaman sumber daya alam asli yang ada di Indonesia. Selain karena kualitasnya yang bagus dan sesuai dengan tema natural, pemilihan material ini juga sekaligus untuk memperkenalkan material endemik asal Indonesia yang kualitasnya berstandar Internasional.

3.2. Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa untuk disusun konsep skematik yang terdiri dari: 1. Zoning 2. Grouping 3. Besaran ruang 4. Organisasi ruang 5. Alur sirkulasi 6. Pola hubungan antar ruang Pengembangan desain pada proyek ini dilakukan dengan menggunakan media gambar sketsa freehand dan komputer dengan aplikasi SketchUp/3DsMax.

4. Analisa dan Pengembangan Desain 4.1. Programming 1) Bentuk, warna, material Pada proyek perancangan ini konsep yang di guanakan adalah konsep natural. Konsep ini di ambil untuk mengeksplor berbagai macam keranekaragaman bahan material alami asli Indonesia. Untuk bentuk pada proyek ini bersifat fleksible di sesuaikan dengan bentuk dan kebutuhan ruangan, tentunya dengan menggunakan material material alami hasil kekayaan alam Indonesia. Sedangkan untuk skema warna menggunakan skema warna tropical sebagai berikut :

Gambar 4.2. Material marmer, granit, kayu jati. (sumber: google.image) 2) Elemen Pembentuk Ruang  Lantai Material lantai yang di gunakan pada rancangan ini adalah marmer dan granit. Material ini di pilih karena coraknya yang menarik, natural, dan perawatannya yang cenderung mudah.  Dinding Dinding pada perancangan ini di dominasi finishing cat putih. Pemilihan warna putih karena sifatnya yang netral dan tidak mendominasi, sehingga tidak mengganggu focus terhadap produk yang di pamerkan.  Plafon Material plafon yang di gunakan pada rancangan ini antaralain grc finising cat putih, dan lambershering kayu jati.

3) Analisa tapak

Gambar 4.3. Lokasi proyek berupa tanah kosong. (sumber: google.maps.com) Lokasi diambil di Jalan Mentawai 1, Gilingan, surakarta, kota Surakarta , Jawa Tengah. Lokasi tersebut dipilih karena termasuk kawasan strategis minapolitan dengan luas tanah 9000 m2 dan dikelilingi oleh pemukiman penduduk dan jalan raya, Tabel 4.1 Analisa Tapak a. Sirkulasi ME terletak dibagian tenggara untuk - Menentukan ME memudahkan dan SE. sirkulasi dan menarik pengunjung. Noise Pertimbangan: Kemudahan sirkulasi berasal dari jalan utama menuju aktivitas dan security dan tempat mobilitas sekitar. parkir. b. Pencahayaan dan Penanaman tanaman Penghawaan sebagai bayang- Memperhatikan bayang dan untuk angin musim mendapatkan udara - Memperhatikan alami. kontrol sinar Perlu adanya sistem matahari dari timur pengkodisian udara ke barat. buatan. Perlu adanya cahaya buatan, untuk membantu akitivitas kerja. c. View dan Akustik View ke arah segala arah untuk menarik perhatian pengujung. Pertimbangan: Letak bangunan dan Akustik lingkungan lingkungan di sekitar pertimbangan material di sekitar bangunan. sumber bising. Bentuk atap dan fasad bangungan yang mampu mendistribusikan bunyi secara maksimal. 4) Zoning dan Grouping Berdasarkan pengamatan, diperoleh alur aktivitas karyawan dan pelanggan sebagai berikut sebagai dasar untuk zoning dan grouping ruangan sebagai berikut:

Gambar 4.4. Hubungan antar Ruang Surakarta Furniture Center

Gambar 4.5. Pola pengelompokan ruang (zoning & grouping) Surakarta Furniture Center 4.2. Konsep 1) Aspek ide gagasan Perancangan Surakarta Furniture Center merupakan sebuah ruang pameran dan sarana edukasi bagi para desainer dan pengrajin furniture di seluruh Indonesia untuk mengembangkan desain dan mengenalkan produk furniturenya. Menggunakan konsep natural yang di kemas secara minimalis untuk mengekspose keanekaragaman sumber daya hayati yang ada di Indonesia. Diharapkan dapat mencapai tujuan untuk memfasilitasi pemasaran dan pengembangan produk furniture para desainer dan penrajin di seluruh Indonesia. 2) Aspek Tema Tema yang digunakan adalah tema natural minimalis. Bentuk bentuk yang di gunakan bersifat fleksible mengikuti bentuk dan fungsi ruang. Desain diusahakan menggunakan ekspose material alami seperti kayu jati, merbau, sonokeling, marmer, dan granit dengan tetap memperhatikan aspek kebutuhan, fungsi, dan ergonomi ruang. Interior ditata dengan

