UAS Filsafat Pendidikan PDF

Title UAS Filsafat Pendidikan
Author Iqbal Martha Dimas
Pages 7
File Size 108.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 465
Total Views 521

Summary

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUSI PENDIDIKAN MATEMATIKA Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A. ===================================== UJIAN AKHIR SEMESTER Identitas Mata Kuliah Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidik...


Description

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUSI PENDIDIKAN MATEMATIKA Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A.

===================================== UJIAN AKHIR SEMESTER Identitas Mata Kuliah Fakultas Nama Mata Kuliah Jumlah SKS Semester Program Studi Dosen

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Filsafat Pendidikan :2 : II : Pendidikan Matematika : Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd.

Ketikkan URL Academia.edu Saudara: https://unib.academia.edu/Adzer427 Ketikkan Seluruh Video yang diunggah dalam YouTube: https://youtu.be/TNfHSUme7eE

Nama NPM Kelas

: Iqbal Martha Dimas : A1C020039 : 1A

SOAL

1. Problematika pendidikan banyak terkait dengan bagaimana melahirkan guru profesional. Silahkan saudara jelaskan bagaimana melahirkan guru-guru profesional di Indonesia, dukung pendapat saudara dengan berbagai jurnal yang saudara baca! (Score 30, jika saudara dapat memberikan rujukan minimal 5 jurnal sebagai referensi, dan ditulis Daftar Pustakanya) Jawab: Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi, pemerintah, dan juga masyarakat. Berikut bagaimana cara melahirkan guru-guru profesional di Indonesia

1. Usaha Peningkatan Kualitas Guru Untuk mengantisipasi tantangan dunia pendidikan yang semakin berat, upaya profesionalisme guru harus dikembangkan. Menurut Balitbang Diknas, ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam pengem- bangan profesionalitas guru, antara lain: a. Perlunya revitalisasi pelatihan guru yang secara khusus dititikberatkan untuk memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dan bukan untuk meningkatkan sertifikasi mengajar semata-mata. b. Perlunya mekanisme kontrol penyelenggaraan

pelatihan

guru untuk

memaksimalkan pelaksanaannya. c. Perlunya sistem penilaian yang sistemik dan periodik untuk mengetahui efektivitas dan dampak pelatihan guru terhadap mutu pendidikan. d. Perlunya desentralisasi pelatihan guru pada tingkat kabupate/kota. e. Perlunya upaya-upaya alternatif yang mampu meningkatkan kesempatan dan kemampuan para guru dalam penguasaan materi pelajaran. 2. Pembinaan Profesionalisme Guru Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Salah satu kegiatan

yang dianggap paling efektif dalam meningkatkan

kemampuan profesionalisme guru adalah dengan menyelenggarakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kegiatan yang berasal dari satu rumpun (bidang studi) ini dilakukan untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan bidang studi yang sama. Oleh karena itu, MGMP merupakan salah satu sistem penataran gru drngan pola dari oleh, dan untuk guru. 3. Program Sertifikasi Guru Sertifikasi guru

merupakan pemenuhan kebutuhan untuk

meningkatkan

kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetesi bagi calon atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.

Selain mempunyai tujuan, pelaksanaan sertifikasi guru juga mempunyai manfaat. Manfaat utama dari sertifikasi guru ialah 1) Melindungi profesi guru dari dari praktik-praktik merugikan citra profesi guru. 2) Melindungi masyarakat dari praktek pendidikan yang tidak berkualitas dan professional. 3) Meningkatkan kesejateraan ekonomi guru.

Daftar Pustaka: Anwar, M. (2018). Menjadi guru profesional. Prenada Media.

Borang, D. S. (2012). Upaya Peningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Guru SMK di Era Sertifikasi. Prosiding APTEKINDO.

Dantes, N. (2007). Pendidikan Profesi Guru dalam Kaitannya dengan Peningkatan Profesionalisme Guru (Refleksi Tentang Struktur Program LPTK). Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA,(Online), Edisi Khusus TH. XXXX Mei.

