Compact City Concept - Diniya Ayu Wulandari 10070313029.pdf PDF

Title Compact City Concept - Diniya Ayu Wulandari 10070313029.pdf
Author Diniya A.
Pages 31
File Size 3.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 187
Total Views 438

Summary

COMPACT CITY CONCEPT Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Rancang Kota Semester VI Tahun Akademik 2016/2017 Disusun Oleh: DINIYA AYU WULANDARI 10070313029 ITAS I RS E SL U N IV A M AN G B DUN PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 1435 H / 2016 M i...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Compact City Concept - Diniya Ayu Wulandari 10070313029.pdf Diniya A.

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

RT PLP Sumbermulya Haurgeulis Indramayu.PDF Bambang Sut risno T RANSIT ORIENT ED DEVELOPMENT (T OD), SUSTAINABLE T RANSPORT & COMMUNICAT ION SYST EM Wa Ode Sit t i Juriant i Aswad PERENCANAAN KOTA || COMPACT CIT Y COMPACT CIT Y Febri Fit rianingrum

COMPACT CITY CONCEPT Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Rancang Kota Semester VI Tahun Akademik 2016/2017

Disusun Oleh:

DINIYA AYU WULANDARI

10070313029

M

U N IV

A SL

E

ITAS I RS

B

AN

DUN

G

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 1435 H / 2016 M

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, kemudahan, dan segala limpahan nikmat-Nya, penyusun bisa menyelesaikan Tugas ini dengan baik. Penyusun menyadari bahwa Tugas Rancang Kota ini ini tidak akan berjalan baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Orangtua

tercinta

atas

semua

dukungan

dan

doanya

dalam

menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah rancang kota. 2. Ibu Sri Hidayati Djoeffan, Ir., M.T selaku dosen mata kuliah rancang kota. 3. Teman-teman yang telah memotivasi bekerja sama dalam menyelesaikan laporan ini. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tugas ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan menjadi masukan yang sangat berharga.

Bandung,16 Mei 2016

Penyusun

ii

Halaman i ii 1 3 4 7 8 9 10 12 13 15 17 18 18 21 23 24

Content

Daftar Isi

Kata Pengantar Daftar Isi Sejarah Compact City Definisi Compact City Konsep Compact City Karakteristik Kota Kompak Atribut Kota Kompak Upaya-upaya Untuk Mencapai Kota Kompak Hubungan Dengan Sustainable Development Kelebihan dan Kekurangan Compact City Compact City Design Issue Compact City Hongkong Compact City – Studi Kasus Potensi, Lahan Dan Sumber Daya Transportasi Massal Lahan Campuran Kesimpulan Penerapan Compact City di HongKong Daftar Pustaka

ii

“ Sesungguh orang-orang yang bertakwa itu dalam taman-taman surga dan (dekat) mata air (yang mengalir). Dikatakan kepada mereka, masuklah kedalamnya dengan sejahtera dan aman. Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan diatas dipan-dipan, mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya.” (Al-Hijr : 45-48)

ii

The Compact City is an an urban planning and

urban

design concept, which promotesrelatively high residential density with mixed land uses. It is based on an efficient public transport system and has an urban layout which according to its advocates encourages walking and cycling, low energy consumption and reduced pollution. A large resident population provides opportunities for social interaction as well as a feeling of safety in numbers and 'eyeson the street. It is also arguably a more sustainable urban settlement type than urban sprawlbecause it is less dependent on the car, requiring less (and cheaper per capita) infrastructure provision

(Williams, 2000 cited in Dempsey 2010)

Compact City S

ejarah Compact City (Kota Kompak)

Perkembangan peradaban manusia dari waktu ke waktu telah membuat pembangunan berjalan secara cepat. Perkembangan ini tidak hanya meliputi aspek fisik saja, melainkan meliputi segala aspek termasuk sosial, ekonomi, budaya serta politik. Perkembangan zaman ini menuntut adanya keseimbangan ekosistem, alam dan lingkungan sehingga bisa tercipta keseimbangan dari semua aspek tersebut. Keseimbangan semua aspek pendukung kehidupan ini akan membuat peradaban kehidupan manusia yang berkembang seiring perkembangan zaman akan tetap berjalan dengan baik. Perkembangan zaman yang terjadi dewasa ini tak dapat dipungkiri. Salah satu aspek perkembangan zaman dewasa ini ditandai dengan adanya perkembangan populasi kehidupan manusia. Perkembangan populasi manusia dewasa ini menyebabkan timbulnya berbagai masalah terkait aspek pendukung kehidupan. Perkembangan RANCANG KOTA - PWK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Hj. Sri Hidayati Djoeffan, Ir., MT. Diniya Ayu W.

