Budaya Penggemar di Era Digital PDF

Title Budaya Penggemar di Era Digital
Pages 11
File Size 945.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 366
Total Views 738

Summary

BUDAYA PENGGEMAR DI ERA DIGITAL (STUDI ETNOGRAFI VIRTUAL PADA PENGGEMAR BTS DI TWITTER) Shane Savera Sa’diyah Program Studi Ilmu Komunikasi, UPN “Veteran” Jawa Timur [email protected] Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi dengan berkembangnya teknologi internet di berbagai bidang kehidupan ma...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Budaya Penggemar di Era Digital Shane Sa'diyah

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Hubungan Parasosial di Media Sosial: St udi pada Fandom Army di T wit t er Donie Kadewandana-Malik

EXO-L Makassar: Int eraksi Dunia Maya Ant ar Penggemar Boy Band EXO ET NOSIA: Jurnal Et nografi Indonesia Consumer Happiness Dan Pot ensi Gerakan Sosial Baru Masyarakat Transnasional Digit al Jan Ekklesia

BUDAYA PENGGEMAR DI ERA DIGITAL (STUDI ETNOGRAFI VIRTUAL PADA PENGGEMAR BTS DI TWITTER) Shane Savera Sa’diyah Program Studi Ilmu Komunikasi, UPN “Veteran” Jawa Timur [email protected] Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi dengan berkembangnya teknologi internet di berbagai bidang kehidupan manusia, tidak terkecuali aktivitas fandom. Melihat fenomena munculnya fandom K-Pop dengan beragam aktivitas virtual yang seiring dengan perkembangan teknologi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang fandom ARMY dan melihat bagaimana budaya baru penggemar yang mereka implementasikan di media sosial Twitter. Sehingga jelas, fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang bagaimana budaya penggemar di era digital dengan melihat aktifitas-aktifitas penggemar yang dilakukan oleh para anggota fandom melalui media sosial. Metode yang digunakan adalah studi etnografi virtual Christine Hine (2015). Metode ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu exploring field sites dan wawancara termediasi internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya penggemar dapat dilihat dari empat konteks bidang fandom di internet, yakni 1) komunikasi, menunjukkan bahwa penggemar menggunakan identitas virtual dalam berkomunikasi dan memproduksi fan speak dan fan jokes. 2) kreativitas, adalah penggemar menghasilkan berbagai bentuk fan production yaitu, meme, fan edit, fan cover dan fanfiction, 3) pengetahuan, di bidang ini fanbase bertugas sebagai penyedia informasi bagi anggota fandom, dan 4) kekuatan sipil, yaitu penggemar menyukseskan fan project yang terdiri atas fan streaming, fan voting, birthday project dan fan donation. Kata Kunci : fandom, budaya penggemar, Twitter Abstract This research is motivated by the development of internet technology in various fields of human life, including fandom activity. Seeing the phenomenon of the emergence of K-Pop fandom with a variety of virtual activities the authors are interested in conducting research on ARMY fandom and seeing how the new culture of fans that they implement on social media Twitter. The method used is the virtual ethnographic study of Christine Hine. This method uses two data collection techniques, namely exploring field sites and interviews. The results showed that fan culture can be seen from the four contexts of fandom fields on the internet, namely 1) communication, the field of communication shows that fans use virtual identities in communicating and producing fan speak and fan jokes. 2) creativity, fans produce various forms of fan production, likes meme, fan edit, fan cover and fanfiction, 3) knowledge, in this field the fanbase serves as an information provider for fandom members, and 4) civil power, namely fans make a successful fan project consisting of fan streaming, fan voting, birthday project dan fan donation. Keywords: fandom, fan culture, Twitter

