Title | Etika Pelayanan Pelanggan |
---|---|
Author | P. Pamungkas |
Pages | 15 |
File Size | 744.9 KB |
File Type | |
Total Downloads | 161 |
Total Views | 629 |
Caritas pro Serviam, Edisi XXXVII, November 2018 ETIKA PELAYANAN PELANGGAN Paulus Glorie Pamungkas Dosen Program Studi Sekretari ASMI Santa Maria Yogyakarta Abstract This article describes service to customers. In general, services are carried out by companies based on the conditions agreed in the S...
Accelerat ing t he world's research.
Etika Pelayanan Pelanggan Paulus Glorie Pamungkas Caritas Pro Seviam
Cite this paper
Downloaded from Academia.edu
Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles
Related papers ET HOS KERJA / PROFESI Rini Lest ari Kelas10 smk penjualan Jilid1 devi fandi pamungkas BAB PENGANTAR ET IKA PROFESI PNS Muhammad Ziyad Al Fajar
Download a PDF Pack of t he best relat ed papers
Caritas pro Serviam, Edisi XXXVII, November 2018
ETIKA PELAYANAN PELANGGAN
Paulus Glorie Pamungkas Dosen Program Studi Sekretari ASMI Santa Maria Yogyakarta Abstract This article describes service to customers. In general, services are carried out by companies based on the conditions agreed in the SOP. Good service is the one that is in accordance with procedures made by the company and carried out with good etiquette. This article digs deeper that good service is not only based on the provisions of procedures and etiquette, but also on the ethical behavior that arises from within a person. To support the growth of ethical behavior in each service provider (employee) within the company, a supporting working conditions or work ethic is needed. Keywords: service, customer, ethics, work ethic semakin membaiknya pelayanan maka
A. Pendahuluan Kata 'pelayanan' tidaklah asing di
orang
yang
dilayani
(tamu
atau
telinga setiap orang. Hampir semua
pelanggan)
orang mengalami berbagai pelayanan
mendapatkan kepuasan dan dampaknya
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
akan positif bagi perusahaan atau kalau
pelayanan di toko, restoran, bank,
bagi toko atau restoran pelanggan akan
kampus,
kantor
setia berbelanja, perusahaan / toko /
pemerintahan, dan lain-lain. Setiap
warung semakin meningkat keun-
pegawai yang berada di posisi depan
tungannya,
(front office) selalu menyapa dengan
meningkat, kepuasan konsumen atau
kalimat “ada yang bisa saya bantu?”,
stakeholder
ungkapan tersebut menunjukkan bahwa
sebagainya.
tempat
kerja,
akan
merasa
kepercayaan
juga
dihargai,
pelanggan
terasa,
dan
pegawai tersebut siap melayani, atau
Berikut penulis paparkan salah
dengan kata lain perusahaan atau
satu contoh kisah pelayanan di salah
pegawai
satu supermarket yang diambil dari
pentingnya
tersebut
menekankan
pelayanan.
