Analytic Network Process (ANP) dan TOPSIS Kerangka Penilaian Pemasok - Copy.pdf PDF

Title Analytic Network Process (ANP) dan TOPSIS Kerangka Penilaian Pemasok - Copy.pdf
Author Tri Widianti
Pages 19
File Size 1.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 199
Total Views 952

Summary

45678 123 11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DAN TOPSIS: KERANGKA PENILAIAN PEMASOK PADA INSTITUSI PENELITIAN SEBAGAI PEMENUHAN TERHADAP ISO 9001:2015 Tri Widianti1) 1) Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Analytic Network Process (ANP) dan TOPSIS Kerangka Penilaian Pemasok - Copy.pdf tri widianti

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Ahp suplier sifud syaifuddin

Sist em Penent uan Supplier Kawat Las Dengan Met ode Analit ycal Hierarchy Process (AHP) dan Techni… jurnal Sist em dan Manajemen Indust ri Prosiding SNIf 2015 Ni Ket ut Dewi Ari Jayant i, iko rasaki, Uyock Saput ro, Ni Kadek Sumiari, Alimuddin Yasin, Isnant o Adi Pra…

45678 123

11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DAN TOPSIS: KERANGKA PENILAIAN PEMASOK PADA INSTITUSI PENELITIAN SEBAGAI PEMENUHAN TERHADAP ISO 9001:2015 Tri Widianti1) 1)

Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) - LIPI Kawasan Puspiptek Gd. 417 Setu, Tangerang Selatan, Banten, 15314 Korespondensi: [email protected])

INTISARI ISO 9001:2015 mensyaratkan organisasi menentukan kriteria evaluasi dan pemilihan pemasok sebagai bentuk jaminan mutu. Sebagai sebuah organisasi, institusi penelitian penting menetapkan kriteria pemilihan pemasok agar spesifikasi bahan penelitian terpenuhi dan mutu hasil penelitiannya terjamin. Penelitian ini bertujuan untuk merancang kerangka penilaian pemasok, menentukan kriteria-kriteria penilaiannya, serta menentukan bobot masing-masing kriteria penilaian tersebut. Metode TOPSIS digunakan untuk merancang kerangka penilaian pemasok. Kriteria diperoleh dengan penyebaran kuesioner kepada ahli. Uji Cochran dilakukan untuk menentukan keberterimaan kriteria. Pembobotan kriteria penilaian pemasok menggunakan metode Analytic Network Process (ANP). Penerapan kerangka penilaian pemasok diilustrasikan pada pemasok A, B, dan C. Kata kunci: Kriteria Pemasok, bobot kriteria, Analytical Network Process, TOPSIS

ABSTRACT ISO 9001:2015 requires the organization determines evaluation and selection criteria for supplier as a form of quality assurance. As an organization, research institusion is important to determine supplier selection criterias in order to meet specification of research material and the quality of research is guaranteed. This research aims to design a framework of supplier assessment, determine the criterias of assessment, and determine the weight of those criterias. TOPSIS method is used to design the framework of supplier assessment. The criteria is obtained by questionaire distribution toward expert. Cochran test is conducted to determine criteria acceptability. The weighted of supplier assessment criteria used Analytical Network Process (ANP). The framework implementation is ilustrated toward the supplier A, B, and C. Keywords: Supplier criteria, criteria weights, Analytical Network Process, TOPSIS

1.

PENDAHULUAN

Proses penyediaan barang dan jasa dalam sebuah organisasi melekat pada core process organisasi [1]. Pemasok merupakan pihak yang tidak bisa lepas dalam proses tersebut. Yadav dan Sharma [2] menjelaskan bahwa organisasi harus memastikan dirinya memiliki jaringan pemasok yang handal dan kompeten yang merupakan faktor kritis dalam menentukan kualitas dan daya saing produk. Pemasok yang handal dapat membantu mengurangi biaya dan pengiriman yang tepat waktu [3,4] dalam [5]. Pemasok yang handal dapat diperoleh dengan adanya kriteria evaluasi dan pemilihan pemasok [6]. Hal tersebut ditegaskan pada klausul 8.4.1 ISO 9001:2015.

