Telaah Kitab Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin dan Tafsir Tematik Kementerian Agama PDF

Title Telaah Kitab Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin dan Tafsir Tematik Kementerian Agama
Author M. Naufal Hakim
Pages 24
File Size 3.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 212
Total Views 901

Summary

Telaah Kitab Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin dan Tafsir Tematik Kementerian Agama Makalah: Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Tafsir Nusantara Oleh: Muhammad Naufal Hakim NIM: E93217123 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Telaah Kitab Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin dan Tafsir Tematik Kementerian Agama Muhammad Naufal Hakim Makalah Studi Tafsir Nusantara

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

HB YASSIN & MUHAMMAD T HALIB Iswat in Abdella

Epist emologi Int uit if dalam Resepsi Est et is H.B. Jassin t erhadap Al-Qur'an, Journal of Qur'an and Hadi… Fadhli Lukman TAFSIR RAHMAT Karya H. Oemar Bakry Post ed: Maret 4, 2013 in Makalah, St udi Tafsir di Indonesia 0 1 … Agoes Assaliem

Telaah Kitab Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin dan Tafsir Tematik Kementerian Agama

Makalah: Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Tafsir Nusantara

Oleh: Muhammad Naufal Hakim NIM: E93217123

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020

Muhammad Naufal Hakim - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Pendahuluan Ketika berbicara tafsir nusantara, maka sangatlah beraneka ragam. Di Indonesia, tidak sedikit kitab tafsir yang telah dihasilkan ulama kita. Setiap kitab tafsir yang ada di Indonesia lahir dengan karakteristiknya masing-masing. Hal ini dapat terjadi kaitanya sebagai akibat dari sosio-historis dimana kitab tafsir tersebut lahir. Islah Gusmian dalam jurnalnya, yang secara khusus mengkaji kitab tafsir yang berbahasa Jawa, mengulas bahwa ulama kita dalam menuliskan kitab tafsir, erat sekali dengan tujuan dan subjektifitas yang mengikutinya. Diantara karakteristik dan tujuan tersebut adalah sebagai pengajaran pengetahuan Islam, sebagai representatif gerakan pembaruan Islam, sebagai representatif Islam tradisional, dan sebagai ekspresi serta sikap politik. (Gusmian, 2016, hal. 151-157) Tidak jauh dari ragam tafsir, di Indonesia juga muncul beragam terjemah Al-Qur’an dengan subjektifitas yang dibawa. Menurut Egi Sugma Baihaki, setidaknya terjemah Al-Qur’an dilihat dari sisi keunikannya, dapat terbagi ke dalam dua kutub. Pertama, yaitu terjemah Al-Qur’an ke dalam bahasa daerah, diantara terjemah model ini adalah Al-Qur’an dan terjemahnya menggunakan aksara Jawa, dan bahasa Jawa oleh Muhammad Amin bin Abdul Muslim dari Surakarta dengan judul Nur Anjawen yang diterbitkan oleh Toko Buku Ab Sitti Sjamsijah, Solo. Kedua, yaitu terjemah yang yang didekati dengan sastra, seperti Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin, dan terjemah model kedua ini, cukup banyak menuai kritikan. (Baihaki, 2017, hal. 52-53) Wardani dalam bukunya mengatakan, bahwa corak penafsiran dapat didefinisikan sebagai tujuan yang bersifat pengajaran dari suatu penafsiran. (Wardani, 2017, hal. 72-73) Kaitanya dengan pendapat ini, ditemukan dua kitab, satu kitab tafsir, dan satu lagi kitab terjemah Al-Qur’an. Dimana dalam penulisanya, dapat dikatakan sangat kental dengan tujuan-tujuan yang bersifat pembelajaran, dan pembelajaran ini menjadi bagian dari subjektifitas yang ada. Adapun kitabnya adalah kitab terjemah Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin dan kitab tafsir tematik yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama

1 Muhammad Naufal Hakim - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

2

Republik Indonesia. Maka dalam makalah ini, pemakalah hendak melakukan studi terhadap dua kitab tersebut, yaitu kitab terjemah Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia yang syarat akan pendekatan sastranya, dan kitab Tafsir Tematik Kementerian Agama yang lebih cenderung kontekstual, serta syarat akan tema-tema yang selaras dengan program pemerintah.