standar teori sirkulasi dan organisasi ruang sesuai dengan masing masing fungsi ruang, contoh ruang pameran menggunakan organisasi linier, auditorium menggunakan organisasi ruang terpusat.

4) Gambar kerja dan Hasil Desain

3) Aspek Pembentuk Ruang 1. Lantai Di dalam perencanaan lantai yang perlu diperhatikan adalah fungsi lantai, sifat lantai, karakter lantai. Lantai pada interior Surakarta Furniture Center menggunakan material material natural seperti parket kayu solid. Contohnya seperti gambar berikut :

Gambar 4.9. Desain Layout Surakarta Furniture Center Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 4.6. Contoh material parket kayu jati yang digunakan pada lantai studio Sumber : Dokumen Pribadi 2. Dinding Dinding adalah bidang vertical yang membentuk ruang di dalam bangunan. Dinding pada interior Surakarta Furniture Center dominan mengaplikasikan finishing cat warna putih.

Gambar 4.10. Desain Floor Plan Surakarta Furniture Center Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.7. Contoh finishing yang digunakan pada dinding Sumber : Dokumen Pribadi 3. Langit – Langit Ceiling pada interior Surakarta Furniture Center mengaplikasikan lambersering kayu jati untuk menciptakan kesan natural pada ruangan.

Gambar 4.11. Desain Ceiling Plan Surakarta Furniture Center Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 4.8. Contoh material lambershering. Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4.15. Perspektif Lobby.

Gambar 4.12. Tampilan Aksonometri Surakarta Furniture Center Sumber : Dokumen Pribadi

Sumber : Dokumen Pribadi

5. Kesimpulan Proyek public space, ruang pameran dan sarana edukatif bernama Surakarta Furniture Center di Surakarta. Dengan mengusung konsep minimalis dan tema natural, menonjolkan keanekaragaman material alami endemik di Indonesia. Dominasi material kayu dan batu alam, dan warna warna monokromatik diharapkan dapat menciptakan ruang yang nyaman dan dapat menarik perhatian masyarakat luas. Selain itu, tersedia ruang ruang seperti ruang pameran, studio material, studio perancangan, studio ergonomi, dan auditorium yang di harapkan dapat memfasilitasi dan menunjang kegiatan desainer dan pengrajin furniture di Indonesia untuk mengembangkan dan memperkenalkan produknya ke seluruh dunia. Gambar 4.13. Perspektif studio bahan Sumber : Dokumen Pribadi

REFERENSI Baggs, Sydney and Joan. 1996. The Healthy House: Creating a Safe, Healthy and Environmentally Friendly Home. Sydney: Harper Collins Publishers Pty Limited. Capra, Fritjof. 2003. The Hidden Connections: A Science for Sustainable Living. London: Zlamingo. Frick, Heinz, dan Suskiyatno, Bambang. FX. 1998. DasarDasar Eko Arsitektur. Jogyakarta: Kanisius. Fuad-Luke, Alastair. 2004. The Eco-design Handbook. London: Thames and Hudson Ltd. Gambar 4.14. Perspektif studio perancangan Sumber : Dokumen Pribadi

Jones, Louise, ed. Environmentally Responsible Design. New Jersey:John Wiley & Sons, Inc., 2008. Larasati, Dwinita. 2007. Sustainable Housing in Indonesia. Netherlands: Delft University of Technology. Papanek, Victor. 1982. Design for The Real World: Human Ecology and Social Change. London: Granada Publishing Limited.

Pearson, David. 1994. The Natural House Book: Creating a Healthy, Harmonious and Ecologically Sound Home. London: Conran Octopus Limited. Suprianto, B. 2011.Tugas Akhir Pusat Kerajinan di Sukoharjo.Hal III-13 – III-27. Teknik Arsitektur : Universitas Sebelas Maret. Vale, Brenda and Robert. 1991. Green Architecture. London: Thames and Hudson....


Similar Free PDFs