Tokoh Arsitektur Modern PDF

Title Tokoh Arsitektur Modern
Author Albert Limanjaya
Pages 26
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 321
Total Views 513

Summary

TEORI ARSITEKTUR – AR 4124 TOKOH ARSITEKTUR MODERN Kelompok 7 Geraldine Janice 22413055 Marcia Dewi 22413093 Albert Limanjaya 22413100 Angeline 22413101 Melisa Arista 22413108 Hisyam Hilmy 22413139 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABA...


Description

TEORI ARSITEKTUR – AR 4124 TOKOH ARSITEKTUR MODERN

Kelompok 7 Geraldine Janice 22413055 Marcia Dewi 22413093 Albert Limanjaya 22413100 Angeline 22413101 Melisa Arista 22413108 Hisyam Hilmy 22413139

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA 2016

DAFTAR ISI Judul ..........................................................................................................i Daftar Isi ...................................................................................................ii Bab 1 1. Ludwig Mies van der Rohe ....................................................................1 1.1. Studi Kasus............................................................................................................ 1 1.1.1. Seagram Building ............................................................................................. 1 1.1.2. Farnsworth House ............................................................................................ 4

Bab 2 2. Le Corbusier ..........................................................................................8 2.1. Studi Kasus............................................................................................................ 9 2.1.1. Maison La Roche ........................................................................................... 10 2.1.2. Villa Savoye ................................................................................................... 14

Bab 3 3. Kesimpulan ..........................................................................................19 3.1. Persamaan ........................................................................................................... 19 3.2. Perbedaan ............................................................................................................ 19

Lampiran ................................................................................................20 Daftar Pustaka .......................................................................................22

ii

BAB 1 1. Ludwig Mies van der Rohe Seorang anak dari pengrajin batu di Aachen, Jerman. Mies memulai karir arsiteknya sebagai asisten dari Peter Behrens, bersama dengan Walter Gropius dan Le Corbusier (Eckardt, 2016). Salah satu filosofinya yang cukup terkenal yaitu “less is more”, yang didapat ketika ia bekerja sebagai asisten dari Peter Behrens, mengerjakan proyek pabrik turbin AEG (Mertins, 2014). Berdasarkan diagram evolusi arsitektur abad ke 20 (Jencks, 1971), Mies van der Rohe menganut teori functionalism dari arsitektur modern. Sesuai dengan namanya, functionalism mengedepankan kegunaan dari suatu bangunan, sehingga bentuk bangunan mengikuti fungsi. Karakteristik dari karya yang berangkat dari teori ini, antara lain adalah minimnya ornamentasi dan dekorasi, serta menonjolokan penggunaan material yang jujur. Jujur dalam arti material tersebut ditunjukkan apa adanya, tanpa finishing (Muscato, n.d.). Karya-karya Mies umumnya tergolong dalam international style, namun gaya ini tidak muncul melalui pemilihan gaya tertentu dalam proses desain. Menurut Mies, tampilan sebuah bangunan adalah ekspresi dari masanya dan material yang digunakan (Chicago Architecture Foundation, n.d.). Hal ini dapat diihat dari desain nya yang mengedepankan aspek fungsional bangunan, serta penggunakan material baja terekspos, yang merupakan gambaran dari era industrialisme.

1.1.