Biografi H. B. Jassin 1. Masa Kecil dan Riwayat Pendidikan H. B Jassin Hans Bague Jassin atau biasa dikenal dengan H.B. Jassin merupakan seorang sastrawan Indonesia. H.B. Jassin lahir pada tanggal 31 Juli 1917 dan dibesarkan di Gorontalo, Sulawesi Utara. Ayahnya bernama Bague Mantu Jassin dan ibunya bernama Habiba Jau. Sejak kecil, H.B. Jassin dibesarkan di tengah keluarga yang taat bergama, ia merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Sejak duduk dibangku Gouverments HIS Gorontalo tahun 1932, H.B. Jassin menjadi seorang anak yang sangat gemar membaca. Hal ini banyak dipengaruhi oleh ayahnya yang memang mempunyai perpustakaan pribadi di rumahnya. Maka tak heran, sejak kecil H.B. Jassin telah banyak mengonsumsi buku-buku orang dewasa milik ayaknya. Setelah lulus dari sekolah HBS-B pada tahun 1928, yang ditempuhnya selama 5 tahun di Medan. Maka pada Januari 1939 Jassin kembali ke Gorontalo dan bekerja sebagai volontair (sukarelawan) di kantor Asisten Residen Gorontalo. Di akhir 1940, Jassin memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya. Ia mengambil Fakultas Sastra di Universitas Indonesia dan mendapatkan gelar sarjana pada tanggal 15 Agustus 1957. Kemudian di sela-sela kuliahnya, H.B. Jassin juga telah bekerja dimana tidak jauh dari gerakan literasi. H.B. Jassin bekerja di Balai Pustaka sekitar tahun 1940 sampai 1947. Setelah lulus dari Universitas Indonesia, Jassin melanjutkan studi S2 di Universitas Yale Amerika Serikat pada 1958-1959. Pasca S2, Jassin tidak melanjutkan studinya di S3, namun di tahun 1975 Jassin mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Indonesia berkat prestasinya dalam sastra. (Umami, 2018, hal. 41-42)

Muhammad Naufal Hakim - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

3

2. Karir H.B. Jassin Dalam Bidang Penerbitan dan Sastra Dalam karir, Jassin tidak pernah lepas dari dunia literasi. Setelah tahun 1970-an, Jassin semakin aktif bergelut dengan berbagai forum literasi, mulai dari menjadi anggota Panitia Pertimbangan Pemberian Anugerah Seni Bidang Sastra oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1975, menjadi anggota Panitia Calon Penerjemah yang disumpah pada 1979-1980, penasehat Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada 1973-1982, anggota dewan juri Sayembara Mengarang Novel Kompas-Gramedia tahun 1978, ketua dewan juri Sayembara Novel Sarinah pada 1983, menjadi anggota dewan pertimbangan perbukuan Perum Balai Pustaka tahun 1987-1994 dsb. Kemudian Jassin juga menjadi pelopor gerakan Manifes Kebudayaan yang dianggap kontra dengan orde lama saat itu. (Umami, 2018, hal. 44) Kemudian diantara pencapaian-pencapaiannya di berbagai bidang literasi adalah dengan lahirnya karya-karya sastra yang masih hidup dan dikagumi sampai saat ini, antara lain Kesusastraan Indoenesia Modern dalam Kritik dan Esei I-IV (1954), Heboh Sastra 1968 (1970), Sastra Indonesia sebagai Waga Sastra Dunia (1983), Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983), Sastra Indonesia dan Perjuangan Bangsa (1993), Koran dan Sastra Indonesia (1994), Darah Laut: Kumpulan Cerpen dan Puisi (1997) dsb. Berkat prestasinya, pada tahun 1972 Jassin mendapat hadiah Cultural Visit Award dari pemerintah Australia. Selain menulis, Jassin juga sering menerjemahkan buku sastra ke dalam bahasa Indonsia. Seperti, Renungan Indonesia dengan judul asli Indonesische Over Peinzingen karya Sjahrazad 1947, The Complete Poems of Chairil Anwar yang diterjemhakan Jassin bersama Liaw Yock Fang pada 1974 dsb. (Umami, 2018, hal. 43) 3. Religiositas dan Diantara Kontroversi H.B. Jassin Keluarga H.B. Jassin memang disebut sebagai keluarga yang taat dan mengerti agama. Namun, perlu diingat, bahwa H.B. Jassin bukanlah seorang ulama ataupun tokoh agama. Ia adalah seorang pujangga yang militan dan masyhur di dunia sastra Indonesia. (Umami, 2018, hal. 46) Memang tidak ada yang dapat