PENDAHULUAN Berbicara mengenai Korean Wave seperti tak pernah ada habisnya. Korean Wave selalu menjadi fenomena yang menarik untuk dibahas mengingat perkembangannya yang signifikan. Berniat merajai pasar Asia, Korean Wave secara mengejutkan bisa memperluas pasar hingga ke seluruh benua. Seperti yang disampaikan Dickie dalam Korean Culture and Information Center (2011:7) “Hallyu—the Korean wave—is rolling over Asia with pop music, TV dramas and movies that dazzle audiences from Tokyo and Beijing to Seattle.” Sebelumnya, istilah Korean Wave ("Hallyu" dalam bahasa Korea) diciptakan oleh pers China kurang lebih satu dekade yang lalu untuk merujuk pada popularitas budaya pop Korea di China. Gelombang ini dimulai dengan ekspor drama televisi Korea (miniseri) ke China pada akhir 1990-an (Korean Culture and Information Center, 2011:11). Sejak saat itu, Korea Selatan muncul sebagai pemain baru dalam produksi budaya pop transnasional yang mengekspor berbagai produk budaya ke negara-negara Asia yang berdekatan. Selain drama korea, produk-produk korean wave yang berhasil di-ekspor ke negara-negara lain adalah tayangan televisi, film, musik, makanan, dan fashion. Maka tak heran bersamaan dengan berkembangnya drama korea di dunia, Korean Pop Music atau yang sering disebut sebagai K-Pop pun turut masuk menjadi suatu bentuk budaya pop baru. Disadari atau tidak, kehadiran musik K-Pop yang unik secara perlahan mampu bersaing dengan penguasa pasar musik pop yaitu Amerika. K-Pop lebih identik dengan penampilan boygroup dan girlgroup-nya. Penampilan yang menawan lagu yang easy listening, dance yang energik dan visual yang mengagumkan adalah sederet alasan para penggemar Kpop menyukai aliran musik ersebut. K-Pop terdiri atas tiga generasi, generasi pertama yakni boy/girlgroup yang digawangi oleh H.O.T, Sechkies, dan S.E.S, lalu generasi kedua, yaitu boy/girlgroup yang lahir di era tahun 2000-an. Sebut saja Super Junior, Bigbang, 2PM, dan Girl Generation. Yang terakhir adalah generasi ketiga, yaitu boy/girlgroup yang lahir di tahun 2010 ke-atas, yakni EXO, BTS dan Blackpink. Di Indonesia, musik K-Pop mulai dikenal pada tahun 2000-an. Keunggulan musik K-Pop membuat masyarakat yang sebagian besar adalah remaja menyukai genre musik ini. Tak hanya digemari, para boygroup dan girlgroup Korea ini juga memiliki fandom yang besar dan kuat di Indonesia. Fandom sendiri merujuk pada suatu keadaan di mana seseorang menggemari sesuatu atau segala sesuatu yang meliputi budaya dan perilaku penggemar (Lewis, 2002). Sebut saja Super Junior dengan ELF-nya, Bigbang dengan V.I.P, iKON dengan iKONIC-nya, hingga girlgroup kenamaan saat ini, yaitu Blackpink dengan fandom mereka yang bernama BLINK. Namun, dari sekian idol K-Pop, boygroup BTS menjadi salah satu boygroup dengan fandom terbesar di dunia. BTS merupakan boygroup Korea Selatan yang debut sejak tahun 2013. Boygroup ini berhasil menerbitkan beberapa album, dan salah satu album terlarisnya yang berhasil menaiki tangga lagu Billboard adalah Love Yourself. Kesuksesan BTS tentu bukan lain adalah berkat keberadaan fandom nya, yakni ARMY. Fandom ARMY memiliki jumlah penggemar internasional lebih dari 1 juta di situs fancafe Daum, dan merupakan idol Korea pertama dengan jumlah anggota fancafe terbanyak. Fandom ini juga mampu menghantarkan BTS sebagai boygroup Korea yang mampu meraih kesuksesan dan penghargaan internasional seperti Favourite Social Artist American Music Award 2018 dan Top Social Media Artist 2018 Billboard Music Award. Maka tak heran jika fandom ini juga meraih penghargaan sebagai Best Fan dalam ajang Kids Choice Award 2018 dan Fan terbanyak di MTV Europe Music Award. Tak