ISSN 1907-7459

484

11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Memiliki pemasok yang handal untuk menjamin mutu dan menurunkan biaya produksi tentunya diharapkan oleh semua organisasi, tidak terkecuali pada institusi penelitian. Mempertimbangkan peran besar institusi penelitian dalam sistem inovasi dan kemajuan sebuah bangsa [7-9], memiliki pemasok yang handal adalah suatu keharusan agar bahan penelitian (barang atau jasa) yang diperoleh memenuhi spesifikasi yang sudah ditentukan. Sehingga kerangka evaluasi dan pemilihan pemasok mutlak dibutuhkan. Penelitian ini menjawab kebutuhan tersebut. Sehingga tujuan penelitian ini adalah merancang kerangka penilaian pemasok, menentukan kriteria-kriteria penilaiannya, serta menentukan bobot masing-masing kriteria penilaian tersebut. Metode TOPSIS digunakan untuk membuat kerangka implementasi penerapan kriteria penilaian dan evaluasi pemasok. TOPSIS telah diimplementasikan beberapa diantaranya oleh Shyur and Shih [10], Önüt dkk [14], dan Boran [15]. Kriteria penilaian diperoleh dengan uji Cochran. Uji Cochran dilakukan untuk menguji keberterimaan kriteria dan subkriteria yang diajukan. Pembobotan kriteria dan subkriteria dengan pendekatan Analytic Network Process (ANP). Metode ANP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang telah diterapkan diberbagai bidang seperti industri farmasi, manufaktur, dan telekomunikasi. Beberapa penelitian yang menerapkan konsep ANP misalnya oleh Kyritopoulos dkk [5] Shyur and Shih [10]; Gencer and Gürpinar [11] di bidang Demirtas and Ustun [12], Razmi dkk [13], dan Önüt dkk [14]. Kerangka dan kriteria penilaian pemasok diharapkan dapat membantu institusi penelitian melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pemasok untuk memperoleh pemasok yang handal dan kompeten. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu institusi penelitian meningkatkan kualitas rantai pasoknya dan meningkatkan kualitas penelitiannya dari sisi pengadaan bahan penelitian. Yadav dan Sharma [2] menyebutkan hanya 5% artikel yang membahas metode ANP. Lebih sedikit lagi yang membahasnya dengan TOPSIS. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan mengenai penerapan ANP dan TOPSIS di bidang manajemen rantai pasok khususnya penerapan pada kegiatan penelitian. Kerangka penilaian pemasok ini merupakan upaya pemenuhan persyaratan standar ISO 9001:2015.

2.

DASAR TEORI

2.1 Kriteria Penilaian Pemasok Pemasok yang handal merupakan kunci sukses sebuah manajemen pasokan [5,16-17]. Liao and Kao [18] meyakini bahwa pemasok yang baik dapat membantu organisasi mengurangi biaya pengadaan, memuaskan pelanggan dan meningkatkan daya saing. Dimilikinya kerangka evaluasi dan pemilihan pemasok merupakan kunci sukses memperoleh pemasok yang handal [17]. Kemudian yang menjadi pertanyaan bagaimanakah kerangka tersebut dapat dibentuk. Kriteria-kriteria apa saja yang dapat digunakan untuk membantu organisasi memperoleh pemasok yang handal. Apakah kriteria tersebut tepat digunakan untuk organisasi untuk mengevaluasi kinerja pemasok. Hal tersebut menjadi pertimbangan dalam menentukan kerangka penilaian pemasok. Permasalahan evaluasi pemasok disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu kerumitan menentukan bobot kriteria yang digunakan untuk memilih pemasok dan banyaknya jumlah kriteria pemilihan pemasok [19-23]. Dickson [24] dalam Sahu [25] menjelaskan sedikitnya ada 23 kriteria yang dapat digunakan untuk memilih pemasok. Evaluasi ISSN 1907-7459