Muhammad Naufal Hakim - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

4

mengetahui seberapa kuat agama dan iman seseorang melainkan dirinya sendiri dan Tuhan. (Ningsih, 2020, hal. 46) H.B. Jassin pernah mengakui bahwa ia tidak mendapatkan pelajaran agama secara khusus, terlebih dalam membaca Al-Qur’an. Jassin hanya sempat mempelajari Al-Qur’an ketika telah menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia, yakni saat menerima mata kuliah bahasa Arab. Di situ, Jassin mulai mempelajari terjemahan Al-Qur’an, termasuk naskah-naskah lama dari Hamzah Fansuri dan Ar-Raniri. Sehingga tak heran, ketika Jassin berniat menerjemahkan Al-Qur’an, umat Islam di Indonesia geger dibuatnya. (Umami, 2018, hal. 47) Meski menuai polemik akibat latar belakangnya, namun karena kecintaanya terhadap Al-Qur’an, ia mampu mencipta karya terjemah Al-Qur’an. Butuh perjuangan dan tekad yang tidak biasa karena ia tidaklah menguasai bahasa Arab. Sebab itulah ia banyak memakai kamus Arab, Inggris, Belanda, Jerman, dan Prancis. Hasilnya Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia berperan penting dalam khazanah perkembangan terjemah Al-Qur’an maupun tafsir Al-Qur’an di Indonesia. (Ningsih, 2020, hal. 47) Bahkan pada Tahun 1992, Jassin benar-benar mengguncang dunia Islam dengan menerbitkan sebuah mushaf yang ia beri judul Al-Qur’an Berwajah Puisi. Dimana Majelis Ulama Indonesia, yang dimintai persetujuan oleh Jassin, menolak memberikan persetujuan atas pertimbangan format mushaf terbarunya itu, tidak sewajarnya terjemah Al-Qur’an yang ada, begitupun Departemen Agama dan beberapa ulama lain. (Umami, 2018, hal. 45)

Latar Belakang Penulisan Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia Penulisan Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia ini berawal ketika isteri H.B. Jassin meninggal dunia pada 12 Maret 1962. Jassin sangat terpukul atas kepergian isterinya, hari-harinya menjadi sepi, dan lebih banyak ia luangkan untuk membaca kitab suci Al-Qur’an. Beberapa tahun setelah berkabung atas meninggalnya sang istri, kemudian Jassin pergi ke Belanda. Di negeri kincir angin itu ia terus memikirkan kitab suci. Hingga pada tanggal 7 Oktober 1972, ia mulai mengerjakan “puitisasi” terjemah Al-Qur’an. Sepuluh tahun lebih Jassin berkecimpung dengan