Studi Kasus 1.1.1. Seagram Building Data Arsitek

: Mies van der Rohe dan Philip Johnson

Lokasi

: New York, USA

Lantai

: 38 lantai

Tinggi

: 157 m

Luas

: 46000 m2

Tahun

: 1958

Fungsi

: Gedung kantor

1

Latar Belakang Seagram Building terletak pada 375 Park Avenue, Midtown Manhattan, New York. Bagian plaza, bangunan, fasad batu pada lobby dan kaca serta perunggu pada eksterior bangunan ini di desain oleh Ludwig Mies van der Rohe, sedangkan bagian interior restoran The Four Seasons dan Brasserie oleh Phillip Johnson. Bangunan ini terdiri dari 38 lantai dengan tinggi bangunan mencapai 157m. Seagram Building di desain sebagai kantor pusat dari Joseph E. Seagram’s and Sons. Hal ini sesuai dengan keinginan Phyllis Lambert, anak dari Samuel Bronfman yang merupakan CEO dari Seagram saat itu. Teori, Konsep dan Gaya Bangunan ini merupakan penerapan dari teori yang dianut Mies van der Rohe, yaitu functionalism (Jencks, 1971). Teori yang menganggap bahwa aspek bangunan ditentukan berdasarkan fungsinya, dan semua yang dibuat haruslah fungsional (Muscato, n.d.). Konsep yang mendasari desain adalah untuk mengekspos dan mengekspresikan struktur bangunan (Design Book Magazine, n.d.). Struktur Bangunan ini menggunakan sistem kolom balok baja, dengan modul 8,5 meter. Material struktural yang digunakan dalam bangunan ini berupa kombinasi dari frame baja untuk mengatasi momen bangunan dan beton bertulang sebagai core yang mengatasi beban lateral bangunan. Core dinding geser menerus hingga lantai 17, dilanjutkan dengan core bracing diagonal (shear trusses) hingga lantai 29. Untuk sambungan, bangunan ini menggunakan sambungan tipe bolted (Schierle, 2008). Denah Seagram Building didesain dengan setback sepanjang 30 m dari jalan yang didesain sebagai plaza, berfungsi sebagai ruang publik dimana pejalan kaki dan pekerja dapat bersantai, serta sebagai pengantar menuju ke pintu masuk bangunan (Perez, 2010). Denah bangunan memiliki bentuk yang simetri, dengan inti bangunan yang terletak di bagian tengah – belakang bangunan, berfungsi sebagai struktur, berisi shaft elevator, area servis, serta tangga darurat.

2

Gambar 1.1 Denah lantai 1-4, 5-10, 11-38 (Fuertes, G. 2014)

Selain itu, bangunan ini juga menerapkan konsep open plan. Open plan adalah konsep dimana beberapa fungsi ruang berusaha digabungkan menjadi satu dalam satu ruangan tanpa sekat ataupun dengan sekat yang semi permanen, sehingga fungsi ruang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 1.2 Open plan (https://www.asid.org/sites/default/files/Floor%20Plans_0.jpg)

Tampak Pada awalnya, Mies merencanakan struktur baja yang diekspos sebagai fasad bangunan, namun terjadi perubahan desain karena alasan keamanan kebakaran. Sesuai dengan standar pembangunan bangunan tinggi di Amerika, struktur baja harus dibalut beton atau usaha sejenis untuk fireproofing. Desain terbangun akhirnya menggunakan baja yang dibungkus beton. Untuk memunculkan kesan struktur terekspos, digunakan perunggu berbentuk profil “I” yang ditempel pada mullion curtain wall. Elemen ini bertujuan sebagai pengaku dari tiap jendela, namun yang lebih penting adalah menciptakan tekstur permukaan sehingga fasad tidak rata dan polos (Wiseman, 1998). Kaum modernist purist mengkritik bahwa elemen ini tidak mempunyai fungsi selain alasan estetika (Glynn, 2001).

3

Gambar 1.3 Detail struktur baja dan mullion (https://courses.cit.cornell.edu/arch262/notes/11b.html)

Selain itu, untuk menciptakan fasad yang konsisten dan rapi, digunakan venetian blind yang terbatas menjadi 3 posisi, yaitu: buka, setengah buka dan tutup. Tanggapan Penambahan elemen perunggu profil “I” pada mullion, pada dasarnya adalah penggunaan ornamen untuk memunculkan kesan struktural. Hal ini dikritik oleh kaum modernist purist. (Glynn, 2001). Penggunaan material mewah (marmer, travertine, kaca dan perunggu), mengingatkan orang bahwa bangunan ini jauh dari hasil sederhana dari proses produksi dan konstruksi industrial (Seagram Building, 1998). Dari segi lingkungan, Seagram Building memiliki Energy Star Rating (sistem penilaian bangunan berdasar efisiensi penggunaan energi di kota New York) terendah dari semua bangunan di New York, yaitu 3 dari 100 poin (Mehaffy & Salingaros, 2013). Fungsional seharusnya tidak hanya berbicara tentang material, namun juga bagaimana bangunan tersebut digunakan oleh manusia, sehingga aspek “fungsional” dari bangunan ini perlu dipertanyakan.

1.1.2.

