UJI KUALITAS PAKAN PDF

Title UJI KUALITAS PAKAN
Author Azki Afidati
Pages 18
File Size 512.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 439
Total Views 1,027

Summary

MAKALAH FISIOLOGI NUTRISI UJI KUALITAS PAKAN SECARA FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI DISUSUN OLEH: AZKI AFIDATI PUTRI ANFA (1410422025) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, konsumsi pangan asal ternak...


Description

Accelerat ing t he world's research.

UJI KUALITAS PAKAN Azki Afidati

Related papers Teknologi dan Fabrikasi Pakan Askari Zakariah

Buku-PBMT INT Rico99 Alim Buku Penget ahuan Bahan Makanan Ternak Agus S

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MAKALAH FISIOLOGI NUTRISI UJI KUALITAS PAKAN SECARA FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI

DISUSUN OLEH: AZKI AFIDATI PUTRI ANFA (1410422025)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2017

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dewasa ini, konsumsi pangan asal ternak menjadi kebutuhan bagi setiap individu di dunia. Secara umum, pangan asal ternak menyediakan 17% energi dan 35% protein dari kebutuhan manusia. Mengutip dari Achmadi (2007), bahwasannya pada 25 tahun mendatang permintaan protein asal produk ternak akan meningkat dua kali lipat dari permintaan sekarang. Peningkatan protein asal produk ternak secara global ini harus diikuti oleh peningkatan produksi pakan untuk memenuhi kebutuhan produktivitas ternak. Menurut data FAO, total produksi pakan seluruh dunia pada tahun 2005 adalah 625 juta ton. Pada tahun 2030, kebutuhan biji-bijian untuk pangan akan meningkat 45%, dan kebutuhan biji-bijian untuk pakan akan meningkat sampai 60% dari produksi pakan tahun 2005. Pakan memiliki peranan penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Tingginya permintaan pangan asal ternak ini juga harus diimbangi dengan kualitas pakan ternak itu sendiri. Nutrisi yang terkandung dalam pakan harus benar-benar terkontrol dan memenuhi kebutuhan dari ternak tersebut. Pemberian pakan yang sesuai akan menghindarkan ternak dari berbagai serangan penyakit, khususnya penyakit nutrisi. Maka, aspek mutu pakan menjadi fokus utama dari masyarakat industri pakan, mengingat pakan berperanan penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas produk pangan asal ternak. Diperlukan berbagai pengujian untuk menentukan kualitas pakan ternak tersebut. Secara garis besar penentuan kualitas dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis. 1.2 Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1.

Apa yang dimaksud dengan pakan ?

2.

Bagaimana pengujian kualitas pakan secara fisik, kimia, dan biologi ?

BAB II ISI

2.1 Pakan Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, disenangi, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi ternak (Kamal, 1994). Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat) (Sihombing, 2017). Proses pembuatan pakan diawali dengan pembelian bahan baku (purchasing), penerimaan bahan baku (receiving), pengawasan mutu (quality control), proses (processing), penggudangan (warehousing), bongkar muat (loading and transportation) dan pemasaran (marketing). Mutu pakan meliputi sifat fisik, kimia, dan apabila perlu dilakukan uji biologis. Perlunya dilakuan uji kualitas bahan pakan ini dikarenakan Bahan baku sering terkontaminasi atau sengaja dicampur dengan benda-benda asing dapat menurunkan kualitas sehingga perlu dilakukan pengujian secara fisik untuk menentukan kemurnian bahan. Penurunan kualitas bahan baku dapat terjadi karena penanganan, pengolahan atau penyimpanan yang kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena serangan jamur akibat kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga (Sihombing, 2017). 2.2 Pengujian Kualitas Pakan 2.2.1

Uji Fisik Pegujian secara fisik mudah dilakukan dan tidak terlalu membutuhkan biaya yang

banyak. Pengujian sifat fisik pada pakan, dalam hal ini pelet ikan, meliputi kekerasan pelet, stabilitas pelet dalam air, kecepatan tenggelam pelet, serta kadar kehalusan