Muhammad Naufal Hakim - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

5

Al-Qur’an dan terjemahnya dari berbagai terjemah yang ia pelajari dan mencoba mengetahui artinya kata demi kata. Ia mengawali dengan surat Al-Mu’minun, kemudian Surat Ya Sin, Ar-Rahman, dan Al-Waqi’ah. (Ningsih, 2020, hal. 58-59) Memang, Jassin memiliki pandangan bahwa dalam kitab terjemahnya haruslah berbeda dengan terjemah Al-Qur’an yang terbit dalam bahasa Indonesia selama ini. Ia memberikan perhatian lebih pada keindahan bahasa yang ia pakai. Dalam terjemahnya, selain tidak jauh dari teks asli, juga disusun dalam bahasa yang berirama dan bersajak. Secara berangsur-angsur terjemah Al-Qur’an itu disetorkan ke penerbit Djambatan, yang akhirnya lengkap pada 27 Agustus 1975. Saat itu HAMKA sebagai sahabat karibnya Jassin, meminta agar menyerahkan hasil terjemahnya kepada Majelis Ulama DKI untuk diperiksa. Hasilnya, Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia pertama kali diterbitkan pada tahun 1978. Kemudian menyusul edisi kedua tahun 1982 yang banyak mengalami perubahan dari edisi pertama, dan muncul cetakan ketiga pada tahun 1991. (Ningsih, 2020, hal. 62) Namun selain itu, di dalam menulis kitab terjemahnya, H.B. Jassin juga menceritakan bahwa keinginan untuk menerjemahkan Al-Qur’an secara puitis timbul setelah ia membaca terjemahan Abdullah Yusuf Ali berjudul The Holy Qur’an, yang ia peroleh dari kawannya, Haji Kasim Mansur, tahun 1969. Menurut H.B Jassin, itulah terjemah yang ia rasa paling indah, karena disertai keteranganketerangan yang luas dan universal sifatnya. Kemudian H.B. Jassin juga menekankan bahwa terjemahnya bukanlah terjemahan dari terjemah Yusuf Ali ataupun terjemahan lainnya. Susunan sajak terjemah dalam bahasa Indonesia adalah susunannya sendiri, sedang susunan sajak dalam bahasa Arab disusun baru sesuai dengan baris-baris sajak dalam bahasa Indonesia. (Amin, 2016, hal. 228-229)

Karakteristik Kitab Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia Sebagai kitab terjemah Al-Qur’an yang di tulis oleh seorang sastrawan. Maka diantara beberapa karakteristik dan keunikan yang ada pada kitab AlQur’anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin dapat dijelaskan dalam beberapa poin sebagai berikut.

Muhammad Naufal Hakim - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

6

1. Menggunakan pola tartib mushafi, artinya H.B Jassin menerjemahkan Al-Qur’an dimulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Al-Ikhlas. 2. Pada halaman pertama, surat Al-Fatihah, Jassin memberi hiasan kaligrafi surat Al-Alaq ayat 1-12 dalam pola pintu yang sisi atasnya berbentuk bundar. Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai hal ini. Dekorasi semacam ini ditemukan pada setiap awal juz. 3. Page orientation yang digunakan disusun dari kiri ke kanan, bukan kanan ke kiri sebagaimana lazimnya layout teks Arab. Dalam hal ini, Jassin mengikuti pola penerjemahan yang telah beredar sebelumnya, seperti terjemahan Mahmud Yunus dan terjemahan Departemen Agama. 4. Penerjemahan H.B Jassin menyertakan teks Arabnya. Kedua teks ini disusun berdampingan, teks Arab ditempatkan di sebelah kanan, dan terjemahnya di sebelah kiri. Model seperti ini juga digunakan oleh terjemahan Departemen Agama sebelumnya. Hanya saja, satu keunikan versi Jassin adalah teks Arab maupun terjemahnya disusun simetris dengan pola rata tengah (centered-alignment). Pola penulisan ini mengikuti kepada pola penulisan populer pada puisi. 5. Di tiap awal surat, ia menuliskan nama surat, status makki/madani, dan jumlah ayat. Ia menuliskannya dalam kedua bahasa, Arab di sebelah kanan dan terjemah Indonesia di sebelah kiri. 6. Menggunakan footnote di beberapa tempat, seperti. a. Pada ayat yang menggunakan tamsil, contoh kata marad di AlBaqarah: 10. Jassin menerjemahkan kata tersebut secara literal, yaitu penyakit, akan tetapi menempatkan catatan kaki untuk menjelaskan makna dari tamsil tersebut, yaitu dengki, iri hati, dendam, sombong, takabbur, dan segala macam kekotoran hati. b. Pada kata yang memiliki penafsiran tertentu, seperti kata al-sabr pada Al-Baqarah: 45. Jassin tetap menerjemahkan kata tersebut dengan “kesabaran”. Hanya saja, ia memberikan catatan kaki, bahwa yang dimaksud dengan kesabaran di sana adalah puasa. (Lukman, 2015, hal. 44-46)