hanya berhenti disitu, ARMY semakin dipandang ketika mereka berhasil dalam mengkampanyekan “Love Myself” bersama UNICEF. Bagi kebanyakan orang, fans K-Pop dianggap selalu bersikap berlebihan, gila, histeris, obsesif, adiktif, dan konsumtif- ketika mereka sangat gemar menghambur-hamburkan uang untuk membeli merchandise idola maupun mengejar idolanya hingga ke belahan dunia mana pun (Meivita, 2013). Hal ini tentu sangat kontras dengan apa yang telah diberitakan oleh beberapa media terhadap prestasi yang telah didapatkan oleh fandom ARMY. Penelitian mengenai fandom dan budayanya semakin menarik untuk diteliti, melihat adanya pergeseran aktifitas-aktifitas fandom di masa kini. Aktifitas fandom kini tidak hanya terbatas pada budaya dan perilaku penggemar seperti yang diungkapkan Storey (2006: 159) dimana perilaku penggemar ditunjukkan fandom dengan menciptakan gaya-gaya dan pilihanpilihan pakaian, penggunaan musik, TV, majalah yang selektif dan aktif, hiasan kamar-kamar mereka. Namun saat ini, aktifitas fandom bertransformasi pada penggunaan media internet atau yang disebut dengan cyberfandom dengan memproduksi sesuatu berupa pesan (Yulistiana: 2014). Dalam sebuah penelitiannya, Gooch (2008) menjelaskan bahwa Cyberfandom merupakan kelompok penggemar yang terbentuk di dunia virtual misalnya melalui media sosial berbasis teknologi internet, yang memudahkan penggemar untuk mengakses maupun menyebarkan informasi terkait idola mereka. ARMY sebagai fandom K-Pop terbesar di Indonesia menggunakan media sosial untuk dapat berkomunikasi dan melangsungkan aktifitas penggemar. Salah satu media sosial yang dijadikan sebagai media utama oleh para penggemar adalah Twitter. Akun Twitter salah satu fanbase ARMY Indonesia yaitu BTS ARMY INDONESIA saat ini (1 Desember 2018) telah mencapai 151.000 followers. Dengan jumlah postingan tweet mencapai 36,4 ribu lebih, menjadi indikasi bahwa ada interaksi dan aktifitas yang sangat sering dilakukan diantara para anggota ARMY. Seperti pada akun fanbase BTS ARMY INDONESIA, terlihat bagaimana admin memberikan informasi seputar idola mereka, seperti jadwal konser, ajang penghargaan, perilisan lagu terbaru dan kegiatan terbaru. Tak hanya sebagai fanbase yang menjadi rujukan update informasi terbaru dan melangsungkan komunikasi satu arah saja. Interaksi penggemar pun terjalin melalui aktifitas comment, like serta retweet terhadap tweet yang diposting oleh akun fanbase tersebut maupun anggota ARMY lainnya. Melihat fenomena munculnya fandom K-Pop dengan beragam aktivitas virtual yang seiring dengan perkembangan teknologi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang fandom ARMY dan melihat bagaimana budaya baru penggemar yang mereka implementasikan di media sosial Twitter. Sehingga jelas, fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang bagaimana budaya penggemar di era digital dengan melihat aktifitas-aktifitas penggemar yang dilakukan oleh para anggota fandom melalui media sosial. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan budaya penggemar di era digital yang dilakukan oleh fandom ARMY yang tercermin melalui aktivitas, respon, dan produksi pesan secara online di media sosial Twitter. TEORI 1. New Media New Media merupakan gabungan antara media-media yang ada di masyarakat yang bisa diakses dari satu media, yaitu komputer atau benda elektronik lainnya yang secara online masuk ke jaringan internasional (McQuail, 2011). New Media memiliki beragam jenis seperti

website, blog, dan yang seringkali digunakan oleh masyarakat pada umumnya, yaitu media sosial.

2. Fan Studies Jenkins (2013) dalam bukunya yang berjudul Textual Poacher: Television Fans and Participatory Culture, mendefinisikan istilah fan adalah singkatan dari ‘fanatik’ kata yang berarti seorang pelayan kuil, seorang pemuja,' yang lebih mengarah pada konotasi yang lebih negatif, termasuk 'kegilaan', dan 'obsesif'. Namun, saat ini penggemar tidak hanya dikaitkan dengan “obsesi” namun menjadi audiens yang aktif dan kreatif. Seperti yang disampaikan oleh Jenkins (2013) bahwa penggemar tidak hanya menjadi konsumen namun juga aktif menjadi produsen. Ketika fans atau penggemar berinteraksi satu sama lain dan membentuk suatu komunitas, itulah yang sering dinamakan fandom. Dalam bukunya, Textual Poachers, Jenkins (2013) menjelaskan bahwa fandom dijadikan basis aktifitas para penggemar, dan menunjukkan kekuatan sipilnya. Fandom juga dijadikan jalan untuk mengimplementasikan budaya penggemar dan membantu proses produksi. Budaya penggemar adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu-individu dalam suatu fandom. Lucy Benneth (2014) menyampaikan dalam penelitiannya bahwa perkembangan teknologi, terutama internet memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan fandom. Lucy memberikan penjelasan bahwasanya ada empat bidang dalam fandom yang mendapat dampak terbesar berkat adanya internet dan media sosial, empat bidang tersebut adalah : (1) komunikasi (2) kreativitas, (3) pengetahuan dan (4) organisasi dan kekuatan sipil.