(Mujiman, 1985). Dikutip dari Aslamsyah (2017), bahwasannya uji fisik meliputi beberapa tingkatan, yaitu : 1) Tingkat homogenitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel bahan penyusun pakan. Pakan buatan berkualitas baik apabila mempunyai ukuran partikel bahan baku yang halus, seragam, dan homogenitas tinggi. Adapun metode yang dapat digunakan untuk uji tingkat homogenitas yaitu disediakan pakan sebanyak 5g kemudian digerus sampai pecah. Kemudian diayak dengan menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5mm. Menurut Asmawi (1983), sifat-sifat fisik partikel ditentukan oleh asal bahan dan proses pengolahannya. Salah satunya adalah ukuran partikel serta distribusi ukuran. 2) Tingkat kehalusan Selain ukuran partikel, kadar kehalusan juga sangat perlu diperhatikan, hal ini disebabkan karena mutu fisik terutama pada pelet ikan sebagian besar ditentukan oleh kehalusan bahannya. Semakin halus bahannya, maka semakin stabil pelet berada di dalam air, sehingga tidak cepat rapuh atau pecah berantakan (Asmawi, 1983). Metode yang digunakan untuk pengujian tingkat kehalusan adalah sama dengan pengujian tingkat homogenitas, yakni disediakan pakan sebanyak 5g kemudian digerus sampai pecah. Kemudian diayak dengan menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5mm. 3) Tingkat kekerasan Pakan buatan sebaiknya memiliki karakteristik fisik yang kompak dan kering, sehingga ketika dimasukkan dalam air, pakan menjadi lunak tetapi tidak hancur. Metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian tingkat kekerasan ini adalah dengan memasukkan 2 g pakan ke dalam pipa paralon dengan tinggi 1 m. kemudian pakan dijatuhi beban anak timbangan dengan berat 500 g. Pakan yang telah dijatuhi beban kemudian diayak menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063 mm. Tingkat kekerasan dihitung dalam persentasi pakan yang tidak hancur dengan menggunakan ayakan berbagai ukuran.

4) Stabilitas dalam air (water stability) Menurut Mujiman (1985), stabilitas pelet ikan di dalam air minimal harus mencapai waktu sepuluh menit agar pelet tidak terbuang percuma karena hancur dalam air, yang akhirnya dapat menyebabkan pencemaran air oleh pakan dan akan membahayakan kelangsungan hidup ikan. 

Metode untuk pengujian stabilitas dalam air meliputi : Uji Kecepatan Pecah Pengujian ini dapat diamati secara visual. Kemudian, memasukkan pakan sebanyak 10 batang ke dalam gelas beaker yang diisi 1 L air, pengamatan dilakukan setiap 5 menit untuk mengetahui pakan sudah lembek atau belum. Pengamatan dilanjutkan



sampai pakan pecah atau hancur. Uji Dispersi Padatan Dispersi padatan diamati dengan menggunakan metode Balazs (1973). Pakan sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam kotak kasa berukuran 10 x 10 cm dengan poripori sekitar 1 mm, selanjutnya direndam dalam aquarium. Setelah 4 jam pakan yang masih tersangkut dalam kotak kasa dikeringkan beserta kotak kasa dalam oven pada suhu 105οC selama 10 jam. Selanjutnya didinginkan dalam deksikator, lalu timbang sampai berat konstan. Menghitung dispersi padatan menggunakan formula: Dispersi padatan % =



Berat kering pakan akhir x100 Berat kering pakan awal

Uji Dispersi Nutrien Pengurangan kadar nutrien awal dan setelah dilakukan perendaman beberapa waktu. Pakan yang berkualitas baik apabila nilai dispersinya tidak lebih dari 10% . Dispersi padatan % =



Kandungan nutrien pakan akhir x100 Kandungan nutrien pakan awal

Daya Apung Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan pakan dari permukaan air hingga ke dasar media pemeliharaan. Pakan terapung cocok untuk

ikan yang mempunyai kebiasaan mencari makanan dipermukaan perairan, sedangkan 

pakan yang teggelam lebih tepat untuk ikan yang biasa hidup didasar perairan. Kecepatan Tenggelam Uji Kecepatan tenggelam dilakukan dengan mengukur lama waktu yang dibutuhkan pakan bergerak dari permukaan air hingga ke dasar media pemeliharaan. Pakan sebanyak 5 batang dimasukkan kedalam gelas beaker dengan ketinggian dasar wadah 20 cm dari permukaan air. Stopwatch dijalankan tepat pada saat pakan dijatuhkan ke permukaan air. Kecepatan tenggelam adalah jarak di bagi waktu pakan sampai berada



