Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine PDF

Title Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine
Author A. Saputra
Pages 24
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 555
Total Views 910

Summary

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Perkembangan usaha perikanan secara umum bertujuan untuk meningkatkan produksi perikanan, memenuhi kebutuhan gizi masyarkat dan peningkatan ekspor. S...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine Adhitya R A N G G A Saputra Proposal KPA

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Proposal Kerja Prakt ik Akhir - Keragaman Hasil Tangkapan Purse Seine di Kapal-X Yang Didara… Ario Anggara Mukt i

ANALISIS PENGARUH FASE BULAN T ERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN PADA KM. MARGO UT … Bongbongan Kusmedy ST RUKT UR POPULASI T UNA MATA BESAR (T HUNNUS OBESUS) DI KEPULAUAN INDO-MALAYA: ANALISI… Budi Nugraha

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Perikanan

adalah

kegiatan

manusia

yang

berhubungan

dengan

pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Perkembangan usaha perikanan secara umum bertujuan untuk meningkatkan produksi perikanan, memenuhi kebutuhan gizi masyarkat dan peningkatan ekspor. Secara umum usaha perikanan didefenisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang menyangkut: 1) kegiatan produksi; 2) kegiatan pengolahan; 3) pemasaran ikan yang menyangkut segala kegiatan memperdagangkan ikan mulai dari produsen sampai ke konsumen (Silitonga dkk, 2016). Salah satu pelabuhan yang mencangkup adanya kegiatan - kegiatan tersebut adalah PPS Nizam Zachman. PPS Nizam Zachman adalah pelabuhan perikanan skala international atau kelas A yang terletak di Pantai Utara Jakarta, pelabuhan ini memiliki aktivitas bisnis perikanan tersibuk dan terbesar di indonesia, dengan perputaran uang mencapai 50 milyar rupiah perhari (Andini dkk, 2014). selain wilayahnya yang strategis, PPS Nizam Zachman juga sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pokok, fungsional dan penunjang yang baik. Secara umum kondisi perikanan di PPS Nizam Zachman sangat berkembang. Hasil perikanan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman merupakan produk perikanan untuk kegiatan ekspor, sehingga banyak Kapal Penangkapan Ikan yang berlabuh di PPS Nizam Zachman, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya jumlah kapal yang berlabuh setiap tahunnya. Penerapan perikanan tangkap bertanggungjawab sudah seharusnya di lakukan di PPS Nizam Zachman Jakarta, mengingat bahwa PPS Nizam Zachman baru merupakan pelabuhan perikanan yang menjadi basis ekspor kegiatan perikanan di Jakarta dan sekitarnya terutama komuditas Tuna. Banyaknya kapal yang melakukan kegiatan bongkar muat di PPS Nizam Zachman seperti yang tercatat pada data statistik dari tahun 2010 – 2014 maka hal ini menjadi dasar penerapan konsep perikanan bertanggungjawab yang sesuai dengan code of conduct of responsibility fisheries di PPS Nizam Zachman Jakarta.(Andini dkk, 2014). Salah satu alat tangkap yang terdapat di PPS Nizam Zachman adalah Purse seine yang dalam operasi penangkapannya meggunakan satu kapal

1

dengan cara melingkarkan jaring pada gerombolan ikan lalu bagian bawah jaring dikerucutkan dengan menarik purse line. Alat penangkap ini berbentuk empat persegi panjang atau trapesium yang dilengkapi cincin dan tali kerut atau pengerut. Pengoperasian alat penangkap ikan ini yaitu dengan mengkerutkan jaring pada bagian bawah dengan cara menarik tali kerut atau pengerut (Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor : SNI 7277.3:2008 dalam Sjarif dan Huxdring, 2015). Alat penangkap ikan purse seine diklasifikasikan kedalam golongan alat penangkap ikan jaring lingkar (surrounding nets dengan nomor kode klasifikasi 01.0.0) yang terdiri dari sayap, badan, pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah, tali kerut dan cincin (Sjarif dan Hudring, 2015). Berdasarkan penjelasan di atas maka purse seine merupakan salah satu alat tangkap ikan ekonomis penting yang lazim digunakan di perairan Indonesia. Oleh karna itu taruna memperoleh kontruksi dan cara pengoperasian alat tangkap ikan ini menjadi kompetensi taruna perikanan tangkap. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk melaksanakan Kerja Praktik Akhir (KPA) di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin (purse sein). 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penulisan proposal Kerja Praktik Akhir (KPA) adalah sebagai berikut : 1.

