Buku 5. Manajemen Keuangan Internasional.pdf PDF

Title Buku 5. Manajemen Keuangan Internasional.pdf
Author D. Takdir Syaifuddin
Pages 113
File Size 714.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 255
Total Views 473

Summary

Daftar Isi Halaman Bab 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL A. Pendahuluan 1 B. Perusahaan Internasional 1 C. Perkembangan dan Evolusi Perusahaan Internasional 3 D. Perbedaan Antara Manajemen Keuangan dan Manajemen 8 Keuangan Internasional E. Tujuan dan Manfaat Keungan Internasional 10 ...


Description

Daftar Isi Halaman Bab 1

Bab 2

Bab 3

Bab 4

Bab 5

Bab 6

Bab 7

RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL A. Pendahuluan B. Perusahaan Internasional C. Perkembangan dan Evolusi Perusahaan Internasional D. Perbedaan Antara Manajemen Keuangan dan Manajemen Keuangan Internasional E. Tujuan dan Manfaat Keungan Internasional F. Bisnis Global PENGELOLAAN SISTEM KEUANGAN INTERNASIONAL A. Pendahuluan B. Nilai Dari Sistem Keuangan Internasional C. Mekanisme Aliran Dana Antar Perusahaan D. Persyaratan Pembiayaan NERACA PEMBAYARAN LUAR NEGERI A. Pendahuluan B. Definsi Neraca Pembayaran Luar Negeri C. Dasar-Dasar Akuntansi Neraca Pembayaran D. Komponen Neraca Pembayaran SISTEM PENENTUAN KURS VALUTA ASING A. Pendahuluan B. Sejarah Sistem Moneter Internasional C. Era Sistem Kurs Mengambang D. Jenis Sistem Kurs E. Faktor Penentu Nilai Tukar KURS DAN BURSA VALUTA ASING SPOT RATE A. Pasar Valuta Asing B. Pengertian Valuta Asing C. Spot Rate dan Spot Market D. Tanggal Penyampai dan Prosedur Pertukaran Spot E. Penyelesaian Transaksi Antar Bank Melalui CHIPS F. Kurs Spot Eceran dan Kurs Spot Antar Bank

1 1 3 8 10 11 17 17 18 25 30 31 31 33 37 37 40 41 42 45 48 48 49 51 52

KURS DAN BURSA VALAS CROSS RATE, FORWARD RATE

A. Cross Rate (Kurs Silang) B. Forward Rate C. Forward Market D. Forward Contract E. Jenis-Jenis Forward Yang Beredar di Pasar F. Premi dan Discount Pertukaran Forward G. Perhitungan Kurs Forward CURRENCY FUTURE DAN OPTION A. Currency Futures B. Perbedaan Forward Contract dan Future Contracts C. Currency Option D. Call dan Put Option E. Premi Option

54 54 55 55 56 57 58 62 63 67 67 67

F. Nilai Option G. Jatuh Tempo Suatu Option Bab 8 KONDISI PARITAS INTERNASIONAL A. Pendahuluan B. Paritas Daya Beli C. Fisher Effect D. International Fisher Effect E. Paritas Tingkat Bunga F. Forward Cover G. Kurs Forward Yang Tidak Bias Bab 9 EKSPOSUR DAN RISIKO VALUTA ASING A. Pendahuluan B. Pengertian Eksposur Valuta Asing C. Unit Pengukuran Eksposur D. Eksposur Saat Nilai Mata Uang Berubah dan Tak Terantisipasi E. Eksposur Terhadap Beberapa Kurs F. Definisi Risiko Valuta Asing G. Eksposur, Risiko dan Hubungan Paritas Bab 10 SWAPS BUNGA DAN VALAS A. Pendahuluan B. Interest Rate Swaps C. Currency Swaps D. LDC Debt-Equity Swaps

Halaman 68 69 70 71 76 79 80 88 91 95 95 95 96 97 98 98 102 102 107 109

Daftar Tabel Tabel 1.1 1.2 7.1 7.2 7.3

Judul Tabel Output Perunit Input Perbedaan Keuangan Multinasional dan Domestik Perbedaan Antara Kontrak Forward dan Futures Contoh Perhitungan Daily Settlement Matrik ATM/ITM/OTM Call dan Put

Halaman 4 10 64 65 69

Daftar Gambar Gambar 1.1 5.1 5.2 6.1 7.1

Judul Gambar Siklus Hidup Produk Internasional Struktur Pasar Valas Organisasi Pasar Valuta Asing Spot Flow Chart Transaksi Cross Rate Currency Option Value Date