ASMI Santa Maria Yogyakarta
Dengan
kompasiana.com: 64
Caritas pro Serviam, Edisi XXXVII, November 2018
“Saya selalu sensitif dengan pelayanan buruk kasir/customer service terhadap customer yang datang untuk berbelanja. Seperti pengalaman saya sore ini ketika berbelanja di Giant Cimanggis bersama mba Paulina Kristi Taylor. Saya pikir pelayanan yang baik adalah salah satu misi penting bagi perusahaan yang menjual barang atau jasa untuk memberikan kenyamanan dan kepercayaan kepada para customer agar betah berbelanja dan tidak berpaling ke 'competitor' mereka. Sebenarnya mudah saja untuk berpaling, seperti yang kita tahus aat ini swalayan sangat menjamur di mana-mana bahkan sampai ke pelosok. Sesampainya di TKP, kami menitipkan barang bawaan kami (tas, tempat minum). Seorang wanita paruh baya melayani kami, dengan entengnya dia berkata, "Air minumnya dibawa aja, takut tumpah." Ups, saya rasa sikapnya kurang santun, saya menitipkan barang demi kenyamanan berbelanja dan sekarang saya harus menenteng air minum yang jelasjelas saya tutup rapat dan tidak mungkin tumpah jika seseorang tidak membukanya. Hmm, baiklah saya menuruti kemauan wanita tersebut. Berbelanja di swalayan memang self service ketika mengambil barangbarang yang kita butuhkan. Namun ketika di kasir, alangkah senangnya jika disambut hangat dengan senyuman dan sapaan ramah oleh kasir yang sedang bertugas. Hanya saja di tempat ini, saya heran kenapa sang kasir tidak mau memberikan sedikit saja senyuman ASMI Santa Maria Yogyakarta
dia dan sikap ramah terhadap kami. Pertanyaan mulai muncul di benak saya, apakah mereka tidak mendapatkan training untuk melayani pelanggan? atau memang begitu cara pelayanan mereka? Ah, entahlah.. Mencoba untuk berpikiran positif, mungkin memang kami yang salah karena kami mendatangi kasir rokok untuk membayar belanjaan kami. Di sana ia hanya melayani pembayaran, tidak sekaligus membungkus belanjaan kami. "Kalo mau dilakban atau diikat silahkan ke customer service." Ucapnya dengan wajah datar, dan sekali lagi tanpa senyum ramah yang kami harapkan. "Memang di sini tidak bisa mba?" tanyaku. "Ya gak bisa, ini kan kasir rokok." jawabnya. Ah, baiklah.. kami salah masuk kasir. Dengan membawa 2 kardus berisi susu anak-anak, kami menuju ke customer service/tempat penitipan barang yang semula kami datangi. Bertemu lagi dengan wanita paruh baya tadi yang sebelumnya melayani penitipan barang kami. "Minta tolong dilakban ya bu." Ucap kami berusaha ramah. Dalam beberapa menit dia sudah menyelesaikan tugasnya. "Boleh minta plastik juga bu?" Ucapku. "Ambil aja sendiri di kasir sana, di sini mah ga ada plastik, adanya tali." Ucap wanita tersebut tanpa rasa bersalah sedikitpun. "Apakah kami bisa minta tolong untuk diambilkan plastiknya?" "Gak bisa bu, ibu kalo mau ambil aja sendiri di sana. Di sini ga nyediain plastik. Saya ga keluar dari area ini karena banyak yang dateng." 65
Caritas pro Serviam, Edisi XXXVII, November 2018
Ucapnya dengan nada bicara mulai meninggi. Saya perhatikan dia tidak sendiri di sana, ada seorang lagi wanita muda yang lalu membantu kami mengambil barang titipan. Emm, mungkin jika dia memang sendiri, kami bisa mengerti. Tapi untuk kali ini sulit untuk dimengerti.. Akhirnya, dengan perasaan kesal teman saya mendatangi kasir nan jauh di sana untuk meminta plastik. Dan terkejut sekali dia ketika mendapati sang kasir ingin melempar kembali ke customer service tadi, "Di sana (cust service) juga ada plastik kok bu, minta saja." Bayangkanlah bagaimana perasaan teman saya. "Udah mba, saya minta di sini aja, daripada saya berantem sama customer servicenya." Teman saya kembali dengan dua buah plastik