Uji Kualitas Air pada Praktikum Lingkungan PDF

Title Uji Kualitas Air pada Praktikum Lingkungan
Author Widia Maharani
Course Akidah Akhlak
Institution Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Pages 15
File Size 297.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 50
Total Views 147

Summary

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Air bersih menjadi sangat penting untuk aktivitas kehidupan masyarakat yang sangat dinamis, sehingga harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan harus bebas dari pencemaran dan harus memenuhi standar kualitas. Sering dijum...


Description

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air bersih menjadi sangat penting untuk aktivitas kehidupan masyarakat yang sangat dinamis, sehingga harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan harus bebas dari pencemaran dan harus memenuhi standar kualitas. Sering dijumpai banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang baik kualitasnya. Tentu saja hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan harus bebas dari pencemaran dan harus memenuhi standar kualitas. Air yang berkualitas buruk dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia, ataupun kerusakan ginjal. Hal ini terjadi karena terdapatnya logam-logam berat yang bersifat toksik (racun) yang terakumulasi dalam tubuh. Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menyebabkan kualitas air menurun sehingga air tersebut tidak dapat digunakan seperti yang diharapkan. Kondisi air yang demikian disebut dengan air yang tercemar. Proses pencemaran air terjadi akibat masuknya zat asing seperti limbah rumah tangga, limbah pabrik ke dalam perairan yang melebihi ambang batas yang diperbolehkanSalah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air dapat ditinjau dari jenis sumur. Terdapat dua jenis sumur yaitu sumur gali dan sumur bor. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan air tanah dangkal. Sedangkan sumur bor dibuat dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam sehingga sedikit dipengaruhi oleh kontaminasi. Jadi, dapat dikatakan bahwa sumur gali memiliki kualitas air yang kurang baik dibandingkan dengan sumur bor. Namun ada kalanya sumur bor pun bisa mengandung zat-zat atau sifat yang tidak seharusnya dikarenakan faktor-faktor tertentu (Puspitasari,2015).

B. Tujuan Penelitian Tujuan penilitian ini ialah agar Mahasiswa(i) Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar dapat mengetahui alat-alat apa saja yang di gunakan untuk pemeriksaan kualitas air dan mengetahui tata cara penggunaan alat yang digunakan dalam pemeriksaan kualitas air.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Air Bersih Air merupakan pelarut yang baik. Hal ini menyebabkan air di alam tidak dijumpai dalam keadaan murni. Air di alam mengandung berbagai zat terlarut dan tidak larut. Air di alam juga mengandung berbagai mikroorganisme. Apabila kandungan yang terdapat dalam air tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air tersebut dapat dianggap bersih (Effendi, H. 2003). Dalam program kesehatan lingkungan dikenal adanya 2 (dua) jenis air yang dari aspek kesehatan layak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, yaitu air minum dan air bersih. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan,

yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum

diminum.Syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas (Fransiska Lintong. 2015). Pada dasarnya air bersih harus memenuhi syarat kualitas yang meliputi syarat fisika, kimia, biologi, dan radioaktif. Syarat fisika air bersih yaitu air tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Syarat kimia air bersih yaitu air tidak.mengandung zatzat kimia yang membahayakan kesehatan manusia. Syarat biologi yaitu air tidak mengandung mikroorganisme atau kuman-kuman penyakit. Sedangkan syarat radioaktif yaitu air tidak mengandung unsur radioakrif yang dapat membahayakan kesehatan (Effendi, H. 2003). Organisai Kesehatan Dunia (World Health Organization) atau WHO telah menetapkan standar air minum yang bersih dan sehat (layak digunakan), diantaranya

