BUKU PEDOMAN 3R 2014 PDF

Title BUKU PEDOMAN 3R 2014
Author Hendri Septriana
Pages 291
File Size 9 MB
File Type PDF
Total Downloads 33
Total Views 194

Summary

TATA CARA PENYELENGGARAAN UMUM TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH (TPS) 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN UMUM TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH (TPS) 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN Buku 1 : Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarak...


Description

TATA CARA PENYELENGGARAAN UMUM TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH (TPS) 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN

TATA CARA PENYELENGGARAAN UMUM TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH (TPS) 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN Buku 1 : Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat Buku 2 : Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat Buku 3 : Tata Cara Pelaksanaan Pembangunan Fasilitas Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Buku 4 : Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Buku 5 : Tata Cara Monitoring dan Evaluasi Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Buku 6 : Lampiran dan Format Pelaporan

TATA CARA PENYELENGGARAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH (TPS) 3R BERBASIS MASYARAKAT

BUKU 1

KATA PENGANTAR Pelaksanaan program pengurangan kuantitas sampah sebagai program pada skala nasional telah sejalan dengan amanat Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah tersebut terdiri dari pengurangan sampah dan penanganan sampah. Untuk pengurangan sampah biasanya dilakukan pembatasan timbulan sampah, pendaur-ulangan sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan untuk penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pemrosesan akhir sampah. Pengurangan sampah tersebut juga sejalan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006, khususnya kebijakan (1), yaitu pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya. Kementerian Pekerjaan Umum sendiri telah melakukan pilot project di beberapa kawasan untuk pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) Berbasis Masyarakat. Pembangunan/penyediaan sarana penanganan sampah pada skala komunal yang berbasis masyarakat tersebut melalui mekanisme penyediaan dana bantuan sosial untuk setiap lokasi sasaran. Dalam rangka memberikan panduan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan TPS 3R tersebut, maka dibutuhkan buku panduan yang memuat tata cara pemilihan lokasi, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pilihan-pilihan teknologi dalam pengolahan sampah berbasis masyarakat. Buku Tata Cara Penyelenggaraan Umum Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman yang telah disusun ini terdiri dari 6 (enam) jilid buku, yaitu: 1. Buku 1, memuat “Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat” 2. Buku 2, memuat “Tata Cara Perencanaan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat” 3. Buku 3, memuat “Tata Cara Pelaksanaan Pembangunan Fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R” 4. Buku 4, memuat “Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R” 5. Buku 5, memuat “Tata Cara Monitoring dan Evaluasi Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R” 6. Buku 6, memuat “Lampiran dan Format Pelaporan” Diharapkan seluruh pemangku kepentingan pelaksana kegiatan Program TPS 3R Berbasis Masyarakat ini dapat memahami tata laksana dan kaidah-kaidah yang ada di dalam Buku Tata Cara Penyelenggaraan Umum Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman ini serta menerapkannya pada pelaksanaan TPS-3R Berbasis Masyarakat di lokasi sasaran. Semoga panduan ini dapat bermanfaat dan tetap terbuka kesempatan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan TPS 3R Berbasis Masyarakat, untuk memberikan masukan serta saran dan kritik atas buku ini, guna mengoptimalkan hasil dan kebermanfaatan dari pembangunan TPS 3R Berbasis Masyarakat ini. Jakarta, May 2014 Direktur Jenderal Cipta karya Ir. Imam S. Ernawi, MCM., M.Sc.

DAFTAR ISI BUKU 1 TATA CARA PENYELENGGARAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH (TPS) 3R BERBASIS MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

1 1 3

BAB II PRINSIP DAN PENDEKATAN 2.1 Prinsip dan Penyelenggaraan Umum Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat 2.2 Pendekatan Penyelenggaraan Umum Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat 2.2.1 Skala Rumah Tangga 2.2.2 Skala Kawasan 2.2.3 Skala Perkotaan 2.3 Pembiayaan 2.4 Dukungan Pengaturan

5 5

7 9 11 12 13

BAB III PROSES PENYELENGGARAAN 3.1 Tahap Penyelenggaraan 3.2 Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) 3.3 Strategi dan Keberlanjutan Program