Bagaimana kontruksi purse seine pada kapal X di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman ?

2.

Bagaimana ukuran, dimensi dan gambar kapal purse seine pada kapal X di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman ?

3.

Bagaimana metode pengoprasian purse seine pada kapal X di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman?

1.3. Tujuan Kerja Praktik Akhir (KPA) bertujuan agar : 1. Mengetahui kontruksi Alat Penangkapa Ikan (API) purse seine pada kapal X. 2. Mengetahui ukuran, dimensi, gambar kapal purse seine pada kapal X di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. 2

3. Mengetahui Teknik Pengoperasian alat penangkap ikan purse seine satu kapal di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zacham. 1.4. Manfaat Adapun manfaat yang penulisan di dalam melaksanakan Kerja Praktik Akhir (KPA), yaitu sebagai berikut : 1. Taruna memperoleh pengetahuan tentang kontruksi alat penangkap ikan purse seine satu kapal di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. 2. Taruna memperoleh pengetahuan tentang ukuran dimensi bangunan kapal X di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zacman. 3. Taruna memeperoleh pengetahuan dan dapat mengoperasikan tentang pengoperasian alat penangkap ikan purse seine satu kapal di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zacman.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan 2.1.1. Fasilitas dan fungsi pelabuhan Menurut

Peraturan

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan

Nomor

PER.02/MEN/2006 tentang organisasi dan tata kerja pelabuhan perikanan, fasilitas-fasilitas pelabuhan perikanan umumnya terdiri atas: 1) Fasilitas pokok, ialah fasilitas yang diperlukan kapal ikan untuk berlayar keluar masuk pelabuhan secara aman dan tempat berlabuh bagi kapal-kapal tersebut. Fasilitas pokok ini terdiri dari: penahan gelombang, dermaga, slipway/shipyard, alur pelayaran, dan turap penahan. 2) Fasilitas fungsionil, ialah fasilitas pelengkap dari fasilitas pokok untuk memperlancar pemberian jasa-jasa pelabuhan. Fasilitas ini mencakup ramburambu navigasi menara mercusuar, perbengkelan, tempat memperbaiki dan menjemur alat-alat perikanan, tempat parkir kendaraan, fasilitas penyediaan air tawar dan bahan bakar, tempat bongkar muat ikan, tempat pelelangan ikan, fasilitas pengawet, fasilitas pengolahan, fasilitas komunikasi, klinik, rumah obat, fasilitas perkantoran, tempat rekreasi, fasilitas olahraga, rumah penjaga, dan lain-lain. 3) Fasilitas tambahan, yaitu fasilitas yang secara tidak langsung dapat meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

nelayan

dan

memberikan

kemudahan bagi masyarakat umum serta tidak dapat dimasukkan dalam 2 fasilitas di atas. Fasilitas tersebut antara lain: penginapan nelayan, mess operator, perkantoran pengusaha perikanan, kantor, poliklinik, dan tempat ibadah. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2006 adalah sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan produksi yang meliputi berbagai kegiatan, yaitu: 1) Pelaksanaan

perencanaan,

pengembangan,

pemeliharaan,

dan

pemanfaatan sarana pelabuhan perikanan; 2) Pelaksanaan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran pelabuhan perikanan;