10070313029

2 populasi manusia ini menyebabkan kebutuhan manusia untuk melangsungkan peradaban kehidupannya semakin meningkat. Populasi manusia yang terus bertambah menyebabkan kebutuhan manusia untuk melangsungkan kehidupannya juga terus meningkat. Jumlah manusia yang terus bertambah menyebabkan kebutuhan manusia juga harus bertambah, tetapi pada kenyataannya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia semakin berkurang. Sumber-sumber pemenuh kebutuhan ini meliputi sumber daya alam baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia terus mengalami pengurangan secara kuantitas maupun kualitas. Penurunan kualitas maupun kuantitas sumber daya alam ini menyebabkan timbul berbagai permasalahan yang dihadapai oleh manusia dewasa ini, permasalahan tersebut, antara lain, kesehatan, kemiskinan, ekonomi, pendidikan, budaya, tata ruang sosial dan lingkungan. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi manusia dewasa ini menyebabkan perlu adanya suatu inovasi untuk mengatasi dan atau meminimalkan masalah ini. Di banyak negara maju dewasa ini diyakini bahwa kota yang berkelanjutan adalah bentuk kota yang kompak (compact city). Hal ini pada dasarnya mengacu pada pengalaman empirik. Ketika pembangunan berkelanjutan telah menjadi agenda global, banyak perencana tata ruang percaya bahwa mereka telah mempunyai konsep yang berkelanjutan: kota yang kompak (compact city). Komunitas yang berkelanjutan adalah tempat yang menunjukkan bentuk perkotaan (urban form) yang kompak. Kota kompak tidak digagas sekedar untuk menghemat konsumsi energi, tetapi juga diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan datang. Dalam konsep kota kompak ini terdapat gagaasan yang kuat pada perencanaan urban containment, dimana menyediakan suatu konsentrasi dari penggunaan campuran secara sosial berkelanjutan, mengkonsentrasikan pembangunan dan mereduksi kebutuhan perjalanan, hingga mereduksi emisi kendaraan. Pada beberapa negara, terutama negara-negara maju, ide dasar kota kompak itu telah berhasil diusung ke dalam tingkat aplikasi pada sebuah atau beberapa kebijakan kota. Hal ini karena sifat responsif mereka terhadap isu-isu model pembangunan berkelanjutan (terutama gagasan wawasan lingkungan dalam kota kompak ini) dan rintangan mereka pada aspek kesejahteraan masyarakat kota relatif kecil. Selain itu, beberapa perencana meyakini secara tradisional kota-kota periode terdahulu, terutama di daratan Eropa, adalah bertipe kompak. Amerika Serikat, Eropa dengan Inggris dan Belanda sebagai pelopornya, Australia, dan Jepang adalah negara-negara yang saat ini secara intensif mengaplikasikan kebijakan kota kompak dalam perencanaan ruang kotanya. Di tataran negara berkembang sejak satu dasa warsa terakhir, diskusi kota kompak pun telah berlangsung dan dicoba diaplikasikan ke dalam perencanaan kotanya. Dhaka, Delhi, Bangkok, Teheran, Kairo, Cape Town, Hongkong, Taiwan, dan banyak kota di Amerika Latin adalah banyak kota yang dilaporkan telah mengadopsi ide kota kompak melalui gerakan kembali ke pusat kota. RANCANG KOTA - PWK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Hj. Sri Hidayati Djoeffan, Ir., MT. Diniya Ayu W.

