ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “EKSIM XEROTIK PADA KAKI” DENGAN INTERVENSI PERAWATAN KAKI PDF

Title ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “EKSIM XEROTIK PADA KAKI” DENGAN INTERVENSI PERAWATAN KAKI
Author Lilik Pranata
Pages 20
File Size 105.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 458
Total Views 827

Summary

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “EKSIM XEROTIK PADA KAKI” DENGAN INTERVENSI PERAWATAN KAKI Oleh: TIARA ADZKIYA WHIDYA PUTRI 1935047 Dosen Pembimbing : Ns. Lilik Pranata, S.Kep., M. Kes. PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALE...


Description

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “EKSIM XEROTIK PADA KAKI” DENGAN INTERVENSI PERAWATAN KAKI

Oleh: TIARA ADZKIYA WHIDYA PUTRI

1935047

Dosen Pembimbing : Ns. Lilik Pranata, S.Kep., M. Kes.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG 2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan asuhan keperawatan gerontik dengan gangguan sistem integumen “Eksim xerotik”. Dalam penyusunan ini penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan tentunya terdapat banyak kekurangan ataupun kesalahan baik dari segi isi, tata bahasa, maupun cara penulisan yang dikarenakan keterbatasan kemampuan dari penulis. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga penyusunan laporan asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berguna bagi perkembangan ilmu pendidikan terutama dibidang keperawatan.

Palembang,

Juni 2020

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu : masa anak, masa dewasa, dan masa tua(Mubarak et al., 2012). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH)(Mubarak et al., 2012, p. 137). Keberhasilan pembangunan yang dicapai suatu bangsa terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup (UHH)(Dewi, 2014). Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk di Indonesia meningkatkan UHH di Indonesia. Indonesia termasuk ke dalam negara yang akan memasuki era penduduk menua (aging population), karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas telah melebihi angka 7,0% pada 2016(Cicih, 2019). Populasi lansia di Indonesia diprediksi akan meningkat lebih tinggi daripada populasi lansia di wilayah Asia dan global setelah tahun 2050 (Dewi, 2014, p. 3). Fenomena peningkatan jumlah penduduk lansia tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga negara lain di dunia(Muhith & Siyoto, 2016). Pada usia lanjut dapat menimbulkan masalah kesehatan karena terjadinya kemunduran fungsi tubuh apabila tidak dilakukan upaya pelayanan kesehatan denganbaik(Kholifah, 2016, p. 1). Sebagai gambaran, hasil Supas 2015 menunjukkan berbagai kesulitan yang dialami oleh penduduk lansia di Indonesia(Cicih, 2019). Salah satu kesulitan yang dialami lansia yaitu kesulitan fungsional. Kesulitan fungsional parah memerlukan ketersediaan perawat atau pendamping lansia untuk membantu mereka melaksanakan kegiatan sehari-hari, terlebih lagi lansia sudah tidak mampu untuk mengurus diri sendiri,

seperti bangun dari tempat tidur, mandi, makan, berpakaian dan lain-lain(Cicih, 2019). Dengan ketidakmampuan lansia untuk mengurus diri sendiri, ditambah dengan penurunan fungsi tubuh dapat mengakibatkan kulit tidak sehat dan mengalami penurunan kelembaban dan elastisitas. Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti( 2017) menyatakan bahwa masalah klinis tersering pada populasi usia lanjut adalah xerosis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidajat et al., (2017) bahwa xerotis kutis termasuk dalam lima kategori penyakit kulit terbanyak pada geriatri dengan persentas 27,8%. Kulit kering (xerotik) merupakan kondisi dimana lapisan atas kulit mengalami kekurangan kelembapan(Black & Hawks, 2014, p. 795). Eksim xerotix dapat timbul sebagai kulit yang eritematosa,bersisik maupun pecah-pecah secara halus dan dapat menyebabkan iritasi kemudian kulit menjadi gatal bahkan bisa menyebabkan kerusakan kulit jika digaruk kencang(Black & Hawks, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusharyahya et al., (2017), menyatakan bahwa 63,78% pasien geriatri mengalami pruritus akibat xerotis cutis. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rodriguez et al., (2015) tentang prevalensi dan karakteristik pruritus pada populasi geriatri hispanik di Meksiko didapatkan xerosis cutis 69% pasien dari 302 pasien pruritus dan pada 18% pasien geriatri tanpa pruritus. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk xerotis yaitu perawatan kaki, yang meliputi perendaman, balutan basah(dikompres). Perawatan kaki merupakan tindakan untuk mengidentifikasi dan merawat kaki untuk keperluan relaksasi. Kebersihan, dan kesehatan kulit(Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI), 2018). Pernyataan ini sejalan dengan Black & Hawks, (2014, p. 795) bahwa manajemen

penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kondisi xerotik yaitu hidrasi dan melembabkan kulit ditambah dengan menghindari faktor iritan. B. Tujuan 1. Tujuan khusus Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan integumen eksim xerotik. 2. Tujuan umum 2.1.Untuk mengetahui konsep teori lansia 2.2.Untuk mengetahui konsep teori eksim xerotik 2.3.Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara teori pada lansia dengan eksim xerotik C. Manfaat a. Bagi Ilmu Keperawatan Dapat dijadikan referensi dan ilmu mengenai terapi mandiri atau nonfarmakologis yang mampu dilakukan untuk lansia dengan gangguan eksim xerotik. b. Bagi Lansia Dapat membantu lansia mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami sehingga diharapkan lansia dapat sehat dan sejahtera dimasa tua.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Lansia 1. Pengertian lansia Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas(Kholifah, 2016). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia(Dewi, 2014, p. 4). Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, yang merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh(Kholifah, 2016, p. 3). 2. Batasan lansia a. Departmen Kesehatan RI dalam (Mubarak et al., 2012) membagi lansia sebagai berikut : 1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas 2. Kelompok usia lanjut (55-64tahun) sebagai presenium 3. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65)sebagai senium b. WHO (1999) dalam (Mubarak et al., 2012) usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria, yaitu : 1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun 2. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun 3. Usia tua (old) 75-90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) adalah usia >90 tahun c. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 4 tahun 1965 : “Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain” 3. Karakteristik lansia Lansia memiliki tiga karakteristik, yaitu (Dewi, 2014, p. 4): 1. Berusia lebih dari 60 tahun

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dimulai dari rentang sehat hingga sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. 3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 4. Tipe lansia Bermacam-macam tipe lansia yang ditemukan, beberapa yang menonjol diantaranya, Nugroho (2000) dalam Dewi( 2014): 1. Tipe arif bijaksana Lansia pada tipe ini biasanya kaya akan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, rendah hati, sederhana, bersikap ramah, dermawan serta hingga memenuhi undangan dan menjadi panutan. 2. Tipe mandiri Lansia dengan tipe mandiri kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan serta memenuhi undangan. 3. Tipe tidak puas Lansia dengan tipe yang tidak puas selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik. 4. Tipe pasrah

Lansia dengan tipe pasrah selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, serta melakukan berbagai jenis pekerjaan. 5. Tipe bingung Lansia dengan tipe bingung merupakan lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif serta acuh tak acuh. 5. Teori Proses Penuaan Ada teori-teori yang mendukung terjadinya proses penuaan, yaitu(Mubarak et al., 2012): a. Teori biologis Pada tahun 1003, Mary Ann Christ et al menyatakan bahwa penuaan merupakan proses berangsur-angsur yang mengakibatkan perubahan kumulatif dan mengakibatkan perubahan yang berakhir dengan kematian. b. Teori kejiwaan sosial Ada beberapa teori yang mendukung teori kejiwaan sosial ini, yaitu : 1. Aktivitas atau kegiatan 2. Teori kepribadian berlanjut 3. Teori pembebasan c. Teori psikologi Teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori yang ada. Teori perkembangan yang diungkapkan oleh Hanghurst (1972) adalah bahwa setiap individu harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan

yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini bergantung pada maturasi fisik, pengharapan kultural, masyarakat, nilai aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi : penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan pendapatan, respons penerimaan adanya kematian pasangan atau orang-orang yang berarti bagi dirinya, mempertahankan hubungan dengan kelompok yang seusia,adopsi dan adaptasi dengan peran sosial secara fleksibel, serta mempertahankan kehidupan secara memuaskan. d. Teori kesalahan genetik Menurut dr. Afgel bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri sebelum pembelahan sel), sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak menjadi tua. e. Teori rusaknya sistem imun tubuh Mutasi yang terjadi secara berulang dapat mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya berkurang (self recognition), sehingga mengakibatkan adanya kelainan pada sel karena dianggap sebagai sel yang asing yang menghancurkan kekebalan tubuh, ini dikenal dengan autoimun. f. Teori penuaan akibat metabolisme Teori penuaan akibat dari metaboisme menjelaskan bagaimana cara proses menua itu terjadi.

1. Datang dengan sendirinya, yang merupakan “karunia” yang tidak bisa ditolak maupun dihindari 2. Usaha dalam memperlambat awet tua 3. WHO (1982) usia lanjut yang berguna, bahagia dan sejahtera B. Konsep Lansia dengan Covid 19 COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak diketahui sebelum wabah yang terjadi di Wuhan, Cina, pada Desember 2019. COVID-19 sekarang menjadi pandemi yang menyerang banyak negara secara global(WHO, 2020).

Orang

dapat

terinfeksi COVID-19 dari orang lain yang memiliki virus. Penyakit ini menyebar terutama dari orang ke orang melalui tetesan dari hidung atau mulut(droplets), yang dikeluarkan ketika orang dengan COVID-19 batuk, bersin, atau berbicara. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan ini, kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut mereka (WHO, 2020). Gejala COVID-19 yang paling umum terjadi adalah demam, batuk kering, dan kelelahan, beberapa pasien mungkin akan mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, sakit tenggorokan atau diare(WHO, 2020). Gejala-gejala pada Covid ini biasanya dimulai dari gejala ringan dan mulai secara bertahap (WHO, 2020). Data dari WHO (2020) dalam Sutrisno (2020) menunjukkan sekitar 22% kematian yang terjadi akibat corona adalah lansia yang berumur diatas 80 tahun. Sejalan dengan proses menua, setiap sistem tubuh mengalami perubahan(Dewi, 2014). Orang yang lebih tua, dan yang memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker, berisiko lebih tinggi terkena penyakit serius(WHO, 2020).

Hal itu dikarenakan sistem imunitas pada

lansia tidak mampu bekerja sekuat saat muda sehingga komplikasi yang timbul akibat

Covid-19 akan lebih parah bila lansia sudah memiliki riwayat penyakit sebelumnya(Sutrisno, 2020).

C. Konsep Penyakit 1. Konsep Teori 1.1.Pengertian Kulit kering (xerotik) merupakan kondisi dimana lapisan atas kulit mengalami kekurangan kelembapan(Black & Hawks, 2014, p. 795). Pada umumnya eksim xerotik ditemukan pada populasi lansia dan timbul tidak merata dan dapat melibatkan permukaan kulit apapun(Black & Hawks, 2014, p. 795). 1.2. Etiologi Penyebab terjadinya xerotis yaitu(Black & Hawks, 2014, p. 795): a. Hilangnya jumlah air pada kulit b. Faktor lingkungan: udara dingin atau kering pada musim dingin c. Penggunaan pembersih kulit yang dapat membuat kering (sabun, desinfektan, pelarut) d. Jarang menggunakan pelembab 1.3.Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang ada pada kondisi xerotik yaitu(Black & Hawks, 2014, p. 795): a. Erimatosa b. Bersisik c. Pecah-pecah secara halus d. Pada kondisi berat, kulit terasa kencang, gatal, dan nyeri.

