TEKNIK OPERASI ABSES PDF

Title TEKNIK OPERASI ABSES
Author S. Dewantara
Pages 27
File Size 3 MB
File Type PDF
Total Downloads 247
Total Views 682

Summary

TUGAS MATA KULIAH ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER BEDAH SISTEM INTEGUMEN TEKNIK OPERASI ABSES NAMA/NIM I Made Agus Suryanatha 1309005030 I Komang Alit Budiartawan 1309005042 Agnes Indah Widyanti 1309005052 Wanda Della Oktarin Hutagaol 1309005077 Satria Anugrah Dewantara 1309005083 Gusti Ayu Made Sri Ant...


Description

TUGAS MATA KULIAH ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

BEDAH SISTEM INTEGUMEN TEKNIK OPERASI ABSES

NAMA/NIM

I Made Agus Suryanatha

1309005030

I Komang Alit Budiartawan

1309005042

Agnes Indah Widyanti

1309005052

Wanda Della Oktarin Hutagaol

1309005077

Satria Anugrah Dewantara

1309005083

Gusti Ayu Made Sri Antari

1309005125

Wahid Danang Pranantha

1309005141

LABORATORIUM BEDAH VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2016

i

RINGKASAN

Abses adalah suatu penonjolan kulit terlokalisir dan di dalam rongganya terisi nanah atau penimbunan nanah yang terlokalisir di bawah kulit. Dalam penanganan tindakan pembedahan abses dibutuhkan anastesi local maupun umum. Operasi dilakukan bila abses sudah matang. Daerah sekitar abses dilapisi dengan kain drape dan dicukur, dibersihkan dan didisinfeksi. Dilakukan anastesi local maupun anestesi umum. Insisi dilakukan pada bagian ventral abses, nanah dikeluarkan. Dilakukan curettage, debridement, Irigasi dan antiseptik Jika kemungkinan eksudat masih ada atau diperkirakan masih produktif sebaiknya dipasang drain (dengan penroos drain atau potongan karet hand scoon steril). Tetesi antibiotik dan dilanjutkan dengan kulit dijahit dengan benang nonabsorable. Lakukan perawatan pasca operasi dengan antibiotika, antiradang dan vitamin A. Kata Kunci : abses, kulit, nanah

SUMMARY

An abscess is a localized skin protrusion and inside the cavity filled with pus or localized accumulation of pus under the skin. In handling the abscess surgery local or general anesthesia required. The operation is performed when the abscess is ripe. The area around the abscess lined with fabric drape and shaved, cleaned and disinfected. Do local anesthesia or general anesthesia. The incision is made in the ventral part of abscesses, pus issued. Do curettage, debridement, irrigation and antiseptic If the possibility is still there or exudate expected to remain productive should be installed drain (with penroos drain or rubber pieces of hand scoon sterile). drips with antibiotics and continued with the skin is stitched with thread non-absorable. Perform post-operative treatment with antibiotics, anti-inflammatory and vitamin A. Keywords: abcess, skin, pus

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Paper “BEDAH SISTEM INTEGUMEN TEKNIK OPERASI ABSES” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas yang akan dijadikan landasan dalam penilaian softskill pada proses pembelajaran Mata Kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada dosen pengajar yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada kami dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan pada kami. Kami menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi, ilustrasi, contoh, maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Besar harapan kami karya tulis ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca pada umumnya terutama bagi dunia kedokteran hewan di Indonesia.

Denpasar, 16 November 2016 penulis

iii

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i RINGKASAN/SUMMARY ................................................................................. ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1 1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 1 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN ............................................. 2 2.1 TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 2 2.2 MANFAAT PENULISAN ....................................................................... 2 BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3 3.1 DEFINSI ABSES ..................................................................................... 3 3.2 INDIKASI ABSES ................................................................................... 4 BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 5 4.1 PERSIAPAN PRE OPERASI ABSES ...................................................... 5 4.2 TEKNIK OPERASI ABSES .................................................................... 6 4.3 PERAWATAN PASCA OPERASI ABSES ............................................. 7 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 9 5.1 SIMPULAN ............................................................................................. 9 5.2 SARAN .................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10 LAMPIRAN ..........................................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Abses Pada Lidah Bagian Caudal Anjing ............................................ 3 Gambar 2. Abses Pada Regio Buccalis Kucing..................................................... 4 Gambar 3. Teknik Operasi Abses ......................................................................... 7 Gambar 4. Pembalutan Perban Pada Lokasi Bekas Abses ..................................... 8

v

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Can Vet J 2007;48:852–854 “Diagnosis and successful treatment of a caudal lingual abscess in a geriatric dog.” Lampiran 2. Journal of Medical Microbiology (2012), 61,