Halaman 6 46 49 54 69

BAB I RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL A. Pendahuluan Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia 1998 membawa pelajaran yang sangat penting bagi manajer perusahaan multinasional, pengambil kebijakan di sektor pemerintah maupun akademisi di perguruan tinggi. Krisis itu sendiri dimulai oleh jatuhnya mata uang Bath-Thailand yang disusul oleh jatuhnya mata uang PesoPhiliphina, Ringgit-Malaysia dan Rupiah Indonesia. Pengambil kebijakan di negara-negara Asia tidak menyangka bahwa jatuhnya satu mata uang akan berdampak pada mata uang negara lain. Pada saat yang bersamaan

ketidakhati-hatian

manajer

keuangan

perusahaan

multinasional

khususnya dalam pengelolaan dana asing telah mengakibatkan semakin terpuruknya mata uang negara yang bersangkutan. Kondisi tersebut diperberat oleh oleh kebijakan pendanaan yang tidak memperhatikan kesesuaian antara durasi pinjaman dan investasi yang dibiayai dengan pinjaman tersebut. Selain itu tidak dilakukannya hedging secara tepat untuk meminimumkan risiko perubahan nilai tukar atau foreign exchange risk. Krisis ekonomi juga menunjukkan betapa eratnya hubungan antara faktor-faktor ekonomi dan politik. Keduanya bagaikan dua sisi dari satu koin mata uang. Kestabilan politik dan demokrasi sangat berpengaruh terhadap country risk suatu negara. Semakin tinggi risiko suatu negara akibat ketidakstabilan dan demokrasi yang tidak berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan nilai mata uang suatu negara. Mempertimbangkan faktor tersebut di atas, pemahaman manajemen keuangan internasional menjadi semakin diperlukan terutama bagi para manajer keuangan perusahaan multinasional.

B. Perusahaan Internasional Perusahaan Internasional yang dimaksudkan dalam buku ini identik dengan istilah Perusahaan Multinasional, (Multinational Coorporation sering disingkat MNC), atau Transnational Coorporation juga disingkat dengan TNC), adalah merupakan perusahaan yang beroperasi di dua Negara atau lebih. Perusahaan multinasional biasanya terdiri dari perusahaan induk yang lokasinya berada di Negara asal, dan lima atau enam perusahaan di luar negeri, secara khusus mempunyai hubungan strategik

di antara unit-unit. Beberapa perusahaan multinasional mempunyai lebih dari 100 anak perusahaan tersebar di seluruh dunia. Untuk

selanjutnya

istilah

perusahaan

internasional

dan

perusahaan

multinasional, serta TNC silih berganti akan digunakan dalam buku ini dengan pemahaman yang sama. Eiteman et al (2010) mendefinisikan Multinational Enterprise (MNE) adalah Perusahaan

multinasional,

sebagai

perusahaan

yang

memiliki

anak-anak

perusahaan, cabang-cabang, dan afiliasi yang berlokasi di negara-negara lain. MNE juga mencakup berbagai perusahaan yang bergerak dalam aktivitas-aktivitas jasa, seperli konsultasi, akuntansi, konstruksi, hukum, periklanan, hiburan, perbankan, telekomunikasi. dan penginapan. MNE memiliki kantor pusat di seluruh dunia dan banyak diantaranya dimiliki oleh gabungan pemegang saham dalam negeri dan asing. Kepemilikan sejumlah perusahaan ini begitu tersebar secara internasional sehingga dikenal sebagai perusahaan transnasional. Perusahaan transnasional biasanya dikelola dari perspektif global dan bukan dari perspektif negara tunggal. Menurut Sartono, (2001: 2-4) Perusahaan multinasional atau multinational Coorporation adalah perusahaan yang memproduksi dan menjual produknya didua atau lebih negara; sehingga dalam aktivitas utamanya melibatkan lebih dari dua mata uang yang berbeda. Pada umumnya perusahaan multinasional memiliki kantor pusat di suatu Negara dan didukung oleh beberapa anak perusahaan di beberapa Negara. Diantara anak perusahaan dan kantor pusatnya dihubungkan dengan sarana telekomunikasi yang canggih guna menjamin integrasi operasi secara efektif dan efisien. Pengalokasian sumber daya yang terkoordinasi secara global dalam suatu manajemen terpusat tunggal (single centralized management)