Jihad, A. (2013). Menjadi guru profesional: Strategi meningkatkan kualifikasi dan kualitas guru di era global. Penerbit Erlangga.

Mahanal, S. (2014, September). Peran Guru dalam Melahirkan Generasi Emas dengan Keterampilan Abad 21. In Seminar Nasional Pendidikan HMPS Pendidikan Biologi FKIP Universitas Halu Oleo.

2. Banyak aliran filsafat pendidikan, di antaranya Filsafat Esensialisme, Filsafat

Perenialisme,

Filsafat

Progresivisme,

Filsafat

Eksistensialisme,

Filsafat

Rekonstruktivisme. Silahkan saudara deskripsikan konsep pendidikan menurut berbagai aliran-aliran filsafat pendidikan tersebut! (Score 50, jika saudara dapat memberikan rujukan minimal 5 jurnal sebagai referensi, dan ditulis Daftar Pustakanya) Jawab: 1) Filsafat Esensial Konsep pendidikan menurut aliran filsafat esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat

manusia. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

2) Filsafat Parenialisme Konsep pendidikan menurut aliran filsafat perenialisme merupakan paham yang menempatkan nilai pada supremasi kebenaran tertinggi yang bersumber pada Tuhan. Dalam membicarakan pendidikan sasaran utama yang akan dicapai adalah “kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan, kebenaran, dan nilai yang abadi, tak terikat waktu dan ruang”. Dengan menempatkan kebenaran supernatural sebagai sumber tertinggi, oleh karena itu perenialisme selalu bersifat theosentris. Karena itu menurut perenialisme, penyadaran nilai dalam pendidikan harus didasarkan pada nilai kebaikan dan kebenaran yang bersumber dari wahyu dan hal itu dilakukan melalui proses penanaman nilai pada peserta didik. Sedang kebenaran hakiki dapat diperoleh dengan latihan intelektual secara cermat untuk melatih kemampuan pikir dan latihan karakter untuk mengembangkan kemampuan spiritual.

3) Filsafat Progresivisme Konsep pendidikan menurut aliran filsafat progresivisme dalam wujud yang murni memperkenalkan bahwa pendidikan selalu ada dalam nuansa proses pengembangan. Pendidikan harus siap untuk memodifikasi metode dan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan perkembangan pengetahuan dan perubahan yang baru dalam lingkungan. Pendidikan progresif harus memperkenalkan konsep “anak secara utuh” sebagai satu jawaban atas apa yang mereka pertimbangkan; terhadap anggapan atau penafsiran sebagian sifat anak. Dengan demikian, sekolah menjadi pusat “perhatian anak” dimana proses belajar ditentukan oleh setiap anak.

4) Filsafat eksistensialisme Konsep pendidikan menurut aliran filsafat eksistensialis adalah kebebasan manusia. Dalam upaya menekankan subjektivitas individu, guru eksistensialis harus mampu menumbuhkan rasa kesadaran diri dan tanggung jawab siswa. Untuk pembuatan pilihan pribadi yang signifikan, hanya siswalah yang mampu menghasilkan definisi dirinya.

Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk pendidikannya sendiri dan tidak bisa dipaksakan oleh guru maupun sistem sekolah.

5) Filsafat Rekonstruktivisme Konsep pendidikan menurut aliran filsafat rekonstruktivisme adalah pendidikan dengan pendekatan konstruktivisme memungkinkan siswa mencapai potensi yang maksimal, karena