Muhammad Naufal Hakim - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

7

7. Kemudian terkait pertanyaan apakah kitab ini layak disebut sebagai kitab tafsir atau tidak. Menurut Surahman Amin dalam jurnalnya, karya terjemah ini belum bisa dikategorikan sebagai tafsir Al-Qur’an karena H.B. Jassin hanya sekedar menerjemahkan sesuatu, artinya menjelaskan sesuatu itu dengan menggunakan bahasa yang berbeda-beda dari teks yang diterjemahkannya. Ini dilakukan supaya dapat cepat dimengerti oleh yang membacanya. (Amin, 2016, hal. 229) 8. Meskipun kitab Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia ini tidak dikategorikan sebagai kitab tafsir. Dalam beberapa persoalan ditemui bahwa H.B. Jassin akan memberikan keterangan lebih lanjut dan penjelasan. Dimana ia sama sekali tidak mengutip pendapat siapa-siapa, termasuk hadis sekalipun, ia menjelaskan ayat berdasarkan pendapatnya sendiri. Maka dari sini dapat disimpulkan bahwa karya H.B. Jassin ini masuk dalam kelompok terjemah tafsiriyah. (Amin, 2016, hal. 230)

Kritikan Terhadap Kitab Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia Seperti yang telah disebut di awal, bahwa Al-Qur’anil Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin menuai beberapa kritikan, khususnya diantara golongan mufasir maupun pengkaji Al-Qur’an. Diantaranya adalah krikan yang dilontarkan oleh Nazwar Syamsu, seorang ulama asal Padang yang secara khusus menulis buku yang berjudul Koreksi Terjemahan Bacaan Mulia H.B. Jassin, dalam buku tersebut Nazwar Syamsu menuliskan beberapa koreksi atas kekeliruan dan ketidak akurasian yang dilakukan oleh H.B. Jassin dalam menerjemahkan Al-Qur’an. Menurutnya, dalam terjemahan Jassin ini, terdapat kesalahan baik dari segi diksi maupun susunan kalimat. Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kesalahan ini terjadi atas dua faktor. Pertama, Nazwar curiga bahwa ada maksud terselubung yang dilakukan Jassin. Kedua, karena Jassin ia nilai tidak mempunyai kapabilitas yang mempuni untuk menerjemahkan Al-Qur’an. (Aswar, 2018, hal. 12-13) Lalu, terjemahan Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia ini juga menuai komentar dari Oemar Bakry, seorang mufasir yang menulis kitab tafsir Rahmat.

Muhammad Naufal Hakim - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

8

Sama seperti yang dikritik oleh Nazwar Syamsu, menurut Oemar Bakry di dalam terjemahan Jassin ini terjadi banyak kesalahan. Menurutnya, diantara kesalahan yang dilakukan Jassin adalah tidak dipertimbangkannya aspek gramatikal/ilmu nahwu ketika menerjemahkan Al-Qur’an. (Ningsih, 2020, hal. 63-64) Namun perlu diketahui, sebelum kritikan yang dilontarkan oleh Oemar Bakry, lebih dahulu pernah dilontarkan oleh Haji Ali Akbar dan Aminuddin Aziz. Keduanya sama-sama merasa jika H.B. Jassin kurang berkompeten di bidang bahasa Arab, sehingga menjadi suatu hal yang lucu ketika Jassin menuliskan terjemah Al-Qur’an dan disebarluaskan ke khalayak umum. (Saifullah, 2019, hal. 360) Terkait kritikan yang dilontarkan oleh Oemar Bakry, Muhammad Saifullah di dalam jurnalnya menyimpulkan, bahwa pendapat Oemar Bakry banyak dibumbui oleh berbagai kepentingan. Dimana kritikannya ini bukan hanya atas dasar teologis belaka, namun juga bagian dari upaya untuk mendukung gerakan politik dari orde baru yang membungkam para politikus muslim demi kesetabilan rezim orde baru. (Saifullah, 2019, hal. 370) Sedang dari sisi terjemahnya, ada pendapat dari Ahmad Muttaqin di dalam jurnalnya, yang menyimpulkan tiga hal. Pertama, kitab terjemahan Jassin ini merupakan satu karya sastra hasil resepsi estetis. Kedua, terjemah Al-Qur’an ini merupakan terjemahan puitis, sehingga harus didekati dengan teori kritik sastra, bukan malah didekati dengan teori terjemah Al-Qur’an. Ketiga, dengan menggunakan teori kritik sastra, maksud dari terjemahan puitis H.B. Jassin khususnya dalam ayat metafora menjadi semakin jelas dan tampak keindahan gaya bahasanya. (Muttaqin, 2017, hal. 324)