Farnsworth House

Data Arsitek

: Ludwig Mies van der Rohe

Lokasi

: Illinois, USA

Luas

: 140 m2

Tahun

: 1951

Fungsi

: Rumah akhir pekan

4

Latar Belakang Bangunan tersebut pertama kali dimiliki oleh Dr. Edith Farnsworth, seorang dokter ginjal yang menggunakan rumahnya sebagai rumah akhir pekan, dimana ia sering bermain violin dan melukis (Perez, 2010). Rumah itu di desain dan didirikan oleh Mies sendiri, dengan total keseluruhan proyek senilai 74.000 $ US Dolar. Rumah tersebut dibangun tepat disebelah utara sungai Fox (Fox River), Kota Plano, Illinois. Daerah tersebut beriklim subtropis lembab, dengan rata-rata temperatur tertinggi (21 C) dan temperatur terendah (31 C).

Gambar 1.4 Temperatur Rata-rata Kota Plano, Illinois, Amerika. (http://www.areavibes.com/plano-il/weather/)

Teori, Konsep, dan Gaya Mies van der Rohe memanfaatkan site sekitar dengan memberi kaca pada seluruh fasad bangunan, agar hubungan antara alam sekitar dengan penghuni rumah tersebut dapat terjalin dengan baik (Perez, 2010). Mies sangat ingin menonjolkan lingkungan sekitarnya, hingga ia memberikan desain yang begitu minimal terhadap selubung dan ekspresi bangunan, agar tidak menyaingi lingkungan sekitarnya, dan malah menonjolkan alam sebagai penunjang estetika bangunan tersebut. Rumah tersebut tidak memiliki sekat, kecuali pada bagian inti (core) bangunan, dimana terdapat dinding menutupi kamar mandi. Selebihnya, tidak ada dinding maupun sekat dalam bentuk apapun yang berada di interior rumah. Semua ruang antara area tidur hingga area penerima tamu menjadi satu kesatuan. Hal tersebut memperkuat konsep minimal dan unity terhadap alam sekitar, seakan-akan rumah tersebut berada dalam satu bagian dengan sekitarnya.

5

Gambar 1.5 Denah Bangunan (http://www.coroflot.com/ryanmathews/AutoCAD)

Struktur Mies menggunakan struktur baja yang menjadi struktur utama pada seluruh konstruksi bangunan, termasuk konstruksi lantai, dinding dan plafon (Keskeys, 2016). Struktur ini dipilih karena ringan dan tidak merusak lingkungan. Terdapat 8 kolom baja I yang menjadi topangan beban bangunan, dengan diameter sekitar 38 cm), menjadikan kolom-kolomnya kurus dan minimalis. Balok menggunakan join baja, dengan precast concrete slab sebagai struktur lantai, plafon, dan atap (Perez, 2010). Struktur bangunan yang simpel dan minimal memberikan dukungan terhadap konsep bangunan yang sederhana.

Gambar 1.6 Struktur Baja Farnsworth House (http://architizer.com/blog/architectural-details-mies-van-der-rohe/)

Denah Farnsworth House terdiri dari 2 plat lantai yang difungsikan sebagai area privat (ruang tidur, ruang makan dan ruang tamu) dan area publik (teras). Bangunan ini menerapkan konsep open plan, yaitu menggabungkan beberapa fungsi ruang dalam satu ruangan tanpa sekat. Hal ini untuk mendukung konsep bangunan yang menyatu dengan alam. Secara bentuk denah, Farnsworth House memiliki bentuk denah yang simetri (jika ditarik garis diagonal). Sedangkan secara volume, massa utama memiliki volume yang lebih berat (tidak simetri) (Perez, 2010).

6

Gambar 1.7 Denah Farnswort House (http://farnsworthhouse.org)

Tampak Pada bagian Utara terdapat termostat dan insulasi untuk menghangatkan ruangan pada musim dingin. Pada bagian Timur, terdapat ventilasi yang berhadapan dengan pintu masuk, sehingga udara dapat bersirkulasi. Sedangkan pada bagian Barat dan Selatan terdapat pembayang dari pohon, sehingga ruang tidak terlalu panas. Selain itu, bagian Selatan juga merupakan pintu masuk. Pada bagian ini terdapat tangga dari tanah menuju teras, kemudian terdapat tangga dari teras menuju masa utama bangunan. Bentuk undakan ini mendukung konsep bangunan yang menyatu dengan alam sekitar (Perks, n.d).

