Title | Case Report MENINGIOMA |
---|---|
Author | R. Indarto Susilo |
Pages | 37 |
File Size | 1.3 MB |
File Type | |
Total Downloads | 34 |
Total Views | 880 |
Case Report MENINGIOMA DM Bedah Saraf Periode 18 s.d. 21 September 2020 Pembimbing: Dr. Rahadian Indarto Susilo, dr., SpBS (K) Divisi Bedah Saraf – SMF Ilmu Bedah – FK Unair Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo September 2020 DM Bedah Saraf Periode 18 s.d. 21 September 2020 Laksita Taffara Mahdy 0118...
Case Report MENINGIOMA DM Bedah Saraf Periode 18 s.d. 21 September 2020
Pembimbing: Dr. Rahadian Indarto Susilo, dr., SpBS (K) Divisi Bedah Saraf – SMF Ilmu Bedah – FK Unair Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo September 2020
DM Bedah Saraf
Periode 18 s.d. 21 September 2020
Laksita Taffara Mahdy Gery Morales Munthe Azizah Amimathul Firdha Sherly Yolanda Tamara Audrey Kadarusman Alif Sholehen
011823143161 011823143162 011823143163 011823143089 011823143090 011823143114
Divisi Bedah Saraf – SMF Ilmu Bedah – FK Unair Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo 2020
Tinjauan Pustaka
Definisi Meningioma adalah tumor otak jinak yang tumbuh dari arachnoid cap cells durameter dan umumnya tumbuh lambat. Umumnya berbatas jelas.
Karakteristik tumor ini dapat tumbuh dengan besar dan cenderung menghasilkan hiperostosis, infiltrasi atau juga mengerosi tulang. Dapat tumbuh di intrakranial maupun di kanalis spinalis
Holleczek, B., Zampella, D., Urbschat, S., Sahm, F., von Deimling, A., Oertel, J. and Ketter, R., 2019. Incidence, mortality and outcome of meningiomas: A population-based study from Germany. Cancer Epidemiology, 62, p.101562. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tumor Otak. Kementrian Republik Indonesia
Epidemiologi Tumor otak primer tersering, 95% jinak sekitar 36% dari seluruh tumor otak, insidens-nya 98/100,000 orang rasio 2:1 antara wanita dan pria
meningkat seiring dengan bertambahnya usia 90 % di intrakranial 10% di kanalis spinalis
2-3% dari populasi meningioma tanpa keluhan 8% dengan meningioma multipel Holleczek, B., Zampella, D., Urbschat, S., Sahm, F., von Deimling, A., Oertel, J. and Ketter, R., 2019. Incidence, mortality and outcome of meningiomas: A population-based study from Germany. Cancer Epidemiology, 62, p.101562. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tumor Otak. Kementrian Republik Indonesia Wiemels, J., Wrensch, M., & Claus, E. B. (2010). Epidemiology and etiology of meningioma. Journal of neuro-oncology, 99(3), 307–314.
Etiologi ●
The strongest risk factor ○
Usia tua, ppeak 45thn
○
Wanita : pria = 2 : 1
●
Ionizing radiation
●
Genetik, abnormal kr 22 (2x)
●
Hormon ○
(6-10x)
Berkaitan dengan reseptor estrogen, progesteron, dan androgen pada beberapa meningioma
●
Berkaitan dengan kanker payudara
Essential neurosurgery for medical students. 2019. Tumors Vol.17 No.2
Lokasi
Essential neurosurgery for medical students. 2019. Tumors Vol.17 No.2
Lokasi
Essential neurosurgery for medical students. 2019. Tumors Vol.17 No.2
CLINICAL PRESENTATION Meningioma ditanda dengan : ●
Penurunan kesadaran (jarang)
●
Peningkatan TIK
●
Tanda neurologis fokal
●
Epilepsi
Posisi tumor menentukan manifestasi klinis yang dialami pasien. Tumor tumbuh dengan lambat dan seringkali terdapat riwayat perjalanan penyakit yang panjang (beberapa tahun), sebelum diagnosis ditegakkan.
Kaye, A. H. (2005) Essential Neurosurgery. 3rd edition. Melbourne: Blackwell Publishing Ltd.