3. Korean Wave Dari sekian idol Korea saat ini, boygroup BTS masih menjadi perbincangan di banyak kalangan. Prestasi yang terus didapatkan oleh boyband ini, semakin menunjukkan bahwa idol K-Pop benar-benar bersaing di kancah industri musik internasional. BTS (Bangtan Boys) adalah boyband dari Korea Selatan di bawah naungan agensi BigHit Entertainment yang beranggotan tujuh orang laki-laki. BTS merupakan singkatan dari Bangtan Sonyeondan, yang bermakna Bulletproof Boy Scouts. Mereka memulai debut pada 13 Juni 2013 dengan lagu “No More Dream” dari album pertamanya yaitu 2 Cool 4 Skool. BTS terkenal sebagai boygroup yang memproduseri musiknya sendiri.

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode etnografi virtual. Dengan menggunakan metode etnografi virtual, peneliti mampu menjelaskan fenomena secara mendalam karena peneliti menjadi bagian dari subjek yang diteliti dengan cara mengikuti aktivitas penggemar di dunia virtual/maya. Peneliti menjadi bagian dari followers akun fanbase ARMY di media Twitter. Menurut Rusli (2014), etnografi virtual merupakan metode etnografi yang dilakukan untuk melihat fenomena sosial dan atau kultur pengguna di ruang siber. Bahkan Bell (2001)

menyatakan, bahwa metode etnografi ini merupakan metode utama dan penting untuk melihat fenomena budaya siber di internet. Christine Hine dalam Nasrullah (2017:9) menyatakan bahwa etnografi virtual merupakan metodologi yang digunakan untuk menyelidiki internet dan melakukan eksplorasi terhadap entitas (users) saat menggunakan internet tersebut. Dari sekian akun fandom ARMY Indonesia, peneliti memilih akun @BTSARMYINDONESIA sebagai subjek penelitian. Akun ini menyatakan dirinya sebagai fanbase ARMY Indonesia melalui username yang digunakan serta postingan-postingan yang berisikan informasi mengenai BTS dan ARMY. Pemilihan akun tersebut berdasarkan jumlah pengikut (follower) dan postingan terbanyak, yaitu jumlah pengikut mencapai 158.000 dan postingan tweet yang telah mencapai 38.000. Penelitian ini berfokus pada seluruh teks dan media yang diposting penggemar pada akun fanbase Twitter @BTSARMYINDONESIA saat melakukan budaya penggemar. Selanjutnya unit analisis data sekunder adalah postingan wawancara dengan para cyberfandom ARMY sebagai data tambahan untuk melengkapi kebutuhan informasi penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan ada dua, yakni exploring field sites yakni Melakukan observasi kepada akun fanbase BTS ARMY INDONESIA dan Online interview yakni Melakukan wawancara secara online kepada informan penelitian melalui fitur direct messager. PEMBAHASAN Berdasarkan rumusan masalah dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana budaya penggemar di era digital yang ditunjukkan oleh fandom ARMY melalui media Twitter, didapatkan hasil mengenai masalah tersebut dengan menggunakan metode etnografi virtual Christine Hine (2015). Melalui aktivitas, respon dan unggahan yang dilakukan oleh fandom ARMY di akun Twitter BTS ARMY INDONESIA, peneliti menemukan berbagai macam bentuk budaya penggemar yang dilakukan oleh fandom dari salah satu produk Korean Wave, yakni K-Pop. Budaya penggemar tersebut ditemukan pada empat konteks fandom di internet yang disampaikan Lucy Benneth (2014:2) , yakni bidang komunikasi, kreativitas, pengetahuan dan kekuatan sipil atau organisasi. Melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut : 1. Komunikasi Di bidang komunikasi, karena komunikasi yang dilakukan oleh fandom ARMY adalah melalui media sosial maka identitas yang digunakan oleh akun fanbase dan para anggota ARMY adalah identitas virtual. Seperti pada media Twitter, identitas virtual yang digunakan seperti name, profile picture, id name, banner picture dan bio. Biasanya untuk menunjukkan identitas sebagai fandom, penggemar akan menggunakan atribut yang berkenaan dengan idolanya. Dimana kebanyakan dari mereka menggunakan profile picture bukan dari foto mereka sendiri, melainkan foto member BTS, dan menggunakan nama modifikasi member BTS sebagai nama akunnya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Pertiwi (2017: 9), dimana identitas dalam kelompok cyberspace atau identitas yang ada di media sosial bisa saja berbeda dengan identitas asli di dunia nyata. Hal tersebut dapat dilihat dari avatar akun seseorang, serta konten-konten yang ada di dalam sebuah akun di media sosial juga bahasa yang digunakan. Dalam melangsungkan komunikasi, penggemar memiliki bahasa yang dibuat dan hanya dipahami oleh anggota fandom, hal ini biasa disebut dengan fan speak. Fan speak dalam komunikasi di dunia virtual dapat berupa tulisan maupun simbol-simbol lain. Seperti