Gambar 1.8 Tampak dan Denah Farnswort House (http://1.bp.blogspot.com)

Material yang digunakan pada bangunan adalah baja dan kaca. Keunggulan baja adalah memiliki daktilitas tinggi sehingga tahan gempa. Sedangkan keunggulan kaca adalah pemasangan mudah, tahan ar dan sesuai konsep yang menyatu dengan alam (transparan) (Jamal,2015). Tanggapan Ventilasi bangunan yang buruk menyebabkan dilakukan direnovasi pada tahun 1972 untuk menutup ventilasi dan menambah AC (Craven, 2016). Selain itu, terdapat masalah banjir yang terparah pada tahun 1996 setinggi 1.5 m dari lantai masa utama. Banjir ini menyebabkan dilakukannya renovasi yang membutuhkan biaya yang banyak. Hingga saat ini, masalah ini masih belum teratasi (Issacs, 2014).

7

BAB 2 2. Le Corbusier Charles-Edouard Jeanneret atau Le Corbusier adala seorang arsitek, urban designer dan penulis berwarga negara Swiss. Vers une architecture, yang dapat diartikan sebagai “Towards a New Architecture” merupakan kumpulan esai Le Corbusier yang mencangkup Teori Arsitektur Modern. Esai-esai tersebut dipublikasi dalam jurnal berbahasa Perancis L’Esprit Nouveau. 1914-1930 Selama 4 tahun di Swiss, Le Corbusier mempelajari banyak teori-teori arsitektur yang menggunakan kaidah teknik arsitektur modern. Salah satu karya beliau pada masa itu adalah “Domino House” (1914-1915). Desain tersebut kemudian menjadi dasar dari sebagian besar karya- karyanya 10 tahun kedepan. Pada tahun 1918, Le Corbusier bertemu dengan Amédée Ozenfant, seorang pelukis Cubist. Mereka kemudian mempublikasikan manifesto mereka, Après le Cubisme dan menetapkan teori pergerakan arsitektur modern yang baru yaitu Purism. Purism adalah suatu bentuk dari Cubism, yang merupakan salah satu pendekatan estetika dalam arsitektur yang adalah ekspresi yang menampilkan kemurnian bangunan tanpa ornamen, sesuai dengan adagium arsitektur modern yang menilai bahwa: “Ornament is a crime”, teori ini muncul karena adanya keinginan untuk melepaskan diri dari penggunaan ornamen dengan berprinsip bahwa tanpa ornamen bangunan bisa tampak lebih indah. Pada masa kehidupan Le Corbusier, era teknologi dan industry sedang berkembang pesat. Le Corbusier menunjukkan ketertarikan akan teknologi dan desain kapal uap. Hal ini menyebabkan perencanaan tata ruang dan estetika minimalisnya dipengaruhi oleh inovasi teknik mesin dan desain modular pada saat itu. “The house is a machine for living” (Le Corbusier, 1927) berarti bahwa perancangan arsitektur telah mulai mengambil kualitas inovatif dan kemajuan ditemukan di bidang lain khususnya pada bidang industry dalam hal efisiensi.

8

2.1. Studi Kasus Teori, Konsep dan Gaya Teori 5 points of architecture merupakan interpretasi modern Le Corbusier terhadap teori Vitruvius. Oleh karena itu, 5 points of architecture adalah elemen dalam desain yang bukan peraturan mutlak terhadap perancangan, melainkan elemen yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu bangunan (Andrew Kroll, 2010). a.

The Supports (Pilotis) memiliki elemen pendukung (supporting elements) dan elemen bukan pendukung (non-supporting elements) struktur. Tujuannya adalah membebaskan lantai dasar serta menimbulkan kesan elevated pada bangunan.

b.

The Roof Gardens (Roof Garden) atau atap yang datar dimanfaatkan sebagai penambahan penghijauan.

c.

The free designing of the ground-plan (Free Plan) merupakan perencanaan tanpa pembagi ruangan (open).

d.

The Horizontal Window (Ribbon Windows) merupakan penggunaan jendela horisontal yang diletakkan mengitari seluruh bangunan. Bentuk jendela tersebut dipilih berdasarkan lebar field of view atau area tangkap mata manusia. Area field of view pada jendela horisontal lebih luas daripada jendela vertikal, sehingga view dapat lebih jelas terlihat dari dalam bangunan. Adapun riset yang mendukung teori tersebut mengenai bagaimana perbandingan pencahayaan jendela horisontal dan vertikal. Seperti terlihat pada gambar tersebut, cahaya yang masuk pada jendela horisontal lebih jauh memantul didalam ruangan, sehingga memberikan penerangan ruangan yang lebih banyak daripada jendela vertikal. (Weber, 2013)

Gambar 2.1 Perbandingan tangkap cahaya pada jendela horisontal dan vertical (Weber, P. 2013)

9

e.