485

11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

pemasok dengan kriteria tunggal tidak dapat menjawab kebutuhan dan kompleksitas pemilihan pemasok sehingga kecenderungan saat ini penilaian pemasok dengan menggunakan banyak kriteria [16,26]. Beberapa kriteria umum seperti biaya, kualitas, waktu pengiriman, dan fleksibilitas sering digunakan untuk menilai pemasok [27-31]. Sahu [25] menjelaskan kriteria yang dapat digunakan diantaranya kualitas, kinerja pengiriman, layanan dan lain-lain. Weber dkk [32] menjelaskan kriteria utama untuk penilaian pemasok adalah kualitas, biaya, dan pengiriman. Jika merujuk penjelasan Ageron dkk [1] kriteria utama penilaian pemasok selain kualitas, biaya, dan pengiriman juga kriteria layanan. Pendapat lain disampaikan oleh Jain dkk [33] kriteria evaluasi pemasok yang dapat digunakan adalah kualitas, biaya siklus waktu, layanan, hubungan dan profil organisasi pemasok. Namun jika mengambil pendapat Sahu [25] yang terpenting dalam menilai pemasok adalah bukan pada jumlah kriteria yang digunakan namun kontekstualisasi pada kebutuhan organisasi. Dengan kata lain kriteria yang digunakan sanggup menjawab kompleksitas kebutuhan bisnis organisasi [25]. Kesesuaian kriteria terhadap kebutuhan organisasi adalah pertimbangan utama dalam menentukan kriteria yang akan digunakan untuk menilai organisasi [25]. Selain itu, perangkat analisis yang tepat untuk pemberian bobot kriteria penilaian juga menjadi perhatian [2]. 2.2 Analytical Network Process (ANP) Kompleksitas pemilihan kriteria evaluasi pemasok bukan satu-satunya persoalan yang dihadapi untuk menentukan kerangka evaluasi dan pemilihan pemasok. Bobot masingmasing kriteria dalam evaluasi pemasok penting ditentukan karena pada akhirnya besar bobot kriteria ini menentukan pemilihan alternatif pemasok yang akan dipilih organisasi. Berbagai pendekatan matematis, statistik, multiple attribute decision, dan metode kombinasi lain telah dicobakan untuk melakukan pembobotan ini [14,34-35]. Mulai dari pembobotan sederhana sampai pada model matematis yang sangat kompleks [36]. Beberapa metode yang dikenal diantaranya Analytical Hierarchy Process (AHP) [37], logika Fuzzy [39,40], weighted linear program [16], ELECTRE [40], dan Analytical Network Process (ANP) [10-13]. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk melakukan pembobotan adalah ANP. ANP merupakan metode yang diperkenalkan oleh Saaty pada tahun 1996 sebagai perbaikan dari kelemahan metode AHP [41]. ANP memiliki kemampuan melakukan pemeringkatan kepentingan dengan mempertimbangkan saling keterkaitan antar kriteria dan subkriteria yang ada [42]. ANP merupakan solusi yang dapat diberikan untuk menyelesaikan kompleksitas pengambilan keputusan dengan multikriteria [5]. Saaty [42] menjelaskan bahwa ANP dapat merepresentasikan pola pikir manusia dalam mengambil keputusan. Tidak seperti weighted linier program yang hanya mempertimbangkan model matematis, ANP mempertimbangan faktor manusia yang pada pelaksanaanya memiliki peran besar. ANP mengatasi ketidakmampuan AHP dalam menggambarkan pengaruh antara kriteria [5]. ANP juga memiliki kemampuan membandingkan pengaruh subkriteria dalam kluster kriteria terhadap subkriteria lain pada kluster berbeda yang tidak dapat dilakukan oleh metode seperti ELECTRE. Terlepas dari kelebihannya, salah satu yang menjadi kelemahan adalah lebih kompleks dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menilai kriteria yang akan ditentukan bobot bila dibandingkan dengan metode AHP dalam pengambilan keputusan.

ISSN 1907-7459

486

11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan pembobotan kriteria dan subkriteria dengan menggunakan metode ANP dapat dilihat pada Gambar 1: Mulai

Pembentukan model

Pembuatan Supermatriks

Pairwise comparison

Limiting Matriks

Menghitung Eigen Vektor

Normalisasi Limit Matriks

Penentuan Max Eigen Value (l max)

Bobot Kriteria

Perhitungan CI dan CR

Bobot Sub Kriteria

Konsisten?

Selesai

Gambar 1. Langkah Pembobotan dengan ANP

Pembentukan model merupakan tahap pertama dalam penggunaan ANP. Tahap ini mendefinisikan lingkup masalah yang akan dipecahkan, menentukan kriteria yang terlibat, membentuk kluster-kluster kriteria dan subkriterianya, serta menentukan bentuk hubungan antar kluster kriteria tersebut. Tahap kedua melakukan pairwise comparision kriteria dan subkriteria dengan skala penilaian Saaty Skor 1-9. Langkah ketiga, keempat dan kelima adalah menghitung Eigen Vector, menentukan lmax, dan menghitung rasio konsistensi (CR). Jika nilai CR  0.1 maka hasil perbandingannya konsisten [43] dan dapat dilanjutkan pada tahap ke enam yaitu pembuatan Supermatriks. Ilustrasi model ANP dan supermatriks dapat dilihat pada Gambar 2. Setelah supermatriks dibuat kemudian dibuat limiting matriks, normalisasi limiting matriks dan akan diperoleh bobot masing-masing kriteria dan subkriteria.