15 15 19 20

7

BAB I PENDAHULUAN 1.1

LATAR BELAKANG

Berdasarkan Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, menekankan bahwa pengurangan sampah mulai dari sumber merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat. Dengan kondisi yang ada saat ini, pemilahan dan pengurangan sampah sejak dari sumbernya (antara lain rumah tangga) masih kurang memadai, sehingga berbagai gerakan masih perlu dilakukan, baik di tingkat masyarakat melalui peranan tokoh masyarakat, LSM ataupun pemerintah kota/kabupaten. Namun demikian dengan telah banyaknya praktek-praktek unggulan (best practice) 3R yang cukup sukses dan dapat direplikasikan di tempat lain, target pengurangan sampah sampai dengan tahun 2019 sebesar 25% (Standar Pelayanan Minimal) diharapkan akan dapat tercapai. Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat merupakan pola pendekatan pengelolaan persampahan dengan melibatkan peran aktif dan pemberdayaan kapasitas masyarakat. Pendekatan tersebut lebih ditekankan kepada metoda pengurangan sampah yang lebih arif dan ramah lingkungan. Pengurangan sampah dengan metoda 3R berbasis masyarakat lebih menekankan kepada cara pengurangan, pemanfaatan dan pengolahan sejak dari sumbernya (rumah tangga, area komersil, perkantoran dan lain-lain). Untuk melakukan ini diperlukan kesadaran dan peran aktif masyarakat. Dalam banyak konsep pengelolaan sampah yang diaplikasikan di sejumlah negara, secara umum menggunakan konsep hierarki sampah yang merujuk kepada teori 3R, yaitu reduce (mengurangi sampah), reuse (menggunakan kembali sampah) dan recycle (daur ulang). Teori ini mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah kepada tujuan keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan menghasilkan jumlah minimum sampah. Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu cara penerapannya adalah melalui Penyelenggaraan TPS3R Berbasis Masyarakat, yang diarahkan kepada konsep Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang). Pengelolaan sampah dengan konsep 3R pada skala kawasan merupakan pengelolaan yang dilakukan untuk melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 Kepala Keluarga tetapi tidak lebih dari 1 wilayah Kecamatan. Pengelolaan pelayanan sampah skala kawasan merupakan tanggung jawab masyarakat penghuni bersama pengelola wilayah yang bersangkutan berupa : Kelurahan/Desa, LKMD, RW, Pengelola Komplek Perumahan, Pengelola Pasar, Pengelola Pertokoan/Mall, Pengelola kawasan Industri, Pengelola Komplek Pariwisata, Forum Masyarakat, dan lain-lain. Dalam pelaksanaannya pengelolaan sampah 3R skala kawasan merupakan kegiatan yang terdiri atas : pengumpulan, pemindahan / pengangkutan, dan pengolahan / Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat

1

pemanfaatan sampah. Prinsip 3R dalam pengelolaan sampah erat kaitannya dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), khususnya dalam pelaksanaan penghematan sumber daya (resource efficiency) dan penghematan energi (energy efficiency). Dengan menjalankanprinsip 3R maka terjadi upaya pengurangan ekstraksi sumber daya karena sebagian bahan baku dapat terpenuhi dari sampah yang didaur-ulang dan sampah yang diguna-ulang. Penggunaan bahan baku daur ulang untuk menghasilkan suatu produk telah terbukti menggunakan lebih sedikit energi dibandingkan menggunakan bahan baku alami. Selain hal tersebut diatas, pada saat ini juga telah berkembang salah satu upaya pengurangan sampah di masyarakat Indonesia yang dikenal dengan program Bank Sampah. Berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2012, pengertian Bank Sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Melalui program ini, paradigma yang terbentuk dalam pikiran masyarakat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak berguna dan dibuang begitu saja, diubah menjadi sesuatu yang juga memiliki nilai dan harga. Melalui bank sampah, masyarakat bisa menabung sampah, yang kemudian dalam kurun waktu tertentu bisa menghasilkan uang. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Dengan menukarkan sampah dengan uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sehingga mereka maumemilah sampah. Munculnya bank sampah dapat menjadi momentum awal dalam membina kesadaran masyarakat. Pembangunan bank sampah sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus disertai integrasi dengan Program 3R secara menyeluruh di kalangan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar manfaat langsung yang dirasakan masyarakat tidak hanya kuatnya ekonomi kerakyatan tetapi juga pembangunan lingkungan yang hijau dan bersih sehingga dapat menciptakan masyarakat yang sehat. Dari pendekatan tersebut, maka didalam penyelenggaraan pengelolaan TPS3R Berbasis Masyarakat harus dilakukan secara sinergi dan berkesinambungan harus dilakukan melalui: 1. Proses pelibatan masyarakat 2. Proses pemberdayaan masyarakat 3. Proses pembinaan dan pendampingan Pemerintah Daerah untuk keberlanjutan kegiatan penanganan sampah berbasis 3R Pengurangan sampah dengan 3R dan replikasi ”best practice” memang bukan hal mudah untuk dilakukan karena akan sangat bergantung pada kemauan masyarakat dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pemrosesan sampah konvensional menjadi pola pemilah sampah. Untuk itu diperlukan berbagai upaya baik langsung maupun tidak langsung, seperti : 1. Percontohan Program 3R; 2. Penyuluhan dan pendidikan; 3. Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat. Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat

2

Sejak Pelita V Kementerian Pekerjaan Umum telah memberikan percontohan Program 3R skala kawasan yang disebut UDPK (Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos) dan lebih diintensifkan pada TA. 2007 dengan menerapkan Program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat melalui prinsip 3R di seluruh provinsi. Hasil evaluasi terhadap pendekatan yang pernah dilakukan dengan metode UDPK dianggap kurang berhasil karena masih bersifat orientasi proyek, sedangkan pendekatan 3R yang baru adalah mengunakan pendekatan partisipatif, pemberdayaan dan pendampingan terhadap masyarakat yang cukup intens sehingga diharapkan dapat lebih berhasil. Selanjutnya, kegiatan pengurangan sampah sejak dari sumbernya yang akan dilakukan dengan mengedepankan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat dirasa lebih memadai dan dapat menjadi gerakan moral nasional. Program percontohan TPS 3R ini diselenggarakan melalui pola pembiayaan Bantuan Dana Sosial agar masyarakat lebih berperan aktif dalam seluruh tahapan kegiatan sejak dari perencanaan. Dalam rangka memudahkan berbagai pihak dalam melaksanakan program pengurangan sampah tersebut, disusunlah suatu Tata Cara Penyelenggaraan Umum Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman.

1.2

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari disusunnya Tata Cara Penyelenggaraan Umum Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat adalah membantu para pelaku dilapangan yang akan melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan metode 3R untuk memahami pola 3R dengan pendekatan berbasis masyarakat. Sedangkan tujuan dari diterbitkannya Tata Cara Penyelenggaraan Umum Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakatdi Kawasan Permukiman adalah memberikan penjelasan secara umum mengenai Penyelenggaraan Umum Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat.

Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat

3

Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat

4

BAB II PRINSIP DAN PENDEKATAN 1.1

PRINSIP PENYELENGGARAAN UMUM TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH (TPS) 3R BERBASIS MASYARAKAT

Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat merupakan pola pendekatan dalam pengelolaan sampah yang berorientasi pada penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan upaya pengurangan timbulan sampah dengan mendorong penggunaan barang-barang yang dapat digunakan kembali dan dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable) serta penerapan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir masyarakat akan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen) yang tepat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Pada prinsipnya, penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat diarahkan pada konsep Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang), dimana dilakukan upaya untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya dengan pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas dan lain lain. Reduce ( R1 ) Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah. Seperti menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill), mengurangi bahan sekali pakai, menggunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi, menggunakan alat tulis yang dapat diisi kembali. namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut. Reuse ( R2 ) Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan), seperti menggunakan kertas bolak-balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susuisi ulang(refill), menggunakan kembali wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang, menggunakan baterai yang dapat dicharge kembali dan lain-lain.

Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat

5

Recycle ( R3 ) Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengelolaan seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot dan sebagainya serta mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah, sampah basah yang dapat diolah menjadi kompos dan lain-lain. Untuk menerapkan Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat di kawasan permukiman, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Komposisi dan karakteristik sampah, untuk memperkirakan jumlah sampah yang dapat dikurangi dan dimanfaatkan. 2. Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, untuk mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah 3R yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat. 3. Metode penanganan sampah 3R untuk mendapatkan formula teknis serta prasarana dan sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat setempat. 4. Proses pemberdayaan masyarakat, untuk menyiapkan masyarakat dalam perubahan pola penanganan sampah dari proses konvensional “kumpul-angkut-buang” menjadi “minimalkan-kumpul-pilah-olah-angkut dan buang sisanya”. 5. Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi masyarakat dalam melaksanakan berbagai metode 3R. 6. Keberlanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan poses pengelola sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri. 7. Minimalisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai dengan kebutuhan, memilih bahan yang ramah lingkungan, dsb. 8. Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan mengunakan kembali sampah sesuai fungsinya, seperti halnya pada penggunaan botol minuman atau kemasan lainnya. 9. Upaya mendaur ulang sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah menurut jenisnya, baik yang memiliki nilai ekonomi sebagai material daur ulang (kertas, plastik, gelas/logam, dll) maupun sampah B3 rumah tangga yang memerlukan penanganan khusus (baterai, lampu neon, kaleng, sisa insektisida, dll) dan sampah bekas kemasan (bungkus mie instant, plastik kemasan minyak, dll). 10.Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan mengurangi sampah pada tahap berikutnya.

Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat

6

2.2

PENDEKATAN PENYELENGGARAAN UMUM TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH (TPS) 3R BERBASIS MASYARAKAT

Pengelolaan sampah dengan mengunakan pola pendekatan berbasis masyarakat yang saat ini dianjurkan adalah Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat. Komponen sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat ini terdiri dari prasarana dan sarana yang ada di sumber (rumah tangga), skala kawasan dan prasarana dan sarana di TPS3R. Konsep pelaksanaan pengurangan sampah di Indonesia dapat dilaksanakan dengan 3 (tiga) pendekatan berdasarkan skala berikut : 1. Skala Rumah Tangga 2. Skala Kawasan 3. Skala Perkotaan Komposter

Kompos Kompos

Organik bahan kompos

Materi daur ulang

Organik Residu Rumah Tangga

B3

Gerobak Motor 3R

Non Organik Residu Non Organik

TPS

Lapak

Residu

TPA

Penanganan B3 lanjut AB

Kerajinan Tangan

Sampah Campur

Skala Rumah Tangga

Skala Kawasan

Skala Perkotaan Gambar 2.1 Penanganan Sampah Skala Rumah Tangga, Kawasan dan Perkotaan

2.2.1 SKALA RUMAH TANGGA Penanganan sampah skala rumah tangga hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas pengumpulan, pengangkutan dan pemrosesan sampah, tetapi diharapkan dapat menerapkan upaya minimalisasi timbulan sampah, yaitu dengan cara mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang sampah yang dihasilkan. Pemilahan Sampah Non Organik. 1. Pemilahan Sampah Non Organik Pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu dilakukan, yaitu dengan cara memilah sampah kertas, plastik, dan logam/kaca di masing-masing sumber dengan cara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat, misalnya mengunakan kantong plastik besar atau karung kecil. Khusus untuk sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah tangga, seperti baterai bekas, bola lampu dan lain-lain, diperlukan wadah khusus yang pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan. Hasil pemilahan Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat

7

sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA. 2. Pengelolaan Sampah Organik (Pembuatan Kompos) Sampah organik dibedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) dan sampah organik dari dapur atau sampah basah (nasi, daging, dan lain-lain). Pembuatan kompos secara individu di sumber harus dilakukan dengan cara sederhana dan dapat mengacu pada best practice yang telah ada. Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan dengan beberapa metode, sebagai berikut : a. Komposter Rumah Tangga Individual (untuk melayani 1 keluarga atau 5-7 orang) dan Komunal (untuk melayani 10 keluarga 50-70 orang) b. Metode lubang (hanya...


Similar Free PDFs