didasar gelas ukur. Berat Jenis Pakan buatan harus mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis media tetapi harus lebih kecil dari berat jenis tanah dasar kolam atau tambak. Agar pakan yang



tenggelam tidak terbenam dalam lumpur. Ukuran Pakan Uji ukuran pakan berkaitan dengan jumlah butiran pakan yang tersedia per satuan bobot pakan atau luas kolam. Semakin kecil ukuran pakan maka semakin banyak



jumlah butiran yang tersedia pada bobot pakan atau luasan kolam yang sama. Uji Daya Pikat Dilakukan dengan menghitung berapa waktu yang yang dibutuhkan kultivan mendekati atau mengkonsumsi (awal) pakan uji. Stopwatch dijalankan saat pakan



berada didalam media pemeliharaan pada jarak tertentu dari kultivan. Daya Lezat Pakan Dilakukan dengan mengukur jumlah pakan yang dikonsumsi udang per bobot tubuh dalam sehari

2.2.2

Uji Kimiawi Umumnya dalam penentuan bahan makanan ternak secara kimia masih

menggunakan metode analisa proksimat (Weende) yang telah dikembangkan mulai 100 tahun lalu. Metode ini tetap merupakan dasar penentuan kualitas yang banyak digunakan di dunia peternakan. Bahan makanan dibagi dalam 6 fraksi terdiri dari kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N).

Walaupun perkembangan teknologi dalam analisa kimia sudah sedemikian maju, namun analisa tersebut merupakan analisa kelanjutan atau perluasan dari analisa proksimat ini (Tim Laboratorium, 2012). 1) Analisis Proksimat Tujuan dari analisasi proksimat adalah untuk mengetahui persentase nutrien dalam pakan berdasarkan sifat kimianya, diantaranya kadar air, protein, lemak, serat, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Aslamsyah, 2017). Henneberg dan Stohmann dari Weende Experiment Station di Jerman membagi pakan menjadi 6 (enam) fraksi, yaitu : kadar air, abu, protein, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BetaN). Pembagian zat makanan ini kemudian dikenal sebagai Skema Proksimat. Untuk melakukan analisa proksimat bahan harus bentuk tepung dengan ukuran maksimum 1 mm. Bahan berkadar air tinggi misalnya rumput segar perlu diketahui dahulu berat awal (segar), berat setelah penjemuran/pengeringan oven 70oC agar dapat dihitung komposisi zat makanan dari rumput dalam keadaan segar dan kering matahari. 

Analisa Air Analisis kadar air bahan menggunakan oven dengan temperatur sedikit di atas

temperatur didih air yaitu 105oC. Sampel dimasukan ke dalam oven beberapa waktu sehingga tercapai berat tetap. Kadar air adalah selisih berat awal dan akhir dalam satuan persen. Umumnya pakan yang telah mengalami pengeringan matahari/oven 70oC masih mengandung kadar air. Dari analisis ini akan diperoleh kadar bahan kering (bahan yang sudah bebas air atau uap air) dengan cara 100% dikurangi dengan kadar air (Tim Laboratorium, 2012). Sebagaimana menurut Amrullah (2002), bahwa persentase penyusutan bobot itu mungkin terdiri atas kehilangan air, senyawa organik yang mudah menguap, dan kehilangan air asal dekomposisi senyawa organik. 

Analisa Abu Abu adalah bagian dari sisa pembakaran dalam tanur dengan temperatur 400-

600oC yang terdiri atas zat-zat anorganik atau mineral. Dari abu ini dapat dilanjutkan untuk mengetahui kadar mineral (Tim Laboratorium, 2012). Menurut Tilman et.al.,(1993), bahwa kada abu dipengaruhi oleh umur tanaman dan kandungan unsur hara yang diserap terutama mineral. Semakin tua umur tanaman, maka semakin rendah kadar

abunya. Amrullah (2002), menambahkan bahwa mayoritas abu terdiri dari silika yang tidak mempunyai nilai gizi bagi ternak atau hewan. 