membedakan

perusahaan multinasional dengan perusahaan lain yang terkait dengan bisnis internasional. Perusahaan multinasional membuat keputusan tentang strategi memasuki pasar, kepemilikan operasi luar negeri; dan produksi, pemasaran dan aktivitas keuangan dengan melihat apa yang terbaik untuk perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan multinasional lebih menekankan kekuatan group daripada kekuatan individu-individu dalam group. Perusahaan domestik murni juga sering melakukan berbagai aktivitas internasional yang signifikan. Aktivitas tersebut mencakup impor dan ekspor berbagai

produk, komponen, dan jasa. Perusahaan domestik juga dapat memberikan izin kepada perusahaan asing untuk melakukan bisnis mereka. Perusahaan itu juga menghadapi persaingan asing dalam pasar domestik mereka. Mereka juga secara tidak langsung berhadapan dengan berbagai risiko internasional melalui hubungan mereka dengan para pelanggan dan pemasok. Oleh karena itu, para manajer perusahaan domestik perlu memahami risiko keuangan internasional, khususnya yang terkait dengan kurs/nilai tukar valuta asing dan risiko kredit yang terkait dengan pembayaran perdagangan.

C. Perkembangan dan Evolusi Perusahaan Internasional C.1. Perkembangan Perusahaan Internasional Perkembangan perusahaan multinasional menurut Kuntjoro (2000 : 11) “ diwarnai oleh peristiwa penting dan membentuk arah ekonomi global yakni Krisis sistem moneter Internasional (Bretton Woods), krisis utang luar negeri, krisis minyak dan komoditas primer lainnya, munculnya negara-negara industri baru (New Industrial Country), terjadinya crash di pasar modal Internasional (Oktober 1987), bubarnya negara Uni Soviet yang diikuti dengan kecenderungan menuju free market socialism, dan integrasi Eropa menuju Uni Moneter Eropa”. Dasar perkembangan perusahaan multinasional dapat dibedakan menjadi tiga atas dasar motif utama pendirian perusahaan tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Raw materials seekers (pencari bahan mentah) adalah multinasional awal, berperan jahat pada bisnis internasional. Tujuan perusahaan tersebut adalah untuk mengeruk bahan yang dapat digunakan untuk membuat suatu produk di luar negeri. Sama seperti cara modern sekarang pada perusahaan minyak dan pertambangan multinasional, yang pertama membuat investasi besar di luar negeri, yang memulai sejak tahun-tahun awal abad ke- 20. 2. Market Seekers (pencari pasar) adalah merupakan pola dasar pada perusahaan multinasional yang menuju luar negeri untuk menghasilkan dan menjual dalam pasar luar negeri, contohnya termasuk IBM, Volkswagen, dan Unilever. Walaupun ada beberapa contoh awal pada perusahaan multinasional pencari pasar (seperti Colt Firearms, Coca-cola, Singer, N.V.Philips dan Imperial Chemicals) bagian terbesar pada investasi langsung luar negeri, yang mana akuisisi keluar pada asset-asset fisik seperti peralatan dan bangunan, mengambil tempat setelah Perang Dunia II.

3. Cost Minimizers adalah kategori baru pada perusahaan yang melakukan bisnis secara internasional. Perusahaan-perusahaan ini mencari dan menginvestasikan dalam Negara yang biaya produksinya rendah (sebagai contoh Hongkong, Taiwan dan Irlandia) untuk menyisakan kompetitif biaya antara Negara asal dan Negara luar. Banyak dari perusahaan-perusahaan ini adalah industry elektronik. Contohnya Texas Intruments, Atari dan Zenith.

Menurut Madura (2003) mengungkap setidaknya ada 3 teori yang mendasari motivasi perusahaan-perusahaan domestik melakukan ekspansi Bisnis Internasional yakni; 1. Theory of comparative advantage (spesialisasi dari satu negara dapat meningkatkan efisiensi produksi) 2. Imperfect markets theory (pasar untuk berbagai sumberdaya yang digunakan untuk berproduksi bersifat “imperfect”) 3. Product Cycle Theory {perusahaan yang telah memasuki tahapan pasar yang telah mapan (maturity cycle), dapat menambah kesempatan diluar negeri} Teori keuntungan komparasi, yang dikembangkan oleh David Ricardo (1817), dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa dasar untuk melakukan perdagangan hanya akan eksis pada setiap kasus, jika satu negara memiliki keunggulan Absolut. Misalkan ada dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Rusia, yang masing-masing memproduksi Kedelai dan Vodka, dengan jumlah yang diproduksi perinput ditunjukkan pada Tabel 1.1, sebagai berikut : Tabel 1.1. Output Perunit input Output per unit input Produk Kedelai (pergantang) Vodka (perpeti)