10070313029

3 Perhatian besar saat ini telah berfokus pada hubungan antara bentuk kota dan keberlanjutan (sustainabillity). Dalam berbagai diskusi tentang pola-pola ruang dan bentuk kota yang berkelanjutan, satu isu yang di perkenalkan adalah kota yang kompak (compact city). Argumen-argumen yang kuat sedang dimunculkan bahwa kota kompak adalah bentuk kota yang dianggap paling berkelanjutan. Sulit untuk menerapkan konsep kota kompak secara utuh ke dalam perencanaan kota di negara berkembang karena banyaknya permasalahan yang ada. Pada umumnya di kota-kota Negara berkembang adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya infrastruktur sosial yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang melebihi pertumbuhan ekonomi. 2. Meningkatnya hunian liar (squatter) 3. Spekulasi tanah 4. Sulitnya urban redevelopment melalui demolisi permukiman kumuh. 5. Lemahnya sitem transportasi publik 6. Kurangnya kapasitas perencanaan kota Kesuksesan kebijakan kota kompak pada negara-negara berkembang seharusnya diukur melalui sudut pandang ini.

D

efinisi Compact City (Kota Kompak)

Compact city adalah suatu konsep desain dan perencanaan perkotaan yang terfokus terhadap pembangunan berkepadatan tinggi dengan penggunaan yang beragam dan bercampur jadi satu dalam suatu lahan yang sama untuk mengefisienkan lahannya semaksimal mungkin. Compact city pertama kali dicetuskan oleh George Dantzig dan Thomas L. Saaty yang merupakan matematikawan yang memiliki sebuah pikiran mengenai bagaimana cara untuk menggunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin. Pemikiran tersebut lalu menginspirasi banyak perencana untuk membuat rencana kota yang jauh lebih efisien. Konsep compact city didasarkan kepada sistem transportasi publik yang efisien dan memiliki wajah perkotaan yang lekat dengan banyaknya jalur pejalan kaki dan sepeda. Konsep ini mengusahakan agar sesedikit mungkin penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi dan menghabiskan banyak energy. Selain itu, konsep ini meminimalkan jarak tempuh sehingga ketergantungan akan kendaraan bermotor akan berkurang. Dengan begitu kehidupan yang lebih ramah lingkungan dapat tercapai. Definisi compact city menurut Burton (2000) dalam tulisannya menekankan pada dimensi ‘kepadatan yang tinggi’. Pendekatan compact city adalah meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan aktifitas ekonomi, sosial dan budaya perkotaan, dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat

RANCANG KOTA - PWK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Hj. Sri Hidayati Djoeffan, Ir., MT. Diniya Ayu W.

10070313029

4 keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan (Jenks, 2000). Compact City atau Kota kompak diartikan sebagai sebuah strategi kebijakan kota yang sejalan dengan usaha perwujudan pembangunan berkelanjutan untuk mencapai sebuah sinergi antara kepadatan penduduk kota yang lebih tinggi pada sebuah ukuran ideal sebuah kota, pengkonsetrasian semua kegiatan kota, intensifikasi transportasi publik, perwujudan kesejahteraan sosial-ekonomi warga kota menuju peningkatan taraf dan kualitas hidup kota.

K

onsep Compact City (Kota Kompak)

Dalam berbagai diskusi tentang pola-pola ruang dan bentuk kota yang berkelanjutan, wacana yang diistilahkan sebagai Kota Kompak (compact city) tampaknya telah menjadi isu paling penting dewasa ini. Perhatian besar saat ini telah memfokuskan pada hubungan antara bentuk kota dan keberlanjutan, bahwa bentuk dan kepadatan kota-kota dapat berimplikasi pada masa depan mereka. Tidak dipungkiri bahwa gagasan Kota Kompak didominasi oleh model dasar dari pembangunan yang padat dari banyak kota-kota bersejarah di Eropa. Maka tidak mengherankan jika para penganjur paling kuat bagi Kota Kompak adalah Komunitas Eropa (Commission of the European Communities).

Kota Kompak ini memang digagas tidak sekadar untuk menghemat konsumsi energi, tetapi juga diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan datang. Ada suatu hubungan yang sangat kuat antara bentuk kota dengan pembangunan berkelanjutan, tetapi sebenarnya tidaklah sesederhana itu atau bahkan langsung RANCANG KOTA - PWK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Hj. Sri Hidayati Djoeffan, Ir., MT. Diniya Ayu W.