438–442

“Streptococcus constellatus-associated pyoderma in a dog.” Lampiran 3. Winn Feline Foundation “Cat Abscesses and Other Wounds.”

vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Ketika tubuh terpapar oleh agen asing atau mengalami cedera, maka tubuh akan memperbaiki dirinya melalui reaksi yang melibatkan system imun dan peradangan. Radang dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur protozoa dan lain-lain ataupun oleh agen nonmikroorganisme

seperti

bahan

kimia,

suhu

ekstrim,

trauma,

incisi/pembedahan saat operasi dan sebagainya.Tanda-tanda umum radang meliputik alor, rubor, tumor, dolor, dan fungsio laesa. Radang merupakan reaksi lokal jaringan hidup terhadap jejas dengan cara memobilisasi semua bentuk pertahanan tubuh. Salah satu bentuk respon radang adalah abses. Abses merupakan suatu kondisi dimana nanah mengumpul dan menggumpal di jaringan sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing. Ada dua jenis abses yaitu abses septik dan steril. Abses septik merupakan hasil infeksi bakteri. Sebagai tanggapan terhadap bakteri, sel-sel darah putih yang terinfeksi berkumpul di daerah tersebut dan mulai memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri dengan terlebih dahulu tanda dan kemudian mencernanya. Enzim ini membunuh bakteri dan menghancurkan mereka ke potongan-potongan kecil yang dapat berjalan di sistem peredaran darah sebelum menjadi dihilangkan dari tubuh. bahan kimia ini juga mencerna jaringan tubuh sehingga menghasilkan jaringan tebal, cairan-nanah kuning yang mengandung bakteri mati, jaringan tercerna, sel-sel darah putih, dan enzim.

1.2

RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan abses? 2. Apa tujuan dan manfaat pembedahan abses? 3. Bagaimana preoperasi abses? 4. Bagaimana teknik operasi abses? 5. Bagaimana perawatan pasca operasi abses?

1

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

2.1

TUJUAN PENULISAN 1. Agar mahasiswa mengetahui yang dimaksud dengan abses. 2. Agar mahasiswa mengetahui tujuan dan manfaat pembedahan abses. 3. Agar mahasiswa mengetahui preoperasi abses. 4. Agar mahasiswa mengetahui teknik operasi abses. 5. Agar mahasiswa mengetahui perawatan pasca operasi abses.

2.2

MANFAAT PENULISAN Tulisan ini dibuat supaya bermanfaat bagi pembaca yaitu Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan untuk menambah referensi untuk pembuatan paper serupa. Selain itu juga sebagai pedoman mengenai cara melakukan tindakan pembedahan pada abses.

2

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1

DEFINISI ABSES Abses adalah suatu penonjolan kulit terlokalisir dan di dalam rongganya terisi nanah atau penimbunan nanah yang terlokalisir di bawah kulit. Nanah timbul karena adanya infeksi sekunder oleh bakteri pyogenes yaitu : Streptococcus, Staphylococcus, E. Coli, Corynebacterium pyogenes, pseudomonas aeriginosa, dan Actinomyces bovis. Akibat infeksi sekunder, maka pada abses akan tampak tanda-tanda radang seperti kemerahan di tempat abses dan sekitarnya, bengkak dan panas jika dipalpasi, timbul rasa nyeri dan terdapat gangguan fungsi.

Gambar 1. Abses pada lidah bagian caudal anjing

3

Gambar 2. Abses pada regio buccalis kucing

3.2

INDIKASI ABSES Penyebab terjadinya abses adalah antara lain: 

Adanya benda asing misalnya potongan kuku, jarum, duri, potongan tulang, dan ranting kering masuk ke dalam kulit.



Luka operasi yang tidak steril karena terkontaminasi.



Benang jahit nonabsorbable yang terlalu lama tertahan di dalam kulit.



Salah suntik, letak suntikan maupun obat suntiknya, jarum suntik yang terlalu besar dan kurang steril.



Penyakit infeksius, misalnya malleus pada kuda.



Bekas perkelahian memperebutkan betina maupun wilayah.



Pemasangan eartag yang tidak benar atau tidak steril.



Dehorning tanduk yang salah yang menyebabkan luka dan trauma yang terjadi akibat berbenturan dengan sapi lainnya.

