Tentang Kerendahan Hati PDF

Title Tentang Kerendahan Hati
Author Michael Rahardanto
Pages 4
File Size 279.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 152
Total Views 277

Summary

Tentang Kerendahan Hati Oleh: Michael Seno Rahardanto, MA “Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan” (Amsal 18:12) Dalam bukunya The Narcissism Epidemic, Jean Twenge dan Keith Campbell, sepasang psikolog, menulis bahwa kita sekarang hidup pada era narsistik. Or...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Tentang Kerendahan Hati Michael Rahardanto

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

e-Leadership anjing t anah Peran Guru Agama Krist en dalam Membangun Karakt er Siswa di Era Digit al t alizaro t afonao Indonesia. Kement erian Pendidikan dan Kebudayaan Bobby Dawolo

Tentang Kerendahan Hati Oleh: Michael Seno Rahardanto, MA Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan (Amsal 18:12)

Dalam bukunya The Narcissism Epidemic, Jean Twenge dan Keith Campbell, sepasang psikolog, menulis bahwa kita sekarang hidup pada era narsistik. Orangorang berlomba-lomba menonjolkan dirinya. Orang-orang memaksakan diri membeli atau mengonsumsi barang-barang mewah, supaya kelihatan keren . Media sosial menjadi ajang pamer. Pariwara-pariwara menampilkan orang-orang yang hebat, jagoan, pemberani, nomor satu, tidak tergantikan. Jangan salah, hal-hal itu baik: menjadi hebat, keren, nomor satu. Namun kalau tidak disertai kerendahan hati, yang lebih sering muncul ialah kekisruhan, sikap menang sendiri, stres, dan berbagai dampak buruk lainnya. Kerendahan hati merupakan karakter yang bisa meredam efek destruktif zaman narsistik. Sayangnya, tidak banyak orang tertarik menjadi rendah hati. Orang beramai-ramai berlatih meningkatkan kepercayaan diri, namun tampaknya jarang yang belajar menjadi rendah hati. (Kalau Anda tidak percaya, coba carilah kursuskursus atau buku-buku self-help yang mengajarkan kerendahan hati, kalau ada). Kepercayaan diri memiliki sisi gelap . Dalam artikelnya berjudul The Dark Side of Self-Esteem, Roy Baumeister, psikolog Amerika yang puluhan tahun meneliti kepercayaan diri, menyatakan bahwa perilaku kekerasan justru paling sering dilakukan orang-orang dengan kepercayaan diri yang tinggi! Setelah bertahuntahun meneliti kepercayaan diri, Baumeister menyimpulkan: after all these years, I’m sorry to say, my recommendation is this: Forget about self-esteem and concentrate more on self-control and self-discipline. Recent work suggests this would be good for the individual and good for society. (Setelah bertahun-tahun ini, saya terpaksa merekomendasikan: Lupakan kepercayaan diri, dan pusatkan lebih ke pengendalian diri dan kedisiplinan diri. Itulah yang lebih baik bagi individu dan masyarakat). Menariknya: pengendalian diri dan kedisiplinan diri dimiliki orang-orang yang rendah hati! Itulah yang ditemukan trio peneliti Heidi Wayment, Jack Bauer, dan Kateryna Sylaska. Menurut ketiga peneliti tersebut, orang-orang yang rendah hati memiliki ego yang tenang (quiet ego). Pengendalian dirinya bagus. Mereka tidak mudah terprovokasi. Mereka sigap menolong orang lain, bisa menjadi pendengar yang baik, mau menerima kritik, mau memperbaiki diri, dan tidak suka pamer. Dalam bukunya Good to Great, James Collins, yang meneliti 11 chief executive officer (CEO) di perusahaan hebat di Amerika, menemukan satu karakteristik yang dimiliki semua CEO tersebut, yakni kerendahan hati. Penelitian Amy Ou terhadap para pemimpin di 105 perusahaan di Amerika Serikat, menemukan bahwa