10070313029

5 berbanding lurus. Ini seolah-olah telah dikesankan bahwa kota yang berkelanjutan adalah ”Mesti terdapat suatu ketepatan dalam bentuk dan skala untuk berjalan kaki, bersepeda, efisien transportasi masal, dan dengan kekompakan dan ketersediaan interaksi sosial Namun demikian, dalam Kota Kompak ini terdapat gagasan yang kuat pada perencanaan ”urban containment”, yakni menyediakan suatu konsentrasi dari penggunaaan campuran secara sosial berkelanjutan (socially sustainable mixed uses), mengkonsentrasikan pembangunan-pembangunan dan mereduksi kebutuhan perjalanan, hingga mereduksi emisi kendaraan-kendaraan. Oleh karena itu promosi penggunaan transportasi publik/masal (public transport ), kenyamanan berlalu-lintas, berjalan kaki dan bersepeda adalah sering dikutip sebagai solusi. Lebih lanjut, melalui perencanaan efisiensi penggunaan lahan, yang dikombinasikan dengan skema daya listrik dan pemanasan, dan bangunan hemat energi juga akan dapat mereduksi emisi-emisi polutan yang beracun. Kepadatan tinggi dapat membantu membuat persediaan fasilitas-fasilitas (amenities) dan secara ekonomis, serta mempertinggi keberlanjutan sosial. Ide kota kompak ini pada awalnya adalah sebuah respon dari pembangunan kota acak (urban sprawl development), seperti ditunjukkan perbedaannya pada tabel dibawah ini Tabel. 1 Perbandingan Antara Pembangunan Acak dan Compact City Strategy Roychansyah (2006)

Aspek Kepadatan Pola pertumbuhan Guna lahan Skala Layanan komunitas Tipe komunitas

Transportasi

Pembangunan Acak (Sprawl Development) Kepadatan rendah Pembangunan pada peri-peri kota, ruang dan ruang hijau, melebar Homogen, terpisah-pisah Skala besar (bangunan yang lebih besar, blok, jalan lebar), kurang detil, artikulasi bagi pengendara mobil Shopping mall, perjalanan mobil, jauh, sukar untuk ditemukan Perbedaan rendah, hubungan antar anggota lemah, hilangnya ciri komunitas Transportasi yang berorientasi pada kendaraan pribadi, kurang penghargaan pada pejalan kaki, sepeda, dan transit publik

Compact City Strategy (Anti-Sprawl Development) Kepadatan tinggi Pembangunan pada ruangruang sisa/antara,compact “Mixed”, cenderung menyatu

Skala manusia, kaya dengan detil, artikulasi bagi pejalan kaki Main street, jalan kaki, semua fasilitas mudah ditemukan Perbedaan tinggi dengan hubungan yang erat, karakter komunitas tetap terpelihara Transportasi multi-sarana, penghargaan pada pejalan kaki, sepeda, dan transit publik

RANCANG KOTA - PWK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Hj. Sri Hidayati Djoeffan, Ir., MT. Diniya Ayu W.

10070313029

6 Aspek

Disain jalan

Disain bangunan

Ruang publik

Biaya pembangunan Proses perencanaan

Pembangunan Acak (Sprawl Development) Jalan didisain untuk memaksimalkan volume kendaraan dan kecepatannya (collector roads, cul de sac) Bangunan jauh terletak/ditarik ke belakang (set back), rumah tunggal yang terpencar Perujudan kepentingan pribadi (yards, shopping malls, gated communities, private clubs) Biaya yang tinggi bagi pembangunan baru dan biaya layanan publik rutin Kurang terencana, hubungan pelaku pembangunan dan aturan lemah

Compact City Strategy (Anti-Sprawl Development) Jalan didisain untuk mengakomodasikan berbagai macam kegiatan (traffic calming, grid streets) Bangunan sangat dekat dengan jalan, tipe tempat tinggal beragam Perujudan kepentingan publik (streetscapes, pedestrian environment, public park and facilities) Biaya yang rendah bagi pembangunan baru dan biaya layanan publik rutin Terencana dan hubungan pelaku pembangunan dan aturan baik (community based)