Parasagittal Tumors ●
● ●
●
Tumor ini paling sering muncul in the middle third of the vault : ○ Epilepsi fokal ○ Paresis (tungkai kontralateral) karena mengenai korteks motorik pada medial lobus frontal posterior Tumor yang muncul di anterior seringkali bilateral : TIK meningkat Tumor ini melibatkan lobus frontal, gejala yang muncul : ○ Pseudopsikiatri ○ Gangguan memori, kecerdasan dan kepribadian ○ Inkontinensia urin → tumor frontal besar, terutama jika bersifat bilateral. Tumor yang timbul dari falx posterior dapat mempengaruhi regio parieto-oksipital : hemianopia homonim.
Kaye, A. H. (2005) Essential Neurosurgery. 3rd edition. Melbourne: Blackwell Publishing Ltd.
Convexity Tumors
● Convexity tumor bisa berkembang menjadi besar jika terletak di depan sutura coronaria : ditandai dengan
peningkatan TIK
● Tumor yang lebih posterior akan menyebabkan gejala neurologis fokal dan epilepsi fokal.
Kaye, A. H. (2005) Essential Neurosurgery. 3rd edition. Melbourne: Blackwell Publishing Ltd.
Sphenoidal Ridge Tumors ●
Tumor yang timbul dari inner sphenoidal ridge : ○
Kompresi saraf optik → keluhan riwayat gangguan penglihatan uni-okular.
●
Tumor yang cukup besar menyebabkan sindrom Foster Kennedy : ○
Papilloedema kontralateral → karena TIK meningkat
○
Atrofi N optikus ipsilateral → jejas pada traktus optikus
○
Anosmia ipsilateral → penekanan bulbus dan traktus olfaktorius
●
Tumor yang melibatkan outer sphenoidal ridge disebut ‘en
plaque’ menyebabkan hiperostosis yang mengakibatkan proptosis. Kaye, A. H. (2005) Essential Neurosurgery. 3rd edition. Melbourne: Blackwell Publishing Ltd.
Olfactory Groove Tumors ●
Olfactory groove meningioma menyebabkan : ○ Anosmia : awalnya unilateral kemudian bilateral. ○ Peningkatan TIK ○ Gangguan penglihatan : karena papilloedem kronis atau kompresi langsung nervus opticus atau chiasma opticus menyebabkan defek lapang pandang. ○ Foster Kennedy syndrome (lebih sering terjadi) ○ Gangguan intelektual : akibat penekanan lobus frontalis. ○ Gangguan psikiatri/kejiwaan : akibat penekanan lobus frontalis. Kaye, A. H. (2005) Essential Neurosurgery. 3rd edition. Melbourne: Blackwell Publishing Ltd.
Suprasellar Tumours
●
Meningioma suprasellar yang timbul dari tuberkulum sellae akan
menyebabkan :
○
Gangguan penglihatan
○
Hemianopia bitemporal
Kaye, A. H. (2005) Essential Neurosurgery. 3rd edition. Melbourne: Blackwell Publishing Ltd.
Ventricular Tumours ●
Tumor yang timbul di ventrikel lateral muncul dengan
gejala : ○
Peningkatan TIK yang berlangsung selama beberapa tahun
○
Gangguan fungsi global ringan pada satu hemisphere
○
Seringkali hemianopia homonim.
Kaye, A. H. (2005) Essential Neurosurgery. 3rd edition. Melbourne: Blackwell Publishing Ltd.
Posterior Fossa Tumours ● Tumor fossa posterior dapat timbul dari cerebellar convexity atau dari ●
●
cerebellopontine angle atau clivus. Tumor cerebellopontine angle mensimulasikan neuroma akustik dengan gejala yang melibatkan : ○ Acoustic nerve (N VIII) ○ Trigeminal nerve (N V) ○ Facial nerve (N VII) ○ Ataxia karena keterlibatan cerebellar dan peningkatan TIK, seringkali karena hidrosefalus yang disebabkan oleh obstruksi ventrikel ke-4. Meningioma yang timbul dari clivus atau regio foramen magnum dapat menekan batang otak secara langsung.
Kaye, A. H. (2005) Essential Neurosurgery. 3rd edition. Melbourne: Blackwell Publishing Ltd.
Pemeriksaan Penunjang ● ● ● ●
CT-Scan kontras MRI (gold standard) Angiografi Endovaskular Biopsi (stereotaktik maupun melalui kraniotomi)
(Kemenkes, 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Jakarta.)