4

3) Pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan; 4) Pelaksanaan pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat perikanan; 5) Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan; 6) Pelaksanaan fasilitasi pengawasan, penanganan, pengolahan, serta pemasaran hasil dan mutu hasil perikanan; 7) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan statistik perikanan; 8) Pelaksanaan fasilitasi pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya; 9) Pelaksanaan fasilitasi pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; dan 10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. 2.1.2. Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertangggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984, semula PPSJ berbentuk Project Management Unit seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa khususnya dibidang perikanan, maka pada tahun 1990 dibentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai wewenang dan tanggung

jawab

melaksanakan

pelayana

kepada

masyarakat

dengan

mengusahakan fasilitas-fasilitas pelabuhan perikanan yang bersifat komersial, sedangkan Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta mempunyai wewenang dan tanggungjawab melaksanakan tugas-tugas umum Pemerintahan di Pelabuhan Perikanan. Sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.04/MEN/2004 tentang Perubahan Nama PPS Jakarta menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ). (pusat data, statistik dan informasi kementerian kelautan dan perikanan, 2016)

5

2.1.3. Letak Geografi PPS Nizam Zachman Jakarta berlokasi di Muara Baru (Teluk Jakarta), Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara dan terletak pada lintang 6,09922 dan bujur 106,79953, (pusat data, statistik dan informasi kementerian kelautan dan perikanan, 2016). Secara administratif berbatasan dengan : • Sebelah Utara berbatasan dengan Pantai Laut Jawa • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan dan rel kereta api Gunung Sahari Utara • Sebelah Barat Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan • Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Ancol 2.2.

Unit Penangkapan Purse Seine

2.2.1. Kapal perikanan Pada umumnya kapal yang digunakan oleh nelayan-nelayan di PPS Nizam Zachman terbuat dari jenis kayu jati (Tectona grandis). Konstruksi atau rancang bangun kapal berbeda tergantung alat tangkapnya. Daya tahan kapal dari jenis kayu ini mencapai 15-20 tahun. Daya tahan ini dibutuhkan selama pelayaran

menuju

daerah

penangkapan,

ketika

melakukan

operasi

penangkapan dan sewaktu melakukan pelayaran kembali ke pelabuhan (Erfan, 2008). Ukuran kapal (GT) memberikan pengaruh nyata terhadap produksi purse seine . Walaupun daerah penangkapan terbatas pada wilayah teluk bone, namun mampu membawa ukuran alat tangkap yang lebih besar dan jumlah awak kapal yang lebih banyak sehingga penurunan alat tangkap ( setting ) dan menaikan alat tangkap ( hauling ) keatas kapal lebih cepat dilaksanakan. Menurut Suryana dkk. (2013), bahwa semakin besar dimensi kapal maka kemampuan kapal tersebut untuk membawa pukat dan alat bantu penangkapan ikan lainnya semakin besar, dengan demikian jarak jangkau fishing ground -nya akan semakin luas, selain itu ukuran kapal berpengaruh juga terhadap pergerakan kapal tersebut dilaut seperti gerakan memutar. Pernyataan yang sama oleh Imanda et al. (2016), faktor ukuran kapal

6

berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Hal ini karena kapal yang berukuran besar umumnya dilengkapi dengan mesin penggerak yang bertenaga besar, jaring yang berukuran besar, dan menampung hasil tangkapan yang lebih banyak. Maka pada saat pengoperasian alat tangkap akan lebih memudahkan proses penangkapan sehingga secara tidak langsung mampu meningkatkan hasil tangkapan. Sedangkan menurut Nelwan dkk. (2010) Kapal atau perahu penangkapan merupakan sarana pendukung dalam operasi penangkapan ikan, dimana berfungsi sebagai alat transportasi diperairan. Kapal Purse seine adalah kapal yang secara khusus dirancang dan dibagun untuk digunakan menangkap ikan dengan alat tangkap jenis Purse seine atau sering juga disebut pukat cincin, sekaligus menampung, menyimpan, mendinginkan dan mengangkut hasil tangkapannya.