Contoh Terjemah Dalam Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia Pada pembahasan sebelumnya, Surahman Amin mengategorikan terjemah dari H.B. Jassin ini termasuk ke dalam terjemahan tafsiriyah. Berbeda dengan pendapat tersebut, Putri Rahayu Ningsih dalam skripsinya, justru menyatakan bahwa Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin ini termasuk ke dalam terjemahan harfiah (lafdziyah). Dalam persoalan ini, pemakalah lebih setuju dengan pendapat dari Surahman Amin karena dalam banyak hal, H.B. Jassin seperti yang

Muhammad Naufal Hakim - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

9

telah dijelaskan di awal, bahwa ia hendak menuliskan terjemah Al-Qur’an dengan bahasa yang lebih puitis dan lugas, meskipun tidak akan banyak keluar dari alNazhm (susunan) yang ada. Maka untuk memperjelasnya, pemakalah akan menunjukan kedua contoh yang dijadikan dasar dari dua pendapat tersebut. 1. Contoh Terjemah Tafsiriyah

‫خذُوا آلِهَ ًة مِ َن األ ْرضِ ُهمْ يُنْشِرُو َن‬ َ ََّ‫َأمِ ات‬ Terjemah Versi H.B. Jassin: Atau apakah mereka mengambil sembahansembahan dari bumi Yang dapat membangkitkan (orang mati)?. (QS. AlAnbiyaa’ [21]: 21) Setelah menerjemahkan ayat tersebut, kemudian H.B. Jassin berkomentar bahwa yang dimaksud dengan aalihatan dalam ayat tersebut ialah syaitan, hantu, dewa-dewa, malaikat, pahlawan-pahlawan, orang-orang besar, kuburan keramat, berhala, binatang, pohon kayu, dan sebagainya. (Amin, 2016, hal. 230) Agaknya, hal itulah yang mendasari dasar bahwa terjemah Al-Qur’an Bacaan Mulia karya H.B. Jassin ini termasuk ke dalam terjemahan tafsiriyyah. Artinya, patut diakui bahwa terjemahan Al-Qur’an dari H.B. Jassin ini tidak banyak keluar dari al-Nazhm (susunan) yang ada. Namun harus digaris bawahi bahwa dalam beberapa hal, H.B. Jassin akan meambahi maksud/tafsir kata pada suatu ayat dengan cara memberikan footnote seperti yang telah dijelaskan dan dicontohkan di atas, meskipun hal ini hanya dilakukan pada tataran makna kata saja. 2. Contoh Terjemah Lafdziyah

ِ‫ت َومَا فِي األ ْرض‬ ِ ‫اللََّهُ ال ِإلَ َه إِال هُ َو اْلحَ َُّي اْلقَيَُّو ُم ال َت ْأخُ ُذ ُه سِنَةٌ وَال نَوْ ٌم لَ ُه مَا فِي السََّمَاوَا‬ ْ‫شفَ ُع عِنْدَ ُه إِال ِبِإذْنِهِ َيعْلَ ُم مَا بَيْ َن أَْيدِيهِ ْم َومَا َخ ْلفَهُ ْم وَال ُيحِيطُو َن بِشَيْ ٍء مِن‬ ْ َ‫مَ ْن ذَا اََّلذِي ي‬ ُ‫ض ...


Similar Free PDFs