penggunaan “love purple ”yaitu simbol hati berwarna ungu, sebagai lambang kekuatan persahabatan dan kekeluargaan ARMY dengan idola, lalu penggunaan nama panggilan bagi member idola seperti “Yoongi, Mas Agus, Lil Meow-Meow, dll”. Selain fan speak, fan jokes atau candaan yang hanya dimengerti oleh anggota fandom adalah salah satu bentuk komunikasi anggota fandom yang menarik. Salah satu contoh fanjokes yakni plesetan dari lirik-lirik lagu BTS. Akun BTS ARMY INDONESIA sebagai akun fanbase ARMY di Indonesia tidak hanya melangsungkan komunikasi secara linier, namun juga interaksional karena admin fanbase ikut berbalas komentar dengan penggemar yang lain. 2. Kreativitas Di bidang kreativitas, adalah salah satu bidang yang mampu merubah mindset masyarakat mengenai penggemar. Jika penggemar dahulunya disebut sebagai orang yang histeris dan gila, dengan adanya kreativitas inilah penggemar patut disebut sebagai audiens yang aktif dan kreatif. Karena penggemar tidak hanya melangsungkan kegiatan konsumsi melalui media, melainkan juga melakukan kegiatan produksi yaitu dengan menciptakan karya sebagai hasil penerimaannya mengenai teks-teks media. Karya hasil buatan penggemar ini disebut dengan fan production. Seperti yang diungkapkan oleh Jenkins (2008: 201), partisipan akan melakukan aksi-aksi tiruan dan produksi budaya setelah mereka mengkonsumsi teks budaya. Hasil produksi budaya nya pun beragam, karena penggemar mengintrepretasikan teks budaya pun berbeda-beda. Seperti pada akun fanbase ini, peneliti menemukan banyak sekali bentuk fan production, diantaranya meme, fan edit, fan cover, dan fan fiction. Meme adalah sebutan untuk gambar yang berisi foto idola dan ditambahkan teks untuk menggambarkan ekspresi. Fan edit adalah foto maupun video yang diedit sedemikian rupa hingga menjadi tampilan yang lebih menarik. Fan fiction adalah cerita yang menggunakan idola sebagai tokoh utama. Semua karya tersebut kebanyakan dibuat oleh penggemar, dan berhasil di unggah ulang oleh penggemar lain yang tertarik dengan karya tersebut, sehingga karya buatan penggemar ini bisa dijangkau dan diapresiasi oleh audiens yang lebih luas. 3. Pengetahuan Di bidang pengetahuan, akun fanbase menjadi akun yang bertanggung jawab atas ketersediaan informasi terbaru mengenai idola. Sehingga terlihat sangat jelas bahwa fandom melalui akun fanbase di media sosial memenuhi kebutuhan informasi penggemar. Sesuai dengan apa yang disampaikan Fauziyah (2014:4) fandom biasanya memiliki forum-forum khusus yang memungkinkan mereka untuk melakukan sharing secara beramai-ramai melalui fanbase di media sosial. Dari data mengenai informasi dan pengetahuan yang telah peneliti temukan, akhirnya peneliti mengumpulkan data tersebut menjadi enam bagian, yakni 1) perilisan lagu atau video klip, 2) perilisan iklan, 3) perilisan merchandise, 4) pencapaian dan penghargaan BTS, 5) jadwal kegiatan, dan 6) pemberitaan tentang BTS. Informasi mengenai perilisan lagu atau video klip menjadi informasi utama para ARMY. Mereka sangat antusias dalam menunggu rilisnya lagu dari BTS. Karena BTS merilis lagu lebih dari satu music media platform, membuat ARMY harus menggunakan music platform lain dalam menikmati karya idolanya. Sehingga

informasi ini juga mempengaruhi budaya konsumsi para ARMY. Seperti yang dirasakan oleh informan penelitian, dimana ia juga mendownload media platform Youtube untuk menikmati MV terbaru BTS, Soundcloud untuk menikmati cover lagu dari member BTS, lagu collab member BTS di media Spotify, dan aplikasi lain untuk mengkonsumsi karya dari BTS. ...


Similar Free PDFs