Gambar 2. Ilustrasi Model Cluster dan Super Matriks [41]

2.3 Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) Konsep TOPSIS diperkenalkan oleh Hwang dan Yoon pada Tahun 1981 dalam bukunya yang berjudul “Multiple Attribute Decision Making: Methods and Applications”. TOPSIS merupakan metode pengambilan keputusan multikriteria untuk memeringkatkan nilai-nilai elemen ternormalisasi dalam sebuah matriks keputusan [44]. TOPSIS merupakan salah satu metode pengambilan keputusan untuk memperoleh alternatif yang terbaik dengan menggunakan konsep kompromi [41]. TOPSIS berkompromi dengan memilih solusi dari alternatif yang memiliki jarak terdekat pada titik solusi positif (ideal) dan solusi negatif (nadir) [41]. Ada 7 (tujuh) langkah untuk memperoleh solusi pemeringkatan dengan TOPSIS [44]. Langkah pertama adalah memperoleh data kinerja untuk sejumlah alternatif yang akan di peringkatkan berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang sudah ditetapkan. Data ISSN 1907-7459

487

11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

kinerja dapat diukur dengan memberikan skala penilaian 1-5 (1 = Sangat Buruk 2 = Buruk 3 = Cukup Baik 4= Baik dan 5= Sangat Baik) pada masing-masing alternatif. Langkah ini menghasilkan matriks keputusan yang dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini: � … � � � … � � … � … � … … … … … … … � … � �� = � � … … … … … … … � ] … � [� � Gambar 3. Matriks Peringkat Unit Keputusan (PUK)

� merupakan peringkat unit keputusan ke i terhadap kriteria ke j. Nilai i = 1,2,…,m merupakan jumlah peringkat unit keputusan dan j =1,2,…,n jumlah kriteria. Matriks PUK kemudian dinormalisasi dengan rumus berikut: � =

� = [� ]



√∑� = �

; = , ,…,

;

= , ,…,

(1)

(2)

Dimana N adalah matriks ternormalisasi dari elemen � .

Langkah kedua adalah menentukan bobot masing-masing kriteria yang dipergunakan untuk menilai alternatif. Pada penelitian ini bobot diperoleh dengan metode ANP. Pada langkah ini matriks ternormalisasi dikalikan dengan masing-masing kriteria dengan rumus sebagai berikut: = � ∗�

(3)

adalah matrik normalisasi terbobot dan Wj adalah bobot kriteria yang diperoleh dari pembobotan kriteria dan subkriteria dengan ANP. Setelah diperoleh matriks kemudian dilanjutkan tahap ketiga yaitu mengidentifikasi alternatif ideal yang di lambangkan S+ dengan mencari nilai maksimum pada matriks terbobot. Rumus solusi ideal sebagai berikut: +

= {(

��

/ ∈ ), (

/ ∈ )}

(4)

/ ∈ )}

(5)

Setelah diperoleh solusi ideal, kemudian dilanjutan pada tahap keempat, yaitu mengidentifikasi alternatif nadir yang diberi lambang S - dengan mencari nilai minimum pada matriks terbobot. Rumusnya solusi nadir sebagai berikut: −

= {(

/ ∈ ), (

��

Nilai I dan J pada persamaan solusi ideal dan nadir adalah atribut manfaat (benefit) dan biaya (cost). Atribut manfaat diberikan pada kriteria yang memberikan keuntungan sedangkan atribut biaya diberikan pada kriteria yang menimbulkan biaya. Setelah diperoleh kedua solusi kemudian dilanjutkan langkah kelima yaitu menentukan sebuah jarak solusi ideal (D+) maupun nadir (D-). Rumus jarak ideal dan nadir sebagai berikut: � + = √∑( ISSN 1907-7459



+)

;

= , ,…,

;

= , ,…,

(6) 488

11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

� − = √∑(



−)

;

= , ,…,

;

= , ,…,

(7)

Setelah diperoleh jarak solusi ideal dan solusi nadir kemudian pada langkah keenam ditentukan rasio R untuk setiap alternatif yang merupakan perbandingan antara jarak D terhadap jumlah D+ dan D-. Rumus perhitungannya sebagai berikut: =�

�−

+ +� −

;



 ,

= , ,…,

(8)

Langkah terakhir setelah diperoleh seluruh nilai rasio kemudian dilakukan pemeringkatan alternatif berdasarkan nilai terbesar rasio (R).