Jika dilihat dari table diatas, sangat mungkin ini adalah siklus berulang perkembangan kota dan tarik menarik kepentingan pada fungsi kota sejak 2 abad terakhir ini, silih berganti antara memusat dan menyebar (centrist dan de-centrist), seperti telah disinyalir oleh Breheny (1992). Pilihan kompak atau tidak kompak dalam menjawab masalah keberlanjutan dalam sebuah “organisme” kota sebenarnya sangat bergantung pada kecenderungan, perilaku, kapasitas, fleksibiltas, dan tentunya kebijakan dalam sebuah kota. Yang kiranya cukup penting adalah optimalisasi tingkat kekompakan kota (city compactness level) dalam menjawab tantangan ini (Roychansyah, 2006). Meskipun dalam konsep operasionalnya sangat beragam, dewasa ini di dunia strategi “kota kompak” (compact city strategy) telah dipandang sebagai alternatif utama ide pengimplementasian pembangunan berkelanjutan dalam sebuah kota (Roo, 2000, Jenks, 1996, Kaidou, 2002). Sebagai akibatnya, ide ini diadopsi oleh banyak kota di dunia, utamanya di Negara--negara maju. Kecenderungan pengadopsian ide ini, di samping membawa efek positif pada wacana pembangunan berkelanjutan, tetapi banyak pula yang diterapkan apa adanya tanpa mempertimbangkan permasalahan kota yang ada dan kekhasan sebuah kota (Roychansyah, 2006). Sebagai konsep tata ruang fungsional, compact city sesungguhnya merupakan tipikal kota-kota lama di Eropa (LeClercq dan Hoogendoorn 1983 dalam Roo, 2003) yang mempunyai prinsip-prinsip: 1. Menekankan kota dan lansekap; 2. Pembangunan ditambahkan pada struktur yang telahada; 3. Mengkombinasikan fungsi-fungsi dalam tingkat bagian wilayah kota;

RANCANG KOTA - PWK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Hj. Sri Hidayati Djoeffan, Ir., MT. Diniya Ayu W.

10070313029

7 4. Menyebarkan fasilitas dalam rangka membatasi lalu lintas dan meningkatkan aksesibilitasbagi penduduk; 5. Pembangunan dengan kepadatan tinggi; serta 6. Penekanan padatransportasi umum. Dalam konteks inilah konsep compact city dianggap sebagai jawaban terhadap gejala urban sprawl yang dewasa ini telah menjadi gejala global. Manfaatcompact city dibandingkan dengan urban sprawl, adalah (Burton, 2001) 1. Kebergantungan yang lebih kecil pada kendaraan bermotor sehingga menimbulkanemisi yang lebih rendah. 2. Pengurangan konsumsi energi. 3. Pelayanan transportasi umum yang lebih baik. 4. Peningkatan aksesibitas secara keseluruhan. 5. Penggunaan kembali (re-use) prasarana dan lahan yang telah dibangun. 6. Regenerasi kawasan perkotaan dan vitalitas perkotaan. 7. Kualitas hidup yang lebih tinggi. 8. Preservasi ruang terbuka hijau. 9. Penciptaan lingkungan untuk meningkatkan kegiatan bisnis dan perdagangan

K

arakteristik Kota Kompak (Compact City)

Density : Salah satu cirri dari kota kompak ialah kepadatan wilayahnya tinggi, karena penduduk diarahkan untuk memusat pada satu titik, yang didukung dengan pengadaan seluruh pendukung aktivitas yang mengumpul. Growth Pattern : Tidak seperti urban sprawl yang pola pertumbuhannya terletak dipinggiran kota, pada kota kompak, pola pertumbuhan diarahkan untuk mengisi ruang yang ada ditengah kota lebih dahulu, atau yang terbangun (Brownfield). Landuse : Penggunaan lahan pada kota kompak bersifat campuran, Karena untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang bersifat campuran juga Scale : Skala masa yang ada didalam kota bersifat manusiawi (Bangunan-bangunan kecil dengan Jalan yang lebih manusiawi utnuk pergerakan dan detail kota pun dapat diperhatikan). Community Service : Pelayanan pada tingkat komunitas. Biasanya pada Urban Sprawl, masyarakat lebih dituntut untuk bergantung pada kendaraan pribadi seperti mobil maupun kendaraan lainnya yang bisa menempuh jarak jauh perjalanan. Sedangkan pada Kota kompak, perjalanan dapat dilakukan dengan lebih mudah (main street) RANCANG KOTA - PWK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Hj. Sri Hidayati Djoeffan, Ir., MT. Diniya Ayu W.

10070313029

8 Neighborhood : Lingkungan ketetanggaan dalam konsep Kota Kompak lebih erat lagi dibanding lingkungan ketetanggaan apabila pembangunan pola urban sprawl terjadi. Karena didukung dengan pemusatan kegi...


Similar Free PDFs