besar di tangannya. Tiba-tiba, seorang laki-laki berperawakan tinggi besar dengan rambut yang cukup terlihat banyak beruban datang ke area tersebut. Tampaknya dia adalah koordinator area customer service/penitipan barang. Seketika itu pula, wanita paruh baya tersebut tiba-tiba menghilang, seperti menghindar. Dan lelaki tersebut melayani kami dengan ramah. Syukurlah kami bertemu orang ramah kali ini, sedikit terobati atas perlakuanperlakuan 'buruk' sebelumnya. "Sini bu saya bantu." Ucapnya ramah sambil memasukkan kardus kami dan mengikat pegangan plastik dengan tali agar kami mudah membawanya. "Apakah di sini ada kotak saran pak? Saya merasa kecewa dengan pelayanan disini." Ucap saya terbuka, emm bahkan ASMI Santa Maria Yogyakarta
sebenarnya ingin sekali bertemu dengan manager swalayan tersebut. Sambil lirik kanan kiri berharap orang yang saya cari (manager) terlihat. "Tidak ada bu. Maksudnya kecewa dengan kasir atau ibu yang tadi?" "Ibu yang tadi, tolong ingatkan dia untuk bersikap lebih ramah terhadap customer. Klo begini caranya, customer bisa loncat ke tempat lain pak." "Iya bu, mohon dimaafin aja ya bu dia nya. Memang orangnya seperti itu." Dengan senyuman ramah, ia berusaha bersikap baik terhadap kami. "Oke, terima kasih ya pak sudah bersikap baik terhadap kami." Ucapku sambil tersenyum dan berlalu pergi. Berbagai pikiran hinggap di kepala saya. Menurut saya, tipe orang seperti itu lebih baik ditempatkan di area gudang, tempat yang tidak bersentuhan langsung dengan customer. Ah, ada-ada saja sore ini..” (https://www.kompasiana.com/k eyrisma/551fe83f813311186e9d e658/pelayanan-buruk-pasarswalayan, diakses tanggal 16 November 2018) Kisah tersebut di atas merupakan salah satu dari sekian banyak kisah pelayanan yang terjadi di berbagai tempat. Yang menjadi pertanyaan dalam tulisan ini adalah: 1. “Mengapa masih ada perusahaan/ toko/instansi
pemerintah
yang
66
Caritas pro Serviam, Edisi XXXVII, November 2018
memberikan pelayanan yang kurang
perbedaan antara “etika” dan “etiket”.
baik terhadap pelanggan?”.
Sering
kali
kedua
istilah
ini
2. ”Apa yang menyebabkan pelayanan
dicampuradukkan begitu saja, padahal
terhadap pelanggan itu berjalan
perbedaan di antaranya sangat hakiki.
dengan baik atau justru kurang
“Etika” berarti “moral”, dan “etiket”
baik?”.
berarti “sopan santun”. Di samping
Kebanyakan terjadi perusahaan
perbedaan, ada juga persamaannya.
memberikan suatu pelayanan karena
Etika dan etiket menyangkut perilaku
memang prosedurnya mengharuskan
manusia, kedua istilah tersebut hanya
demikian, misalnya: pelayanan kepada
dipakai mengenai manusia. Persamaan
tamu atau pelanggan diatur dalam SOP
berikutnya adalah bahwa baik etika
penerimaan tamu. Melalui berbagai
maupun
etiket
macam latihan atau training, setiap
manusia
secara
pegawai yang berada di posisi depan
memberi norma bagi perilaku manusia
(front office) menjadi sangat kelihatan
dan dengan demikian menyatakan apa
trampil dalam memberikan pelayanan.
yang harus dilakukan atau tidak boleh
Dalam
ingin
dilakukan. Justru karena sifat normatif
mengkaji lebih jauh, apakah cukup
ini kedua istilah tersebut mudah
sebuah
hanya
dicampuradukkan (Bertens, 2013, 7).
didasarkan pada prosedur. Penulis akan
Untuk lebih jelasnya perbedaan etiket
mengkaji
dan etika sebagai berikut
artikel
ini
pelayanan
kaitan
penulis
yang
antara
pelayanan
kepada pelanggan dengan etika/ethos
mengatur normatif,
perilaku artinya
Etiket menyangkut cara manusia
kerja.
melakukan
B. Pembahasan
menunjukkan cara yang tepat artinya
1. Pengertian etika, etiket dan
cara yang diharapkan serta ditentukan dalam
moral Istilah
“etika”
sebuah
perbuatan.
kalangan
Etiket
tertentu.