Kapal

Purse

seine

merupakan

kapal

yang

khusus

dioperasikan untuk menangkap ikan. Pengoperasian alat tangkap ini dibutuhkan unit penangkapan yaitu berupa kapal. Kapal ini berfungsi ketika pengoperasian yaitu untuk melingkarkan jaring pada gerombolan ikan. Kapal yang digunakan yaitu jenis kapal Purse seine yang biasanya kapal ini terbuat dari bahan kayu. Untuk ukuran kapal ini cukup relatif tergantung dari skala penangkapan mulai dari yang ukurannya kecil antara 10-30 GT dengan kekuatan mesin 20 HP, ukuran sedang antara 30-50 GT dengan kekuatan mesin 120 HP, hingga ukuran yang besar 50-100 GT dengan kekuatan mesin 300-360 HP (Ayodyoa, 2003). Ukuran Pokok Kapal adalah suatu ukuran untuk mengetahui bangunan atau ukuran kapal seperti : •

Panjang kapal seluruh (Length over all) Length Over All (LOA) adalah panjang keseluruhan kapal yang diukur dari titik terdepan dari linggi depan sampai dengan titik terbelakang linggi belakang. Panjang yang kedua adalah Garis Air (LWL / Length Water Line) adalah panjang yang diukur dari panjang titik potong air linggi haluan sampai dengan titik potong air linggi buritan. Selanjutnya LBP (Length Between Perpendicular) adalah panjang yang diukur dari titik potong air linggi haluan sampai dengan garis tegak buritan. Panjang kapal menurut PM Perhubungan Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pengukuran Kapal, sebagai dasar pengukuran kapal adalah panjang yang diukur pada 7

96% dari panjang garis air dengan sarat 85% dari ukuran tinggi terbesar yang terendah diukur dari sebelah atas lunas, atau panjang garis air tersebut diukur dari sisi depan linggi haluan sampai ke sumbu poros kemudi, apabila panjang ini yang lebih besar ukurannya (Sudjasta B, dkk.2018). seperti gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Ukuran kapal •

Lebar Kapal (B) adalah lebar terbesar dari kapal, diukur dari bagian tengah kapal hingga ke sisi luar, pada umumnya diambil pada tengah kapal (midship).



Tinggi Kapal (D) diukur dari mulai dek tengah hingga ke bagian badan kapal terbawah.



Draft / sarat kapal (T) sarat air tertinggi yang diukur dari badan kapal terbawah dan umumnya tepat di bagian tengah kapal

Pengukuran kapal di Indonesia yang sudah ditetapkan dalam PM Perhubungan Nomor 8 Tahun 2013 terbagi menjadi: 1. Metode Pengukuran Dalam Negeri Metode pengukuran kapal dalam negeri diberlakukan untuk kapal dengan panjang kurang dari 24 meter sesuai ketentuan dalam PM Perhubungan Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pengukuran Kapal. Metode pengukuran dalam negeri ini memperoleh GT dengan mengalikan faktor yang besarnya 0,25 dengan jumlah Volume (V) dari ruangan di bawah geladak (V1) dan volume ruangan-ruangan di atas geladak yang tertutup (V2), yang dimasukkan dalam bentuk rumus tonase kotor (GT) = 0,25 x V Keterangan: •

0,25 = Merupakan koifisien K1 yang ditetapkan nilainya sebesar 0, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Nomor PY.67/1/13-90 pasal 24 ayat (2).

8



V = Jumlah volume ruangan di bawah geladak ukur ditambah dengan jumlah volume ruangan di atas geladak yang tertutup sempurna dan berukuran tidak kurang 1 m3 .

Rumus yang digunakan dalam metode pengukuran dalam negeri untuk menghitung volume di bawah geladak adalah: L x B x D x f Keterangan: •

L = Panjang kapal, diukur dari geladak yang terdapat di belakang linggi haluan sampai geladak yang terdapat di depan linggi buritan secara mendatar, panjang ini sering disebut dengan panjang geladak ukur.



B = Lebar kapal, adalah jarak mendatar diukur antara kedua sisi luar kulit lambung kapal pada tempat yang terbesar, tidak termasuk pisangpisang hal ini karena dalam penyusunan cara metode dalam negeri mengasumsikan bahwa kapal-kapal di Indonesia secara umum terbuat dari kayu.