3.

METODOLOGI

Metode penelitian ini adalah deskriptif yang terdiri dari 3 (tiga) langkah utama yaitu penetapan kriteria penilaian pemasok, pembobotan kriteria penilaian dengan ANP, dan pembentukan kerangka penilaian pemasok dengan TOPSIS. Berikut ini penjelasannya: 3.1 Penetapan Kriteria Penilaian Pemasok Proses penetapan kriteria pemasok dilakukan dengan dua hal yaitu studi literatur terkait kriteria dan subkriteria penilaian pemasok serta kontekstualisasi kriteria tersebut terkait dengan penerapannya di institusi penelitian. Kontekstualisasi dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada narasumber yang bertanggung jawab dalam lingkup pengadaan di institusi penelitian studi kasus penelitian ini. Kuesioner ini diisi oleh pejabat pengadaan, anggota panitia pengadaan, serta pejabat pembuat komitmen (PPK). Bentuk pertanyaan kuesioner ini merupakan pertanyaan pilihan dengan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Kuesioner ini kemudian dilakukan uji Cochran untuk mengetahui kriteria yang dapat diterima atau tidak untuk penilaian pemasok pada institusi penelitian. Hasil kriteria dan subkriteria yang diterima kemudian akan diolah untuk memperoleh bobotnya dengan menggunakan metode ANP. 3.2 Pembobotan Kriteria Penilaian Pemasok Tahapan ini merupakan tahap lanjutan setelah diperoleh kriteria dan subkriteria yang dapat digunakan untuk menilai pemasok pada institusi penelitian berdasarkan uji Cochran. Pembobotan dilakukan pada setiap kriteria dan subkriteria yang telah diterima dengan metode ANP. Pembobotan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat model clustering pada kriteria dan subkriteria penilaian pemasok, menentukan hubungan antar cluster kriteria dan subkriteria serta pengaruhnya antar sub kluster kriteria. Kemudian dibuat matriks perbandingan berpasangan berdasarkan kriteria dan subkriteria yang ada yang sudah ditentukan hubungannya dan pengaruhnya yang disebut dengan Supermatriks. Supermatriks yang sudah disusun berdasarkan model hubungan yang ada kemudian disusun ke dalam kuesioner untuk penilaian bobot dengan skala penilaian Saaty 1-9. Kuesioner tersebut diisi oleh narasumber ahli yaitu pejabat pengadaan dan anggota panitia pengadaan. Hasil penilaian kemudian dirata-rata dengan rataan geometrik. Kemudian diolah untuk memperoleh bobot masing-masing kriteria dan subkriteria dengan menggunakan bantuan software Super Decisions. Berdasarkan pengolahan tersebut akan diperoleh bobot masing masing kriteria dan subkriteria serta

ISSN 1907-7459

489

11th Annual Meeting on Testing and Quality 2016 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

nilai sensitivitasnya. Bobot tersebut kemudian digunakan dalam kerangka penilaian pemasok pada kerangka penilaian pemasok dengan metode TOPSIS. 3.3 Pembentukan Kerangka Penilaian Pemasok Pembentukan kerangka penilaian pemasok merupakan langkah terakhir pada penelitian ini. Pembuatan kerangka pemasok ini adalah penyusunan kriteria dan sub kriteria serta bobotnya ke dalam bentuk lembar penilaian pemasok yang dilengkapi dengan skala likert 1-5 (1 = Sangat Buruk 2 = Buruk 3 = Cukup Baik 4= Baik dan 5= Sangat Baik). Kerangka penilaian ini diaplikasikan dengan menggunakan metode TOPSIS untuk memperoleh peringkat kinerja pemasok. Ilustrasi penerapan kerangka diberikan untuk mempermudah penggunaan kerangka penilaian pemasok ini. Ilustrasi akan dilakukan dengan memberikan contoh hasil penilaian kinerja terhadap pemasok A, B, dan C. Langkah perhitungan penilaian peringkat pemasok dengan metode TOPSIS akan ditampilkan.

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penetapan Kriteria Penilaian Pemasok Berdasarkan hasil k...


Similar Free PDFs