Analisa Protein Kasar Pengertian protein kasar adalah semua zat yang mengandung nitrogen. Diketahui

bahwa dalam protein rata-rata mengandung nitrogen 10% (kisaran 13-19%). Metode yang sering digunakan dalam analisa protein adalah metode Kjeldhal yang melalui proses destruksi, destialsi, titrasi dan perhitungan. Dalam analisis ini yang dianalisis adalah unsur nitrogen bahan, sehingga hasilnya harus dikalikan dengan faktor protein untuk memperoleh nilai protein kasarnya. Apabila diketahui secara tepat macam pakan yang dianalisis misal air susu maka faktor proteinnya adalah 6.38, tetapi secara umum biasanya menggunakan 6.25. 

Analisa Lemak Kasar Metode yang digunakan antara lain extraksi soxhlet dengan pelarut lemak

petroleum ether. Analisis lemak dipergunakan istilah lemak kasar karena dalam analisis ini yang diperoleh adalah suatu zat yang larut dalam proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik antara lain ether, petroleum ether atau chloroform. Kemungkinan yang terlarut dalam pelarut organik ini bukan hanya lemak tetapi juga antara lain : glyserida, chlorophyl, asam lemak terbang, cholesterol, lechitin dan lain-lain dimana zat-zat tersebut tidak termasuk zat makanan tetapi terlarut dalam pelarut lemak (Tim Laboratorium, 2012). 

Analisa Serat Kasar Serat kasar mempunyai pengertian sebagai fraksi dari karbohidrat yang tidak larut

dalam basa dan asam encer setelah pendidihan masing-masing 30 menit. Termasuk dalam komponen serat kasar ini adalah campuran hemisellulosa, sellulosa dan lignin yang tidak larut. Dalam analisa ini diperoleh fraksi lignin, sellulosa dan hemisellulosa yang justru perlu diketahui komposisinya khusus untuk hijauan makanan ternak atau umumnya pakan berserat. Untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang fraksi lignin dan sellulosa dapat dilakukan analisa lain yang lebih spesifik dengan metode analisa serat Van Soest (Tim Laboratorium, 2012). Menurut Barry (2004), bahwa indikator dari daya cerna dan bulkiness suatu bahan pakan adalah kandungan serat kasar. Kandungan serat kasar yang

tinggi dalam bahan pakan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan pakan tersebut karena serat kasar mengandung bagian yang sukar untuk dicerna. 

Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen (Beta-N) Untuk memperoleh beta-N adalah dengan cara perhitungan : 100% - (Air + Abu + Protein Kasar + Lemak Kasar + Serat Kasar)%

Dalam fraksi ini termasuk karbohidrat yang umumnya mudah tercerna antara lain pati dan gula (Tim Laboratorium, 2012). 

Penyajian Data Analisa Proksimat Dalam menyajikan data komposisi zat makanan dari analisa proximat dapat

dilakukan dalam komposisi persen berdasarkan segar (dikembalikan dengan menghitung berat awal segar), kering matahari (untuk ransum dan butiran/bijian serta limbah industrinya) dan berdasarkan bahan kering. Data berdasarkan bahan kering ini dipergunakan untuk membandingkan kualitas antar bahan makanan ternak. Manfaat lain dari komposisi data proximat adalah untuk menduga koefesien cerna (berdasarkan rumus Schneider) dan menghitung TDN berdasarkan NRC (Tim Laboratorium, 2012). 2) Analisis nutrien Analisis nutrient merupakan analisis yang dilakukan untuk menentukan persentase nutrien esensial berdasarkan analisis kimia. Komponen nutrien yang diuji seperti asam amino, asam lemak, mineral, vitamin. Metode pengukuran seperti Thin Layer Chromatography (TLC), Gas Liquid Chromatography (GLC),High Performance Liquid Chromatography (TLC). 3) Pengujian kimia Dilakukan untuk mengukur kualitas bahan baku pakan, yaitu menentukan kualitas protein berdasarkan kemampuan cerna (kemudahan cerna oleh protease); kualitas lemak berasarkan ketengikan hidrolitik dan oksidatif; berdasarkan kandungan antinutrisi, seperti gossypol, glucosinolates; asam fitat, pengujian kandungan racun dalam bahan baku pakan 4) Skor kimia Salah satu evaluasi untuk membandingkan kandungan asam amino yang terdapat dalam protein bahan baku pakan dengan protein telur. Semakin dekat jenis dan jumlah asam amino dalam bahan baku pakan dengan jenis dan jumlah asam amino dalam protein