1.4.Patofisiologi Kulit merupakan lini pertama pertahanan tubuh dengan fungsi mempertahankan suhu tubuh, mencegah kehilangan air, dan memberikan sensasi sentuh, suhu, dan nyeri(Black & Hawks, 2014, p. 776). kulit membentuk barier yang mencegah kehilangan air dan elektrolit berlebihan dari lingkungan internal. Kulit yang utuh mencegah kekeringan dari jaringan subkutan. Pada usia lanjut usia, fungsi tubuh sudah mulai menurun, salah satunya adalah kulit. Kulit lanjut usia merefleksikan pengaruh kumulatif dari lingkungan, penurunan sirkulasi,dan penurunan fungsi dari berbagai struktur kulit , dan menyebabkan stratum korneum menipis sehingga kulit lebih cepat bereaksi terhadap perubahan minor dalam kelembaban, suhu dan iritan lain. Stratum korneum merupakan sel yang terbentuk dari kertain yang berfungsi untuk menyerap air dan melindungi lapisan kulit yang lebih dalam. Kehilangan air dapat menyebabkan kulit menjadi kasar dan fisura xerotik dan semakin menonjol dengan penggunaan pembersih kulit yang membuat kering seperti sabun, desinfektan dan pelarut dan juga pada kondisi jarang menggunakan pelembab. Faktor lain yang yang dapat memicu menurunkan kelembaban yaitu seperti udara dingin atau kering pada musim. Kondisi berkurangnya kelembaban dapat meningkatkan kondisi kehilangan air pada stratum korneum sehingga dapat menyebabkan kulit kering(xerotis). Eksim xerotix dapat timbul sebagai kulit yang eritematosa,bersisik maupun pecah-pecah secara halus dan timbulnya tidak merata. Dengan kondisi yang seperti ini dapat menyebabkan iritasi kemudian kulit menjadi gatal bahkan bisa menyebabkan kerusakan kulit jika digaruk kencang(Black & Hawks, 2014).

1.5.Penatalaksanaan Manajemen penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kondisi xerotik yaitu hidrasi dan melembabkan kulit ditambah dengan menghindari faktor iritan(Black & Hawks, 2014, p. 795). Klien dengan kasus xerotik harus diajarkan mengenai perawatan kulit sehari-hari yang benar untuk menangani kondisinya. Salah satunya yaitu perawatan kaki. Perawatan kaki merupakan tindakan untuk mengidentifikasi dan merawat kaki untuk keperluan relaksasi. Kebersihan, dan kesehatan kulit(Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI), 2018). Yang dapat dilakukan pada perawatan kaki yaitu : 1.5.1. Perendaman Perendaman memiliki tujuan untuk melembabkan sehingga membuat epidermis yang kering menjadi lembut, yang membantu pengangkatan krusta. Pengangkatan debris sel kulit, mendorong kesembuhan dan memperbaiki absorbsi medikasi topikal. Risiko infeksi dikurangi dengan pengangkatan jaringan nekrotik dan krusta yang oklusif. Penyejukan juga didapatkan dari evaporasi air bertahap dan memiliki efek anti-inflamasi, sehingga melegakan gatal (pruritus). Perendaman dapat dilakukan dengan merendam area yang terkena atau mandi berendam selama 15 hingga 20 menit dalam air hangat. Setelah berendam, klien harus menghilangkan air yang berlebih dengan menepuk-nepuk kulit dengan lembut menggunakan handuk yang lembut. Lalu mereka harus langsung mengaplikasikan substansi topikal yang direkomendasikan. Aplikasi langsung substansi ini pada kulit yang masih lembab adalah hal yang paling penting, karena jika barier oklusif ini tidak tersedia dalam 3 hingga 5 menit, evaporasi