US $ 20 4

Rubel Rusia 10 5

Berdasarkan Tabel 1.1., di Amerika Serikat, 20 gantang kedelai dan 4 peti vodka dapat dihasilkan oleh masing-masing 1 unit input. Sedangkan di Rusia, 10 gantang kedelai dan 5 peti vodka dapat dihasilkan oleh masing-masing 1 unit input. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut pada produk kedelai (20 : 10), sementara Rusia memiliki keunggulan absolut dalam produk vodka (5 : 4). Hal ini mengindikasikan adanya efisiensi produksi jika masing-masing

negara melakukan perdagangan internasional dengan cara membandingkan keunggulan kompartifnya masing-masing. Jika kita mencoba untuk berpikir secara ekonomis, maka berdasarkan kasus di atas, sebaiknya Amerika mengambil spesialisasi memproduksi 30 gantang kedelai, di konsumsi untuk Amerika sebanyak 20 gantang dan diekspor sebanyak 10 gantang untuk Rusia. Sebaliknya Rusia memproduksi 9 peti vodka yang dikonsumsi sebanyak 5 peti dan mengekspornya sebannyak 4 peti ke negara Amerika. Hal inilah yang mendorong terjadinya ekspor impor dua negara, baik bahan baku maupun produk secara efisien, akibatnya adanya keunggulan komparasi Teori pasar yang bersifat imperfek, jika pasar suatu negara bersifat tertutup dari perdagangan dengan negara lain, maka tidak ada bisnis internasional. Di lain pihak, jika pasar bersifat perfect, maka faktor-faktor produksi (seperti tenaga kerja) yang dengan mudah dapat ditransfer, tenaga kerja dan sumberdaya lainnya dapat mengalir saat ada permintaan terhadap faktor produksi tersebut. Faktor mobilitas yang tidak dibatasi, akan menciptakan keseimbangan dalam biaya dan tingkat kembalian (returns) dan menggerakkan keuntungan komparasi dalam biaya produksi, yang secara rasional memunculkan perdagangan dan investasi internasional. Namun demikian dalam kenyataannya kondisi pasar faktor-faktor produksi yang bersifat perfect tidak lancar, sehingga biaya-biaya produksi seringkali dibatasi dalam hubungannya dengan transfer tenaga kerja dan sumberdaya lainnya dalam produksi. Oleh karena itu pasar yang bersifat imperfect menyediakan sebuah insentif bagi perusahaan untuk mencari kesempatan di luar negeri. Teori siklus hidup produk salah satu dari penjelasan populer mengapa perusahaan domestik melibatkan diri menjadi perusahaan multinasional adalah teori siklus hidup produk. Berdasarkan teori ini, perusahaan menjadi mapan di dalam pasar dalam negerinya sebagai sebuah hasil dari beberapa persepsi keuntungan melalui pesaing-pesaing dalam negerinya, sebab informasi mengenai pasar dan persaingan lebih tersedia di dalam negerinya. Permintaan pasar produk di luar negeri akan diakomodasi melalui ekspor, atau mendirikan anak perusahaan di negara-negara yang memiliki permintaan pasar dalam rangka mengurangi biaya transportasi. International product life cycle (siklus hidup produk internasional) dikemukakan pada Gambar 1.1., sebagai berikut:

1. Perusahaan menciptakan produk untuk mengakomodasi permintaan lokal

3. Perusahaan mendirikan

2. Perusahaan mengekspor produk untuk mengakomodasi permintaan luar negeri

4.a. Perusahaan melakukan differensiasi produk dari pesaing dan/atau mengembangkan produk line di luar negeri

anak perusahaan di luar negeri untuk mengurangi biaya transportasi

4.b. Mengeliminasi Perusahaan di luar negeri (anak perusahaan) yang mengalami penurunan bisnis akibat dari keuntungan kompetitif

Gambar 1.1. Siklus Hidup Produk Internasional (Sumber : Madura, 2003)