telur berarti semakin baik kualitas bahan baku tersebut. Menurut Block & Mitchell, kualitas protein ditentukan oleh asam -asam amino yang relatif paling kekurangan. Di sini protein standar yaitu protein telur. Dengan membandingkan tiap-tiap asam amino dari bahan

tersebut

kita

akan

Skor Kimia=

mendekati

asam

amino

yang

paling

defisien.

Aa dalam protein bahan baku pakan (g) x100 Aa dalam protein telur (g)

5) Indespensable amino acids index (IAAI) Penentuan indeks asam amino penting adalah cara penentuan kualitas bahan baku pakan berdasarkan rasio antara masing-masing asam amino essensial yang terdapat dalam bahan baku dan asam amino essensial dalam putih telur. Pengujiannya lebih kompleks dibandingkan dengan skor kimia, namun hasil yang diperoleh lebih akurat. IAAI=

Arg (bb) + His (bb) + . . . . . . . . . . . . . . . + Val (bb) x100 Arg (bb) + His (bb) + . . . . . . . . . . . . . . . + Val (bb)

6) Essential Amino Acid Index (EAAI) Oser mengembangkan pendapat Block dan Mitchell, ia berpendapat bahwa seharusnya dalam menentukan kualitas protein tidak saja asam amino esensial yang paling defisien yang harus diperhatikan tapi seluruh asam amino esensial dari bahan tersebut harus dipertimbangkan. Juga dipakai sebagai protein standar adalah protein telur. 10

Keterangan:

EAAI= √

100a 100b 100c 100n x x x……x ae be ce ne

a – n = % asam amino dari protein yang dinilai ae – ne= % asam amino dari protein telur 2.2.3

Uji Biologis Setelah melakukan pengujian secara fisik dan secara kimiawi perlu juga dilakukan

lainnya yaitu pengujian secara Biologis. Pengujian biologis sangat penting terutama untuk milihat nilai Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio). Nilai ini sebenarnya tidak

merupakan angka mutlak, karena tidak hanya ditentukan oleh kualitas, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti jenis, ukuran ikan, kepadatan, kualitas air dll. Semakin kecil nilai konversi pakan, semakin baik kualitas pakan, karena akan semakin ekonomis. Untuk mengetahui nilai konversi pakan perlu dilakukan dilakukan pengujian lapangan pada berbagai tipe percobaan (Sutikno, 2011). 1) Tingkat kelangsungan hidup (TKH)

Keterangan:

TKH=

�� x100% ��

Sr = tingkat kelangsungan hidup ikan uji (%) Nt = jumlah ikan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor) No = jumlah ikan uji yang hidup pada awal penelitian (ekor) Supito dan Djunaidah (1998) menyatakan bahwa jaring yang kotor dapat menyebabkan pernafasan ikan terganggu dan ikan akan menjadi stress yang berakibat timbulnya kematian. Suwirya (2002), mengatakan bahwa budidaya intensif yang menggunakan pakan buatan akan mengakibatkan terjadinya penambahan unsur-unsur seperti fosfor, nitrogen, karbon serta bahan organik yang dihasilkan pakan yang terbuang dan kotoran ikan (feses dan ekresi) yang dapat mempengaruhi kualitas air 2) Pertumbuhan mutlak Pertumbuhan ikan uji yang diamati dinyatakan dalam pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian. Pertumbuhan mutlak ikan dinyatakan dalam pertambahan bobot mutlak ikan. G = Wt – W0 Wt – Wo x100 W ln Wt – ln Wo g = � t

Pertumbuhan relatif =

Keterangan:

G = pertumbuhan mutlak individu (gram) g = laju pertumbuhan harian individu (%)

Wt = bobot rata-rata ikan uji pada akhir penelitian (gram) Wo = bobot rata-rata ikan uji pada awal penelitian (gram) t = lamanya penelitian (hari) Pertumbuhan...


Similar Free PDFs