mulai terjadi. Untuk melembabkan dan memerangkap air, gunakan oklusif seperti petrolatum putih (Vaseline) atau petrolatum dengan minyak mineral dan alkohol lilin wol (salep Aquaphor)(Black & Hawks, 2014, p. 796). 1.5.2. Balutan basah Balutan basah digunakan segera setelah berendam dan oklusi dapat mengoptimalkan terapi hidrasi dan topikal; hal ini juga mendorong pendinginan kulit. Balutan basah dan oklusi dapat diaplikasikan dalam berbagai cara dan jangan dianggap sebagai perban basah hingga kering yang digunakan untuk debridemen. Lokasi dan keparahan lesi sering kali menentukan pilihan. Kompress seluruh badan dapat dilakukan dengan memakai piyama basah atau pakaian dalam panjang basah diikuti piyama kering atau pakaian olahraga kering atau terbuat dari plastik. Tangan dan kaki dapat ditutupi dengan kaos kaki basah atau sarung tangan katun basah diikuti kaos kaki kering. Ekstremitas atau badan dapat ditutupi dengan kasa gulung basah (misal Kerlix) dan ditutupi dengan perban elastis atau potongan kaos kaki, basah diikuti kering. Wajah dapat dibungkus dengan dua lapis kasa Kerlix basah, diikuti dua lapis kasa Kerlix kering yang ditahan menggunakan jala elastis atau perban berbentuk tubuler lainnya; dibuat lubang untuk mata, hidung dan mulut. Jika perban menjadi kering, harus dibasahi kembali sebelum diangkat karena debridemen menggunakan metode basah hingga kering menyebabkan kerusaakan jaringan dan nyeri. Debridemen yang lembut umumnya

tetap terjadi jika perban diangkat saat masih lembab(Black & Hawks, 2014, p. 796) Kedua intervensi itu sesuai dengan intervensi dari SIKI dengan perawatan kaki, yaitu : 1.Identifikasi perawatan kaki yang biasa dilakukan 2. Periksa adanya iriasi, retak, lesi, kapalan, kelainan bentuk atau edema 3.Monitor tingkat kelembaban kaki 4. Keringkan sela-sela jari kaki 5. Berikan pelembab kaki sesuai kebutuhan 6. Bersihkan dan atau potong kuku jika perlu 2. Konsep Asuhan Keperawatan 2.1.Pengkajian a. Wawancara riwayat kesehatan 1. Kesehatan masa lalu 2. Pandangan lansia tentang kesehatannya 3. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia 4. Kebiasaan lansia merawat diri sendiri 5. Kebiasaan makan, minum, istirahat atau tidur, BAB atau BAK 6. Kebiasaan menggerakkan badan/olahraga 7. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan 8. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat b. Pemeriksaan fisik Pada sistem integumen, yang dilakukan yaitu :

1. Amati kulit lansia 2. Adakah jaringan parut 3. Keadaan rambut 4. Kuku 5. Kebersihan lansia secara umum 6. Gangguan-gangguan lain yang umum pada kulit (Mubarak et al., 2012)

2.2. Analisa data DATA SUBJEKTIF -Pasien mengatakan kakinya kering, gatal dan pecahpecah

OBJEKTIF -Kulit kaki pasien tampak kering -Kulit kaki pasien tampak pecahpecah dan seperti bersisik -Pasien tampak sesekali menggaruk kakinya -Jari kuku kaki tampak panjang Pasien mengatakan -Pasien tampak kakinya terasa gatal sesekali menggaruk kakinya -Kulit kaki pasien tampak kering dan pecah-pecah

ETIOLOGI

MASALAH

Faktor risiko suhu Risiko gangguan lingkungan yang integritas kulit ekstrim, bahan kimia iritatif, kelembaban, proses penuaan

Gangguan stimulus Gangguan rasa lingkungan nyaman

Pasien mengatakan -Kulit kaki pasien Faktor resiko Risiko Infeksi kakinya kering dan tampak kering kerusakan gatal ...


Similar Free PDFs