siswa

mendapatkan

pengalaman secara

langsung

sehingga perkembangan kognitif dapat dibangun langsung

siswa

dalam

dengan

pembelajaran,

melibatkan

secara

untuk membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri dari

pengalaman mereka. Secara general konsep

konstruktivisme

terbagi

dua,

yaitu

individual cognitive constructivist dan sosiocultural constructivist, dua aspek tersebut sama-sama mempelajari proses belajar individu yang di latar belakangi dari proses pembentukan kognitif individu itu sendiri dan juga pembentukan kognitif yang dipengaruhi lingkungan sosial. Keduanya menjadi sinergi jika diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu membantu siswa membangun potensi kognitif melalui potensi diri dan pengalaman, serta lingkungan sehat yang mendukung. Pendidikan konstruktivisme tidak hanya membantu meningkatkan perkembangan kognitif siswa, tetapi juga dapat meningkatkan kemandiriannya dalam proses perkembangan tersebut. Daftar Pustaka: Anwar, M. (2015). Filsafat pendidikan. Kencana.

Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours. Yogyakarta: Valia Pustaka.

Mu'ammar, M. A. (2014). PERENIALISME PENDIDIKAN (Analisis Konsep Filsafat Perenial dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam). Nur El-Islam. Nurhidayati,

E.

(2017).

Pedagogi

konstruktivisme

dalam

praksis

pendidikan

Indonesia. Indonesian Journal of Educational Counseling, .

Ruslan, R. (2018). Perspektif Aliran Filsafat Progresivisme Tentang Perkembangan Peserta Didik. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), Sunarso, S. (2010). Mengenal filsafat eksistensialisme jean-paul sartre serta implementasinya dalam pendidikan.

3. Silahkan saudara uraikan bagaimana mengatasi relevansi pendidikan dengan pembangunan dan kebutuhan masyarakat! Kemudian saudara jelaskan juga bagaimana

menanggulangi

karakter

peserta

didik

yang

kian

hari

kian

mengkhawatirkan! (Score 20, jika saudara dapat memberikan rujukan minimal 5 jurnal sebagai referensi, dan ditulis Daftar Pustakanya) Jawab: Saat ini dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dengan masih rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorientasi pada proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat 2 dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi relevansi pendidikan dengan pembangunan dan kebutuhan masyarakat adalah dengan memperbaiki mutu pendidikan. Pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai peraturan perundangan yang terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, antara lain UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan beberapa Permendiknas sebagai pelaksanaan dari SNP seperti Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Dengan begitu stigma relevansi pendidikan dengam pembangunan dan kebutuhan masyarakat lama kelamaan akan hilang karena kualitas mutu pendidikan yang telah diperbaiki akan semakin baik.

Menanggulangi karakter peserta didik yang kian hari kian mengkhawatirkan: Hal tersebut membuktikan bahwa dalam dunia pendidikan Indonesia telah terjadi dekadensi moral (kemerosotan moral). Cara untuk menanggulangi karakter peserta didik yang kian hari kian mengkhawatirkan, yaitu dengan pemberian pendidikan karakter kepada peserta didik dari sedini mungkin. Pemerintah indonesia juga telah mengeluarkan peraturan pendidikan karakter untuk menanggulangi karakter peserta didik yang melenceng. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter hadir dengan pertimbangan bahwa dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan karakter. Tidak ada lagi alasan bagi seorang pendidik untuk tidak mengajarkan pendidikan karakter. Tidak hanya tenaga pendidik, orang tua pun harus juga turut berperan aktif dalam mengajarkan pendidikan karakter sejak sedini mungkin dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan karakter serta memperhatikan metode dan penggunaan model secara tepat diharapkan seorang pendidik dapat membantu memperbaiki dekadensi moral ( kemerosotan moral) yang telah terjadi saat ini.

Daftar Pustaka: Aziz, A. (2015). Peningkatan mutu pendidikan. Jurnal Studi Islam.

Gunawan, H. (2012). Pendidikan karakter. Bandung: alfabeta, 2.

INDONESIA, M. P. D. K. R. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Sani, R. A., & Kadri, M. (2016). Pendidikan Karakter: Mengembangkan Karakter Anak yang Islami. Bumi Aksara.

Umam, M. K. (2019). Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik. Al-Hikmah: Jurnal Kependidikan Dan Syariah....


Similar Free PDFs