adalah tidak berwarna, tidak berbau yang berarti jernih, tidak berasa dan sejuk. Sungaisungai fi indonesia sekarang ini jarang sekali ditemukan yang berair jernih. Warnanya terlihat kecoklatan, bahkan hitam. Hal itu karena di dalam air tersebut mengandung bahan kimia seperti logam besi, mangan dan lain-lain yang berasal dari pembuangan limbah pabrik. Tidak hanya kotor, namun juga memiliki bau yang tidak enak akibat pencemaran oleh bakteri coli tinja (E.coli). bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit tipus. Jika air telah tercemar dengan logam berat dan bakteri E.coli, maka secara otomatis air tersebut akan berasa (Suryana, Rifda. 2013). B. Sumber-Sumber Air Sumber Air dapat digolongkan sebagai berikut: a. Air Hujan Air hujan berasal dari air permukaan bumi yang diuapkan oleh sinar matahari. Air permukaan tersebut berupa air sungai, air danau dan air laut. Sinar matahari menguapkan air permukaan tanpa membawa kotoran yang terdapat di dalam air. Setelah proses penguapan, air mengalami proses kondensasi, dimana air yang menguap tersebut berubah menjadi air. Hingga terbentuklah awan. Lama kelamaan, awan tersebut menjadi jenuh dan turunlah titik-titik air hujan (Suryana, Rifda. 2013). b. Air Permukaan Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Contoh-contoh yang bisa disebutkan antara lain adalah air di dalam sistem sungai, air di dalam sistem irigasi, air di dalam sistem drainase, air waduk, danau, kolam retensi. Air dimanfaatkan untuk berbagai keperluan misalnya untuk kebutuhan domestik, irigasi atau pertanian, pembangkit listrik, pelayaran, industri, wisata dll (Munfiah S.2013). Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang

tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah (Sutrisno, Totok. 2004). c. Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah. Air tanah dibagi menjadi dua, air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air hujan yang diikat oleh akar pohon. Air tanah ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air. Sedangkan air tanah dalam adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah lebih dalam lagi melalui proses adsorpsi serta filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Sehingga berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih dari air tanah dangkal. Air tanah ini bisa didapatkan dengan cara membuat sumur (Effendi, H. 2003). d. Air Mata Air Pada dasarnya air mata air adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui proses filtrasi dan adsorpsi oleh batuan dan mineral dalam tanah. Air mata air yang baik berasal dari pegunungan vulkanik karena mineral-mineral yang terkandung didalamnya dapat mengadsorpsi kandungan logam dalam air dan bakteri. Selain itu, kandungan mineralnya baik untuk kesehatan tubuh, dan mengandung kadar O2 yang tinggi. Oleh karena itu, air dari mata air terasa lebih segar dikonsumsi dari pada air yang berasal dari sumber lainnya (Effendi, H. 2003). C. Kualitas Air Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir di atas permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum,

mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup tiga karakteristik, yaitu fisik, kimia, dan biologi (Joko, T. 2010). Menurut ketentuan World Health Organization (WHO) dan American Public Health Association (APHA), kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah Coli di dalamnya, yaitu untuk air minum dan untuk air lainnya (Tabel 1), sedang secara umum berdasarkan karakteristik kimia, fisik dan mikrobiologik, maka kualitas air akan ditentukan berdasarkan keperluannya

Tabel 1:Kandungan bakteri E.coli di dalam air berdasarkan WHO (1968) Air untuk

Jumlah maksimum yang diperkenankan per 100 ml contoh

Rekreasi

1000

Kolam renang

200

Minum

1

Sumber : Unus (1996: 87)

Di Indonesia, standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990. Didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, kimia, mikrobiologi dan parameter NTU = Nephelometrik Turbidity Units TCU = True Colour Units D. Karakteristik Kimia Air yang baru turun dari langit dalam bentuk hujan dan salju relatif murni. Begitu air mencapai dan mengalir di atas permukaan bumi yang berupa lahan pertanian, pemukiman, hutan dan sebagainya, atau meresap dan mengalir di

bawah tanah, air melarutkan dan membawa serta bahan-bahan yang mudah larut dari tempat-tempat yang dilaluinya (Joko, T. 2010). Secara umum karakterisitik kimia air meliputi :

a. Power Hydrogen (pH) pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. Ia merupakan juga suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan (Suryana, Rifda. 2013) Sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan nilai pH, yang didefinisikan sebagai logaritma dari pulang-baliknya konsentrasi ion hidrogen dalam moles per liter. Air murni pada 24 oC ditimbang berkenaandengan ion-ion OH- masing-masing mempunyai kandungan 10-7 moles per liter.Dengan demikian pH air murni adalah 7 (Joko, T. 2010). Air dengan pH di atas 7 bersifat asam, dan pH dibawah 7 bersifat basa. Nilai pH air dapat diukur dengan Potensiometer, yang mengukur potensi listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion OH+, atau dengan bahan celup penunjuk warna, misalnya methyl orange atau phenolphthalein (Suryana, Rifda. 2013). b. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO) Air mengandung oksigen terlarut yang berasal dari udara dan hasil fotosintesis tumbuhan air.