pimpinan yang rendah hati bukan hanya mampu membentuk atmosfer kerja yang menyenangkan, namun juga membentuk tim manajemen yang kompak, dan menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada perusahaan yang dipimpin CEO yang tidak rendah hati! Nah, bila kerendahan hati penting, mengapa tidak banyak pakar membahasnya? (Coba carilah buku tentang kerendahan hati di toko-toko buku, kalau ada). Mengapa, dalam rekrutmen karyawan, perusahaan bergiat mencari karyawan yang percaya diri, namun jarang menetapkan kerendahan hati sebagai salah satu karakter yang dicari? Dugaan saya, karena kerendahan hati disamakan dengan sikap pasif, tunduk, tidak asertif. Kerendahan hati disamakan takut menonjol dan tidak punya inisiatif. Padahal, banyak penelitian menunjukkan, orang yang rendah hati punya harga diri yang sehat. Mereka berani bertentangan dengan pendapat umum, bukan karena mereka cari sensasi, namun karena mereka yakin mereka benar, dan kebenaran itu diperlukan orang lain. Itu kenapa Yesus Kristus—teladan kerendahan hati yang utama—tidak takut mengkritik orang Farisi secara terbuka. Kritik Yesus bukan demi menonjolkan diri-Nya sendiri, namun untuk kebaikan umat-Nya. Martin Seligman dan Chris Peterson, dua psikolog terkenal dari Amerika, mendefinisikan kerendahan hati sebagai kerelaan memandang diri sendiri, mencakup keunggulan dan keterbatasan diri, secara akurat dan tanpa ada sikap defensif. Definisi serupa juga dikemukakan Don Davis, seorang peneliti kerendahan hati. Beliau mendefinisikan kerendahan hati sebagai kesadaran akurat tentang diri sendiri disertai fokus ke orang lain, bukan ke diri sendiri. Definisi para tokoh psikologi tersebut menunjukkan bahwa kerendahan hati terdiri dari tiga komponen. Komponen yang pertama ialah kesadaran tentang kelebihan dan kelemahan diri sendiri. Komponen yang kedua ialah fokus ke orang lain, bukannya ke diri sendiri (bukan apa kata orang lain nantinya , apa untungnya buat saya ). Komponen ketiga, ialah adanya harga diri yang sehat. Orang yang rendah hati bukanlah orang minder; melainkan orang yang kepercayaan dirinya sehat. Yesus rendah hati, tapi tidak minder! Ia menyatakan bahwa dirinya Tuhan, sebab memang demikian. Namun Ia juga tidak malu kedapatan berbicara dengan seorang perempuan Samaria (Yohanes 4:7). Definisi para tokoh psikologi di atas sebetulnya sudah dikemukakan para teolog sebelumnya. Salah satu kutipan favorit saya ialah dari Phillips Brooks, seorang pendeta yang hidup pada pertengahan 1800-an. Menurut Phillips Brooks (beliau ini yang menciptakan lirik lagu O Little Town of Bethlehem), kerendahan hati bukanlah merunduk sehingga kita lebih rendah dari yang seharusnya, melainkan berdiri setegak yang kita mampu, namun di sisi Yang Mahakuasa, sehingga dalam kemahakuasaan-Nya, kita selalu ingat betapa kecilnya kita . Dalam Alkitab, dikisahkan bahwa Lucifer awalnya tercipta sebagai malaikat terindah dan paling cerdas, namun ia menjadi sombong dan menginginkan tahta Allah. Ia tidak mau melayani, namun ingin dilayani. Ia, yang hanya ciptaan, ingin

disembah. Akibatnya ia menjadi Iblis dan terbuang dari Sorga. Betapa berbedanya dengan Yesus Kristus, Putra Allah yang Hidup, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28). Kesombongan merupakan dosa pertama, yang menyebabkan Lucifer jatuh, dan juga menyebabkan Adam dan Hawa jatuh (mereka ingin menjadi seperti Allah, tahu segala pengetahuan). Sebaliknya, kerendahan hati dari Kristus memungkinkan penebusan kita terjadi, setelah Sang Mesias mau menyingkirkan kemuliaan-Nya, menjadi manusia yang hina-dina, dan mati disalibkan oleh orang-orang yang bahkan tidak tahu bahwa mereka sedang ditolong. Memang benar, kesombongan mendahului kejatuhan, dan kerendahan hati mendahului keselamatan. Lantas bagaimana menjadi rendah hati? Cobalah keluar dari fokus tunggal ke diri Anda sendiri. Cobalah memahami sudut pandang orang lain. Beranikanlah meminta umpan-balik (paling mudah, mintalah dari orang-orang terdekat Anda, misalnya keluarga). Kalau Anda berani melakukannya, Anda akan merasakan bahwa dikritik itu tidak seseram yang Anda bayangkan. Anda akan mendapat banyak saran untuk menjadi makin baik, dan Anda akan punya pandangan semakin realistik tentang diri Anda sendiri. Selamat belajar menjadi semakin rendah hati. Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya. (Matius 7:13-14)...


Similar Free PDFs