D = Tinggi kapal, adalah jarak tegak lurus di tempat yang terlebar, diukur dari sisi bawah gading dasar sampai sisi bawah geladak sampai pada ketinggian khayal yang melintang melalui sisi atas dari lambung tetap.



f = Faktor, di dalam metode pengukuran dalam negeri ini faktor ditentukan berdasarkan bentuk lambung atau jenis kapal, yaitu: a. 0,85 bagi kapal-kapal dengan bentuk penampang penuh atau bagi kapal dengan dasar rata, secara umum digunakan bagi kapal tongkang. b. 0,70 bagi kapal-kapal, dengan bentuk penampang hampir penuh atau dengan dasar agak miring dari tengah-tengah ke sisi kapal, secara umum digunakan untuk kapal motor. c. 0,50 bagi kapal-kapal yang tidak termasuk golongan (1) dan (2) secara umum digunakan bagi kapal layar atau kapal layar yang dibantu motor.

2.2.2. Alat penangkapan ikan Pukat Cincin (Purse seine) merupakan alat penangkap ikan yang efektif untuk menangkap ikan pelagis berkelompok. Alat tangkap pukat cincin ini dapat menangkap ikan hingga kedalaman 150 meter tergantung ukuran dan konstruksi jaring. Secara garis besar alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu

9

jaring, pelampung, pemberat, cincin dan tali temali. Konstruksi jaringnya berbeda yaitu terdiri dari bagian kantong, bahu dan sayap. Ukuran mata jaring berbeda yaitu berupa tali pelampung dan pemberat yang digunakan untuk memasang pelampung, tali ris atas dan tali ris bawah yang terletak di atas dan dibawah jaring serta tali cincin yang biasa dikenal dengan tali kolor yang terdapat di dalam cincin. Apabila ditarik maka cincin akan terkumpul sehingga jaring mengkerut membentuk kantong dan mengurung gerombolan ikan. (Marsun dkk, 2017) Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek daripada tali ris bawahnya. Berbeda dengan alat tangkap lain dalam kelompoknya seperti lampara yang memiliki tali ris atas yang lebih panjang daripada tali ris bawah. Pukat cincin adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang dengan dinding yang sangat panjang. Alat tangkap pukat cincin terdiri atas badan jaring, jaring pada pinggir badan jaring (selvedge), kantong (bunt), tali atas (float line), tali ris bawah (lead line), pemberat dan pelampung, serta cincincincin yang menggantung pada bagian bawah jaring (Erlangga. 2008). 2.2.3. Kontruksi Alat Penagkap Ikan Purse Seine Menurut Silitonga et al. (2016), konstruksi alat tangkap purse seine memiliki dua komponen yaitu komponen utama yang merupakan jaring (webbing) yang terdiri dari kantong jaring, bahu jaring, perut jaring dan sayap jaring. Komponen kedua adalah komponen penunjang yang terdiri dari srampatan (selvedge), tali ris atas (upper ris line), tali ris bawah (under ris line), tali pelampung (float line), tali pemberat (sinker line), tali cincin (ring line) dan tali kerut (purse line). Berikut adalah gambar dari kontruksi alat tangkap pukat cincin yang dapat di lihat pada gambar 2.

Gambar 2. Kontruksi Alat Penangkap Ikan Purse Seine Sumber : Buku Profil Alat Tangkap Pukat Cincin (2012)

10

Menurut Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan (2012), secara umum berbagai macam bahan yang digunakan untuk pembuatan purse seine dapat diperinci sebagai berikut: 1. Jaring utama, bahan yang biasa digunakan adalah benang nylon PA 210d/9 dengan besar mata jaring (mesh size) 1,25 inchi. Panjang pukat biasanya ±3 kali kedalaman jaring. Jumlah mata ke bawah atau dalamnya tergantung dari kedalaman air dimana alat tersebut akan dioperasikan. 2. Selvedge, merupakan mata jaring penguat yang berfungsi untuk melindungi bagian pinggir dari jaring utama agar tidak mudah rusak atau robek pada saat ditarik, selvedge terletak di sekelili...


Similar Free PDFs