Apabila kadar oksigen terlarut kurang dari 5 ppm (bagian per

sejuta) oksigen, maka ikan akan mati, sedangkan bakteri yang membutuhkan oksigen dalam kadar lebih rendah dari 5 ppm justru akan berkembang. Bakteri hidup dari bahan-bahan organik. Bakteri aerob membantu mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbon dioksida dan air (Effendi, H. 2003).

BAB III METODE A. Alat dan Bahan Berikut beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum pengukuran kualitas air. 1. Alat a. Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) 1) Buku tulis dan peralatan tulis 2) Gelas beaker

: 2 buah

3) TDS meter

: 1 buah

b. Pengukuran pH 1) Buku tulis dan peralatan tulis 2) Gelas beaker

: 2 buah

3) pH meter

: 1 buah

c. pengukuran Dissolved Oxygen (DO) 1) Buku tulis dan peralatan tulis 2) Gleas beaker

: 2 buah

3) DO meter

: 1 buah

2. Bahan a. Sampel air keran b. Sampel air sumur c. Larutan elektrolit B. Langkah Kerja Pengukuran kualitas air dengan parameter TDS, pH dan DO harus memperhatikan langkah-langkah berikut. 1. Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) Berikut langkah-langkah dari pengukuran TDS sampel air.

a. Buka tutup bawah dari TDS meter. Tutup bawah ini juga merupakan batas paling atas dari posisi TDS ketika dicelupkan ke air. b. Geser switch pada mode ON c. Tunggu sampai monitor TDS meter menujukkan angka 000 d. Celupakan TDS meter ke dalam sampel air e. Diamkan dalam waktu 1-2 Menit sampai monitor menujukkan nilai konstan f. Catat hasil pengukuran tersebut 2. Pengukuran pH a. Hubungkan antara sensor dengan monitor b. Lock dengan memutar ke arah kanan c. Geser switch pada mode ON d. Buka botol berisi larutan HCl (elektrolit) yang berada di bagian bawah sensor e. Masukkan sensor ke dalam sampel air yang akan diukur f. Diamkan dalam waktu 1-2 Menit sampai monitor menujukkan nilai konstan g. Catat hasil pengukuran tersebut. 3. Pengukuran Dissolved Oxygen (DO) a. Lakukan kalibrasi dengan menggeser ON/OFF selector pada mode ON, tunggu sampai monitor DO meter menunjukkan angka 00.0 b. Geser

/DO selector menuju posisi

c. Pastikan Oxygen probe plug telah terisi dengan larutan elektrolit d. Hubungkan Oxygen probe plug dengan soket input probe. Tunggu hingga monitor menampilkan nilai 20,9. e. Geser kembali

/DO selector menuju posisi DO

f. Masukkan Oxygen probe plug ke dalam sampel air sembari menganduk air untuk melakukan homogenisasi g. Diamkan dalam waktu 1-2 Menit sampai monitor menujukkan nilai konstan h. Catat hasil pengukuran tersebut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dari hasil pengukuran tersebut, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 1. Hasil pengukuran kualitas air dengan parameter TDS, pH, dan DO NO

SAMPEL

HASIL PENGUKURAN TDS

pH

DO

1.

Air keran

826 ppm

7.59

8.7 ppm

2.