C.2. Evolusi Perusahaan Multinasional Perusahaan multinasional mengalami perkembangan melalui berbagai alternatif dengan memanfaatkan globalisasi yang sedang terjadi dan masih akan terus terjadi. Proses mengarah menjadi perusahaan multinasional dilakukan semata-mata ingin selalu menjadi monopolis atau oligopolis dengan secara terus menerus mencari dan mengembangkan sustainable competitive advantages. Cara ini dilakukan tidak saja menyangkut desain produk tetapi juga inovasi produk baru sehingga produk lama menjadi usang, mencari alternatif sumber bahan baku yang lebih murah, mengembangkan

alternatif

bahan

baku,

promosi

secara

bersar-besaran,

pemanfaatan jaringan pemasaran melalui mega chain store, pengusaha dan pemanfaatan perkembangan teknologi infornmasi, mengembangkan strategi yang semakin sophisticated serta penguasaan dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia. Melalui cara-cara semacam itu maka pesaing yang tidak mampu mengimbangi akan dengan sendirinya keluar dari persaingan atau hanya akan menjadi

market

follower

saja,

sehingga

perusahaan

multinasional

dapat

mempengaruhi pelaku yang lain secara mudah. Memang tidak selalu

bahwa perusahaan multinasional melalui tahap-tahap

konvensional yaitu mulai dengan mengekspor, memberikan lisensi, mendirikan

fasilitas produksi, atau investasi langsung di luar negeri – Foreign Direct Investment. Masing-masing tahap tentu memiliki kelebihan dan kelemahan dan tidak jarang perusahaan domestik menjadi perusahaan multinasional dengan cara investasi langsung seperti halnya yang dilakukan Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) dari Indonesia yang mendirikan pabrik di luar negeri. Terlepas dari tahap mana yang akan ditempuh untuk menjadi perusahaan multinasional, prinsip dasar menjadi sangat penting untuk dikuasai adalah bahwa fasilitas produksi dibeberapa negara harus fleksibel, adaptif, kecepatan dan ketetapan. Fleksibel dalam arti bahwa fasilitas produksi dapat digunakan untuk memproduksi berbagai produk sejenis tanpa harus melakukan penambahan investasi yang berarti. Faktor lain yang penting adalah bahwa sekalipun menjadi perusahaan multinasional

nampaknya

memberikan

beberapa

manfaat

karena

dapat

mengeksploitasi pasar asing, tetapi harus disadari bahwa konglomerasi yang jauh dari core businessnya sangat tidak menguntungkan untuk jangka panjang. Dengan kata lain perusahaan multinasional harus tetap fokus pada core businessnya. Fokus berarti tetap mempertahankan bidang dinama perusahaan dapat melakukan yang terbaik dari berbagai segi dan mampu mengembangkan daya saing yang berkesinambungan. Perkembangan aliansi bisnis dan terciptanya kerjasama ekonomi seperti: GATT (General Agreement on Tarif and Trade), AFTA (Asian Free Trade Aggreement), NAFTA (North America Free Trade Area), dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) tidak dapat diabaikan oleh manajer global. Terciptanya blok-blok perdagangan tersebut memberikan tekanan tersendiri dalam strategi persaingan antar negara dan antar blok ekonomi. Perkembangan lain yang menarik adalah bahwa negara-negara ASEAN yang pada tahun 2015 yang terdiri dari 10 negara ASEAN yakni; Indonesia, Malaysia, Philipina, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar, telah memberlakukan 4 cetak biru dari Asean Economic Community (AEC), atau dalam bahasa Indonesi yakni Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Adapun ke 4 cetak biru MEA antara lain: (a) menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja trampil, dan modal, (b) menuju penciptaan kawasan ekonomi regional Asean yang berdaya saing tinggi (regional competition policy), action plan, infrastructure development ICT, energy coorporation, taxation, dan pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), (c)

menuju satu kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata (region of equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan programprogram Initiative for Asean Integration (IAI), (d) menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply network. Demikian juga sudah mulai memikirkan untuk menggunakan mata uang tunggal seperti halnya Euro currency. Meskipun proses itu diperkirakan masih memerlukan waktu yang panjang tetapi dapat saja diperoleh terobosan baru sehinga penggunaan mata uang tunggal dapat dipercepat. Integrasi pasar dunia sebagai kelanjutan dari proses globalisasi masih akan terus berlangsung dan bagi manajer global serta pengambil kebijakan tidak ada pilihan lain kecuali menerima integrasi tersebut atau tertinggal oleh integrasi pasar dunia dan menjadi sekedar penonton saja.

D. Perbedaan Antara Manajemen Keuangan dan Manajemen Keuangan Internasional Pada

prinsipnya

manajemen

keuangan


Similar Free PDFs