Free Design of the Facade (Free Facade) merupakan fasad yang diperpanjang diluar konstruksi pendukung (kantilever) supaya fasad dapat dirancang dengan bebas.

Gaya Arsitektur Le Corbusier adalah International Style (Jencks, 1971) yang ada pada era modernism. Gaya ini mengacu pada pandangan perkembangan arsitektur gaya modern. Ciri gaya bangunan karya Le Corbusier berupa penyederhanaan bentuk secara radikal dengan tidak adanya ornament dan bentuk geometris sederhana. Dari pembangunan dan material bangunan, Le Corbusier menggunakan ekspresi sistem struktur yang jujur dan menggunakan kaca, baja dan beton sebagai bahan pilihan. 2.1.1. Maison La Roche Data Arsitek

: Le Corbusier dan Pierre Jeanneret

Lokasi

: Paris, Prancis

Lantai

: 3 lantai

Tahun

: 1923

Fungsi

: Museum

Gambar 2.2 Perspektif Maison La Roche (http://www.fondationlecorbusier.fr/CorbuCache/900x720_2049_3990.jpg?r=0)

Latar Belakang Maison La Roche adalah sebuah rumah di Paris yang dirancang oleh Le Corbusier dan Pierre Jeanneret pada tahun 1923-1925. Karya arsitektur ini dikomisi oleh Raoul La Roche, seorang bankir Swiss dan kolektor seni avant-garde. Maison La Roche terbagi menjadi 2 bagian. Pada sisi kiri merupakan galeri untuk memajang koleksi La Roche dan

10

pada sisi kanan merupaka rumah tinggal Pierre Jeanneret. Pada saat ini, Maison La Roche difungsikan sebagai museum yang berisi karyakarya Le Corbusier. Maison La Roche, sebagai salah satu ciri khas dalam sejarah gerakan Arsitektur Modern dan memiliki peran pula sebagai studi preseden utama bagi perancangan Villa Savoye di Poissy (1928) yang juga merupakan sebuah ikon arsitektur (Fondation Le Corbusier,1968). Maison La Roche teletak pada ujung cul-de-sac Docteur Blanche di arrondissement ke-16 Paris yang merupakan daerah dalam tahap pengembangan pada saat itu. Penggunaan material konstruksi baru pada saat pembangunan oleh Le Corbusier menyebabkan pengaplikasian teori dasar pemikirannya yang pada tahun 1927 akan disebut sebagai "Five Points of Architecture" (Fondation Le Corbusier,1968).

Gambar 2.3 Axonometri bangunan pada konteks urban. (https://en.wikipedia.org/wiki/Villa_La_Roche#/media/File:1ssda.jpg)

Analisa The pilotis atau post adalam kolom penyangga berguna sebagai pengangkat bangunan tinggi dari dasar lantai dan sebagai penyangga bangunan (struktural) yang memberi efek keringanan pada bangunan. Penggunaan kolom- kolom ramping ini bertujuan untuk membebaskan ruang pada lantai dasar. Oleh karena ruangan terbebaskan, terciptalah sikulasi yang mengundang bagi pengunjung pada area ground floor (Fondation Le Corbusier,1968).

Gambar 2.4 Perspektif pada lantai dasar (http://www.fondationlecorbusier.fr/CorbuCache/2049_4186.pdf)

11

Gambar 2.5 Denah Lantai Dasar, Lantai 1, Axonometri bangunan (https://architecturedesignprimer.files.wordpress.com/2012/10/ngucgg.gif)

Open plan diciptakan oleh perancangan yang tidak lagi memikirkan system pembagian ruangan secara segmen. Dengan open plan pengguna bangunan dapat menentuka pemisah ruangan sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing (Fondation Le Corbusier,1968).

Gambar 2.6 Konsep system struktur Dom- Ino (http://www.fondationlecorbusier.fr/CorbuCache/2049_4186.pdf)

Open façade tercipta dengan adanya kerangkanya bangunan yang terdiri dari post atau pilotis beton (kolom kurus dari balok beton) dan plat lantai beton bertulang sehingga dinding memikul beban minimal (bebannya sendiri). Fasad bangunan dapat dirancang sebebas mungkin dan pada bangunan ini dirancang dengan bentuk geometris sederh...


Similar Free PDFs