Grading Meningioma Klasifikasi meningioma secara histopatologis menurut WHO 2007
Tatalaksana Tatalaksana tergantung dari: gejala klinis, usia pasien, ukuran, letak, dan lesi tumor ● Terapi konservatif: meningioma asimptomatik -> serial imaging tiap 6 bulan ● Pembedahan ● Radioterapi: disarankan terapi adjuvant pada reseksi inkomplit, tumor rekuren, dan grade tinggi ● Kemoterapi: hasil kurang memuaskan, hanya untuk gagal terapi pembedahan dan radioterapi ● Embolisasi endovaskular: embolisasi pembuluh darah tumor untuk mengurangi perdarahan saat operasi → Tx suportif (Elder et al, 2019)
Prognosis ● Meningioma tipikal dan anaplastik dapat bermetastasis tetapi jarang. Reseksi total dari tumor biasanya memberikan prognosis yang sangat baik. Angka harapan hidup 5 tahunan untuk meningioma tipikal lebih dari 80%, dan turun
menjadi 60% pada meningioma malignan dan atipikal ● 5 years survival rate pasien dengan meningioma adalah: 91,3%. ● Prognosis tergantung histopatologi dan derajat pengambilan tumor.
Kasus
Identitas
Nama
: Ny. W.L
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 71 tahun
Pekerjaan
:-
Alamat:
: Wonokroma
Anamnesis
Keluhan Utama: Penurunan kesadaran RPS: Pasien dikeluhkan penurunan kesadaran gradual sejak 14 jam SMRS. Sebelumnya pasien di keluhkan sering mengalami nyeri kepala yang hilang timbul selama 5 tahun. Muntah (-), kelemahan anggota gerak (-), kejang (-), gangguan penglihatan (-). Pasien merupakan rujukan dari RSI dengan susp. Tumor Serebri.
RPD: DM (-), HT(-) RPK: Tidak ada data
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: KU
: Lemah
TD
: 123/83 ; Nadi: 78 x/m ; RR: 20 x/m ; Temp: 36,6 ; SpO2:
97% (NRM) Kepala/Leher
: anemis (-), ikterus (-), cyanosis (-), dyspneu (-)
Thoraks
: Simetris, retraksi -/-, ves/ves, rh-/-, wh -/-
Abdomen
: Soepel, pembesaran organ (-)
Extremitas
: Akral hangat, kering, merah, CRT 71 tahun) ● Penurunan kesadaran, gradual, sejak 14 jam SMRS. ● Nyeri kepala hilang timbul sebelumnya sejak 5 tahun yang lalu. ● Rujukan dengan s. tumor cerebri Pemeriksaan Fisik ● KU Lemah (Karnoffsky score tidak diketahui) ● SpO2 97% dengan bantuan NRM ● GCS 3-4-5 ● Refleks cahaya menurun/menurun ● Motorik kesan lateralisasi sinistra ● Refleks fisiologis meningkat sebelah kiri ● Refleks patologis positif sebelah kiri
Daftar Masalah Pemeriksaan Penunjang: Laboratoris ● Hb anemis (8,8) ● WBC leukositosis (12.400) Radiologis : ● Terdapat massa di regio fronto-parietal susp. Tumor cerebri primer ekstraaxial susp. Meningioma regio fronto-parietal disertai peri-tumoral bleeding + midline shift ke kiri 23 mm + IVH
Assessment Tumor primer cerebri ekstraaksial Fronto-parietal dextra susp meningioma Frontoparietal dextra + peritumoral bleeding + IVH
Planning Terapi Supportif ● Head trunk up 30ᵒ ● O2 simple mask 6L per menit ● Inf. NaCl 0,9% 1.500cc/24 jam ● Inj. Metamizol 2 x 4 amp IV ● Inj. Metoclopramid 3 x 10 mg IV ● Inj. Omeprazol 2 x 40 mg IV ● Inj. Dexametasone loading dose 10 mg → MD 4x5 mg ● Transfusi PRC 2 kolf/hari target Hb > 10 Operatif ● Cito Craniotomy eksisi tumor
Planning Monitoring ● ● ● ● ●
Gejala klinis GCS Status neurologis Laboratoris: DL, BGA, RFT, LFT Radiologis: CT scan dengan kontras
Terima Kasih...