DIETARY ASSESSMENT OF INDIVIDUAL LEVEL (24 HOURS RECALL) PDF

Title DIETARY ASSESSMENT OF INDIVIDUAL LEVEL (24 HOURS RECALL)
Author Fepy Sisiliay
Pages 23
File Size 263.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 162
Total Views 297

Summary

DIETARY ASSESSMENT OF INDIVIDUAL LEVEL (24 HOURS RECALL) Makalah Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Nutrition Assessment Oleh Fepy Sisiliay (A2/145070300111024) PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang M...


Description

DIETARY ASSESSMENT OF INDIVIDUAL LEVEL (24 HOURS RECALL) Makalah Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Nutrition Assessment

Oleh

Fepy Sisiliay (A2/145070300111024)

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Agar kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, maka harus mengonsumsi makanan setiap hari sesuai dengan anjuran gizi. Makanan yang dikonsumsi seseorang dapat diketahui jumlah dan kandungan zat gizinya dengan cara melakukan penilaian konsumsi makanan atau survei diet. Peran dan kedudukan penilaian status gizi (PSG) didalam ilmu gizi adalah untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu dan masyarakat. PSG adalah interprestasi dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi kurang/ buruk. Metode PSG ini diantaranya metode antopometri, biokimia (biochemical), metode penilaian klinis (Clinical Asessment) , dan penilaian pola makan (Dietary Asessment). Dietary Assessment atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode tidak langsung yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 88). Sedangkan secara khusus, dimaksudkan untuk menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat, menentukan status gizi keluarga maupun individu, sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi. Berdasarkan jenis data yang diperoleh dapat dihasilkan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kualitatif antara lain : metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary history, metode telepon dan metode pendaftaran makanan (food list).

Sedangkan metode yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak. Metode pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain : metode recall nutrition, perkiraan makanan (estimated food records), penimbangan makanan (food weighing), metode food account, metode inventaris (inventory method) dan pencatatan (household food records). Saat ini metode recall 24 jam masih dipilih sebagai metode pengumpulan data konsumsi pangan dengan pertimbangan tidak membutuhkan waktu dan biaya yang besar akan tetapi mempunyai tingkat akurasi yang lebih rendah. Secara rinci metode recall nutrition akan dibahas pada makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan metode recall 24 jam? 2. Bagaimana prosedur metode recall 24 jam? 3. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode recall 24 jam? 4. Apa saja kesalahan yang sering terjadi dalam metode recall 24 jam? 5. Bagaimana caranya agar data atau hasil yang diperoleh dari metode recall 24 jam tetap valid? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi metode recall 24 jam. 2. Untuk mengetahui prosedur metode recall 24 jam. 3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan metode recall 24 jam. 4. Untuk mengetahui kesalahan yang sering terjadi dalam metode recall 24 jam. 5. Untuk mengetahui caranya agar data atau hasil yang diperoleh dari metode recall 24 jam tetap valid. 1.4 Manfaat Penulisan makalah ini diharapkan sebagai bahan kajian untuk para pembaca khususnya ahli gizi mengerti prosedur metode recall yang benar serta dapat meminimalisir kesalahan yang sering terjadi saat pengambilan data

dengan menggunakan metode recall 24 jam. Selain itu dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca atau ahli gizi mengetahui caranya agar data atau hasil yang diperoleh dari metode recall 24 jam tetap valid.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Metode Recall 24 Jam Metode 24 hours recall merupakan tehnik yang paling sering digunakan baik secara klinis maupun penelitian. Metode ini mengharuskan pelaku mengingat semua makanan dan jumlahnya sebaik mungkin dalam waktu tertentu ketika tanya jawab berlangsung. Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu (Suharjo, et al, 1986). Wawancara

dilakukan

sedalam

mungkin

agar

responden

dapat

mengungkapkan jenis bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu. Agar wawancara berlangsung sistematika yang baik, maka terlebih dahulu perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner tersebut mengarahkan wawancara menurut urutan waktu makan dan pengelompokkan bahan makanan (Riyadi, 2001). Kuantitas pangan di recall meliputi semua makanan dan minuman yang dikonsumsi termasuk suplemen vitamin dan mineral (Gibson, 1990). 2.2 Prosedur Metode Recall 24 Jam Berikut langkah-langkah metode recall 24 jam menurut Supariasa (2001) : 1. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lainlain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan seharihari. 2. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1×24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulangulang dan harinya tidak berturut-turut. Karena hasilnya yang diperoleh dapat menggambarkan asupan zat gizi yang lebih optimal. Dan memberi variasi yang lebih besar tentang intake harian individu.

3. Menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Daftar URT digunakan dalam menaksirkan jumlah bahan makanan, bila ingin mengkonversi dari URT kedalam ukuran berat (gram) dan ukuran volume (liter). Pada umumnya URT untuk setiap daerah dan rumah tangga berbeda-beda, oleh karena itu sebelum menggunakan daftar URT perlu dilakukan koreksi sesuai dengan URT yang digunakan. Terutama untuk ukuran-ukuran potong, buah, butir, iris, bungkus, biji, batang, ikat dan lain-lainnya, sehingga informasi dan pencatatan harus dilengkapi dengan besar dan kecil ukuran bahan makanan atau makanan tersebut. Menurut Susanto (1987) untuk memudahkan dalam mengingat kembali jumlah makanan yang dikonsumsi setiap orang maka diperlukan bantuan contoh bahan makanan (food models) yang telah dibakukan beratnya. 4. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). 5. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia. Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperoleh suatu standar kecukupan yang dianjurkan atau Recomended Dietary Allowance (RDA) untuk populasi yang diteliti. Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang digunakan saat ini secara nasional adalah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 (Supariasa, 2001). Dasar penyajian Angka Kecukupan Gizi (AKG) : a. Kelompok umur b. Jenis kelamin c. Tinggi badan d. Berat badan e. Aktivitas f. Kondisi khusus (hamil atau menyusui)

Berhubung AKG yang tersedia bukan menggambarkan AKG individu, tetapi golongan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan standar. Untuk menentukan AKG individu dapat dilakukan dengan meletakkan koreksi terhadap BB nyata individu/perorangan tersebut dengan BB standar yang ada pada tabel AKG. Menurut Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004, Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk perorangan/individu diperoleh dari perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang. Caranya yaitu dengan membandingkan pencapaian konsumsi zat gizi individu tersebut terhadap AKG. Menurut Depkes RI (1990) bahwa klasifikasi tingkat konsumsi makanan di bagi menjadi empat dengan cut of points sebagai berikut : 

Baik

: ≥100 % AKG



Sedang

: 80-99 % AKG



Kurang

: 70-80 % AKG



Defisit

:...


Similar Free PDFs