4

BAB IV PEMBAHASAN

4.1

PERSIAPAN PRE OPERASI ABSES 1. Persiapan operasi Sebelum kita memulai operasi kita harus melakukan: a. Mempersiapkan alat, bahan, dan obat. Siapkan alat-alat bedah minor. Alat-alat tersebut disterilkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi dari alat ke daerah yang akan dioperasi. Alat yang digunakan antara lain :  Jas operasi

 Kapas

 Masker

 Tampon

 Gloves

 Rivanol/alcohol 70 %

 Alat bedah mayor

 Kain drapping

 Benang nonabsorbable Obat yang digunakan antara lain: 

Antibiotic



Vit.A



Anastesi lokal (lidocain 2 %)



Obat anti radang nonsteroid

b. Mempersiapkan ruang Operasi Persiapan ruang operasi meliputi ruang operasi harus bersih, lantai dan meja operasi hendaknya dibersihkan dan didesinfeksi, ruang operasi hendaknya memiliki penerangan yang cukup.

c. Mempersiapkan Pasien Dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Hewan diposisikan dan daerah yang akan dioperasi dibersihkan terlebih dahulu meliputi pencukuran rambut serta pemberian yodium tincture kemudian dipasangi kain drape.

5

d. Mempersiapkan Operator Operator prosedur operasi, dapat memprediksi hal-hal yang akan terjadi selama operasi, dapat memperkirakan hasil operasi, mencuci tangan atau personal hygiene, serta harus siap fisik, mental, tenang dan terampil. 2. Premedikasi dan anestesi Anestesi

yang digunakan ialah anestesi lokal ataupun umum

tergantung sulit tidaknya penanganan hewannya serta lokasi dan keparahan dari abses tersebut. Pada hewan kecil, premedikasi yang digunakanya yaitu Atropinsulfat 0,025% dengan dosis 0,04 mg/kg BB secarasubkutan. Untuk anestesi dapat dilakukan secara lokal (field block), regional dan anestesi umum. Umumnya anastesi yang digunakan kombinasi Xylazin 2% dosis 2 mg/kg BB dengan Ketamin HCL 10% dosis 15 mg/kg BB yang diberikan secara intramuskuler. Anastesi lokal dapat menggunakan lidokain dengan quantum statis yang dilakukan pada daerah sekitar abses.

4.2

TEKNIK OPERASI ABSES Operasi abses dilakukan bila absesnya sudah matang. Abses yang sudah matang ditandai dengan adanya tonjolan pada kulit, berdinding tipis, lunak, elastis, mengkilat, terdapat elevasi kulit, kadang-kadang bulunya rontok (pada abses), dan proses peradangan sudah berhenti. Bila dilakukan operasi pada abses yang sudah matang, proses kesembuhannya akan lebih cepat. Daerah sekitar abses dilapisi dengan kain drape dan dicukur, dibersihkan dan didisinfeksi. Dilakukan anastesi local maupun anestesi umum. Insisi dilakukan pada bagian ventral abses, nanah dikeluarkan. Dilakukan “curettage” agar jaringan yang nekrosis dan sebagian jaringan yang sehat terambil agar terjadi luka-luka baru sehingga kesembuhan cepat terjadi. Lakukan debridement jaringan nekrotik dengan kuret atau kasa. Irigasi dengan rivanol dan bilas dengan H2O2. Cuci dengan antiseptik povidon iodine (betadin), chlorhexidin (savlon) maupun cairan antiseptik

6

lainnya. Jika kemungkinan eksudat masih ada atau diperkirakan masih produktif sebaiknya dipasang drain (dengan penroos drain atau potongan karet hand scoon steril). Tetesi antibiotik dan dilanjutkan dengan kulit dijahit dengan benang non-absorable

Gambar 3. Teknik operasi Abses

4.3

PERAWATAN PASCA OPERASI ABSES Luka insisi dibalut dengan perban dengan sebelumnya diberikan iodine. jahitan umumnya dibuka sekitar 1-2 minggu tergantung dari besarnya luka insisi. Bekas jahitan kering dan kembali normal sekitar 10-14 hari dan pada saat tersebut abses biasanya sembuh. Dilakukan pemberian antibiotika, antiradang dan vitamin A. digunakan antibiotic spectrum luas agar bakteri yang bersifat aerob dan nonaerob dapat dibunuh, contohnya amoxicillin, clindamimycin, trimetropim, untuk kucing menggunakan doxycyclin, anti radang digunakan anti radang nonsteroid seperti aspirin dan vitamin A untuk proses epitelisasi dan mempercepat kesembuhan atau perbaikan kulit.