Air sumur

596 ppm

7.52

8.5 ppm

B. Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan uji kualitas air dengan menggunakan sampel yang berasal dari keran dan sumur. Uji kualitas air ini menggunakan tiga parameter, yaitu Total Dissolved Solid (TDS), power Hydrogen (pH), dan Dissolved Oxygen (DO). 1. Total Dissolved Solid (TDS) Hasil praktikum menunjukkan bahwa kadar TDS yang terkandung dalam sampel air keran sebesar 826 ppm, sedangkan pada sampel air sumur sebesar 596 ppm. Hal ini dapat dinyatakan bahwa nilai TDS dari kedua sampel air tersebut masih dalam ambang batas yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017, yaitu dengan nilai maksimum 1000 ppm. 2. Power Hydrogen (pH) Berdasarkan standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air untuk keperluan hygiene sanitasi yang tercantum dalam PERMENKES No. 32 Tahun 2017, standar baku mutu pH adalah 6,5-8,5. Berdasarkan standar tersebut maka sampel air keran dan air sumur dengan pH masing-masing 7,59 dan 7,52 layak digunakan untuk keperluan hygiene dan sanitasi.

3. Dissolved Oxygen (DO) Salah satu cara untuk mengetahui kualitas air dapat dilakukan dengan mengamati parameter kimia seperti oksigen terlarut (Dissolved Oxygen=DO) yang dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat pada table 1 bahwa kadar DO masing masing sampel berkisar di atas 8 ppm yaitu antara 8,5-8,7 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tersebut masih memenuhi angka baku mutu yang ditetapkan, dimana berdasrakan PP No.82 Tahun 2001 batas nilai minimum DO adalah 3 ppm dan sesuai yang diungkapkan Salmin (2005) angka DO >5 ppm dikatakan bahwa perairan tersebut berada pada tingkat pencemaran rendah. Adapun batas maksimum kelarutan oksigen dalam air berkisar ±9 ppm pada suhu 20ºC (SAWYER & MC CARTY, 1978).

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berikut beberapa kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan.: 1. Total Dissolved Solid (TDS) adalah jumlah konsetrasi bahan-bahan padat yang terlarut dalam air yang dapat berupa bahan organik maupun anorganik. 2. Power Hydrogen (pH) adalah derajat yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu benda. 3. Dissolved Oxygen (DO) adalah merupakan salah satu parameter pengukuran kualitas air yang menunjukkan jumlah oksigen yang tersedia dalam suatu badan air. 4. Berdasarkan hasil praktikum terhadap parameter TDS, pH, dan DO dapat disimpulkan bahwa kedua sampel air yang diteliti masih memenuhi baku mutu untuk media air yang telah ditentukan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 sehingga air tersebut layak untuk keperluan hygiene dan sanitasi. B. Saran Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut. 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperhatikan parameter lainnya yang lebih lengkap dan berpengaruh besar dalam mengindikasikan tingkat pencemaran yang dapat merusak kualitas air. 2. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam melakukan pengukuran kualitas air berdasarkan parameter yang telah ditentukan.

Daftar pustaka Depkes RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Jakarta. Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta. Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air. Yogyakarta: Kanisius. [4] air dan udara. Yogyakarta: Kanisius.

Fardiaz, S. 1992. Polusi

Howard, F. 2010. Environmental health from global to local, Second edition. USA : HB printing. Joko, T. 2010. Unit produksi dalam sistem penyediaan air minum. Yogyakarta: Graha Ilmu. Morintoh, Puspitasari, Jimmy F. Rumampuk dan Fransiska Lintong. 2015. Analisis Perbedaan Uji Kualitas Air Sumur di Daerah Dataran Tinggi Kota Tomohon dan Dataran Rendah Kota Manado Berdasarkan Parameter Fisika. Jurnal E-Biomedik 3(1): 424-429. Munfiah S., Nurjazuli, Onny S. . 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 12(2): 154-159. Suryana, Rifda. 2013. Analisis Kualitas Sumur Dangkal di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Universitas Hasanuddin. Makasar. Sutrisno, Totok. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB VI DOKUMENTASI A. Pengukuran TDS

Gambar A1. TDS meter dicelupkan konstan ke dalam sampel

Gambar A2. Angka pada monitor

B. Pengukuran pH

Gambar B1. Hubungkan sensor dengan Monitor

Gambar B2. Buka botol elektrolit pada sensor

Gambar B3. Masukkan sensor ke Dalam sampel

Gambar B4. Baca hasil pengukuran

C. Pengukuran DO

Gambar C1. Mengisi probe dengan Larutan elektrolit

Gambar C2. Lakukan kalibrasi pada DO meter

Gambar C3. Homogenisasi sampel

Gambar C4. Baca hasil pengukuran...


Similar Free PDFs