7

Gambar 6. Pembalutan perban pada lokasi bekas abses

8

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1

SIMPULAN Abses adalah suatu penonjolan kulit terlokalisir dan di dalam rongganya terisi nanah atau penimbunan nanah yang terlokalisir di bawah kulit. Penyebab terjadinya abses ada berbagai macam adalah antara lain adanya benda asing misalnya benda asing masuk ke dalam kulit, luka operasi yang tidak steril karena terkontaminasi dan lain sebagainya. Dalam penanganan tindakan pembedahan abses dibutuhkan anastesi local maupun umum. Operasi abses dilakukan bila absesnya sudah matang. Abses yang sudah matang ditandai dengan adanya tonjolan pada kulit, berdinding tipis, lunak, elastis, mengkilat, terdapat elevasi kulit, kadang-kadang bulunya rontok (pada lokasi abses), dan proses peradangan sudah berhenti. Teknik operasinya, daerah sekitar abses dilapisi dengan kain drape dan dicukur, dibersihkan dan didisinfeksi. Dilakukan anastesi local maupun anestesi umum. Insisi dilakukan pada bagian ventral abses, nanah dikeluarkan. Dilakukan curettage, debridement, Irigasi dan antiseptik Jika kemungkinan eksudat masih ada atau diperkirakan masih produktif sebaiknya dipasang drain (dengan penroos drain atau potongan karet hand scoon steril). Tetesi antibiotik dan dilanjutkan dengan kulit dijahit dengan benang non-absorable Lakukan perawatan pasca operasi dengan antibiotika, antiradang dan vitamin A.

5.2

SARAN Lebih banyak dilakukan penelitian mengenai teknik pembedahan abses sehingga semakin banyak referensi dalam melakukan pembedahan secara tepat pada hewan khususnya anjing dan kucing. Operasi seharusnya berjalan secara steril untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti abses.

9

DAFTAR PUSTAKA

Barakat, A.A., E. Afifi, M.O. Rokaia, A. Ghaffar dan S.M. Nashid. 1982. Juvenile subcutaneous abscessation of sheep caused by Streptococcus faecium. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 1982, 1 (4), 1169-1176. Kelmer, Efrat, Gal Kelmer, dan Marie E. Kerl. 2007. Diagnosis and successful treatment of a caudal lingual abscess in a geriatric dog. Can Vet J 2007;48:852–854 De Martino ,Luisa, Sandra Nizza, Claudio de Martinis, Valentina Foglia Manzillo, Valentina Iovane, Orlando Paciello1 dan Ugo Pagnini. 2012. Streptococcus constellatus-associated pyoderma in a dog. Journal of Medical Microbiology (2012), 61, 438–442 Santoro, D., Spaterna A., Mechelli L., dan Ciaramella P.. 2008. Cutaneous sterile pyogranuloma/granuloma syndrome in a dog. Can Vet J . 49:1204–1207 Sudisma, I.G.N., Putra Pemayun, I.G.A.G, Jaya Warditha, A.A.G., dan Gorda, I.W. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Denpasar: Pelawa Sari Denpasar. Thayer, Vicki. 2009. Cat Abscesses and Other Wounds. Winn Feline Foundation.

10

DAFTAR LAMPIRAN

11

Case Report Rapport de cas Diagnosis and successful treatment of a caudal lingual abscess in a geriatric dog Efrat Kelmer, Gal Kelmer, Marie E. Kerl Abstract — A 13-year-old, intact male, golden retriever was presented for glossomegaly. A diagnosis of a caudal lingual abscess was made by fine needle aspiration under general anesthesia. The dog showed marked clinical improvement following abscess drainage. Lingual abscesses should be included as a differential diagnosis in any dog with an unexplained acute glossomegaly. Résumé — Diagnostic et traitement réussi d’un abcès lingual caudal chez un chien âgé. Un Golden retriever, mâle entier âgé de 13 ans, a été présenté pour glossomégalie. Un diagnostic d’abcès lingual caudal a été posé après aspiration à l’aiguille fine sous anesthésie générale. Une amélioration clinique sensible a suivi le drainage de l’abcès. L’abcès de la langue devrait faire partie du diagnostic différentiel chez tous les chiens montant une glossomégalie aiguë inexpliquée. Can Vet J 2007;48:852–854

(Traduit par Docteur André Blouin)

Introduction

A

25.6 kg, 13-year-old, intact male, golden retriever presented on an emergency basis for lethargy, glossomegaly, and ptyalism of 2 days’ duration. Prior to presentation the dog was seen by 2 different veterinarians and was treated with glucocorticoids (dexamethasone and prednisone acetate, unknown doses), subcutaneous fluids, and soft food. No improvement was noted following these treatments and the dog developed an inspiratory stridor, anorexia, and dysphagia. Past history included 4 exploratory celiotomies for foreign body removal.

Case description On presentation, the dog was quiet, alert, and responsive. Vital parameters included an elevated temperature of 39.7°C, pulse rate of 100 beats/min, and panting. Physical examination revealed an inspiratory stridor, ptyalism, enlarged submandibular salivary glands, and excessive swelling and firmness of the tongue and sublingual structures. The dog’s tongue was protruding from its...


Similar Free PDFs