dalam
Umumnya, tata cara tersebut sudah
penggunaannya seringkali disamakan
menjadi kebiasaan dari jaman nenek
dengan “etiket”. Untuk menjernihkan
moyang. Sebagai contoh, di masyarakat
istilah, penulis akan mengawali dengan
Indonesia khususnya masyarakat Jawa,
ASMI Santa Maria Yogyakarta
67
Caritas pro Serviam, Edisi XXXVII, November 2018
setiap orang yang menyerahkan barang,
dari orang lain. Hal ini karena orang
etiketnya adalah menggunakan tangan
tersebut telah melanggar norma dan
kanan. Begitupun penerima barang, dia
akibat dari pelanggaran norma tersebut
harus menggunakan tangan kanan saat
orang
menerima pemberian orang. Hal ini
hukum dan sosial.
menjadi etiket kesopanan dan sudah
Etiket
dilakukan hingga
selama
bertahun-tahun
sekarang. Sebaliknya,
jika
mendapatkan
hanya
sanksi
secara
berlaku
untuk
pergaulan. Etiket lebih mengarah pada kebiasaan
di
lingkungan
sosial.
orang menyerahkan atau menerima
Misalnya, saat orang makan di tempat
barang dengan tangan kiri, maka orang
umum sambil mengangkat kaki di atas
tersebut dianggap tidak memiliki etiket
meja. Bagi sebagian orang hal tersebut
atau orang yang tidak sopan.
akan terlihat tidak sopan. Akan tetapi
Sementara etika tidak terbatas
kalau hal itu terjadi di kamar pribadi
pada cara melakukan sebuah perbuatan,
orang tersebut, itu merupakan hal yang
etika memberi norma tentang perbuatan
biasa saja.
itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah
sebuah
perbuatan
boleh
Sementara etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Etika
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
berlaku
“Jangan mencuri” merupakan suatu
lingkungan sosial ataupun saat sendiri.
norma etika. Apakah orang mencuri
Etika lebih bersifat umum baik saat
dengan menggunakan tangan kanan
orang sendirian lebih-lebih saat berada
atau dengan tangan kiri di sini sama
di lingkungan sosial. Dalam hal ini,
sekali tidak relevan. Norma etis tidak
etika sudah disetujui bersama dan
sebatas pada cara perbuatan dilakukan,
berlaku untuk siapa saja. Sebagai
melainkan menyangkut perbuatan itu
contoh, semua orang setuju bahwa
sendiri. Etika juga terkait dengan
mencuri adalah sesuatu yang tidak baik.
norma dan dampaknya. Saat orang
Karena semua orang menyetujui hal ini,
melakukan pencurian, maka
tidak
maka di manapun orang berada maka
heran
akan
menurut etika orang tidak akan dan
mendapatkan hukuman dan cemoohan
tidak boleh melakukan pencurian. Hal
jika
orang
tersebut
ASMI Santa Maria Yogyakarta
kapanpun
baik
dalam
68
Caritas pro Serviam, Edisi XXXVII, November 2018
ini berlaku saat berada di tengah-tengah
ada
perkumpulan ataupun saat sendiri. Jika
memperbolehkan
sampai orang melakukan tindakan
mencuri. Etika ini sudah tidak bisa
pencurian, maka orang tersebut pun
diubah lagi. Bahkan, jika sampai orang
akan
melanggar etika yang sifatnya absolut
mendapatkan
sanksi
secara
hukum dan sanksi secara sosial.
aturan
tersebut
Etiket bersifat relatif. Aturan di suatu tempat bisa berbeda dengan
akan
atau
etika
yang
seseorang
untuk
ada
efek
tertentu.
Misalnya, ketahuan mencuri maka orang akan mendapatkan hukuman.
tempat lain. Yang dianggap tidak sopan
Etiket hanya memadang manusia
dalam sebuah kebudayaan, dapat saja
dari segi lahiriah saja. Saat orang
dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
menjalankan sesuatu yang baik, maka
Contoh sederhananya adalah makan
belum tentu orang tersebut dinilai baik.
bersama dalam satu wadah hanya
Dalam etiket, orang masih berpeluang
dengan menggunakan tangan tanpa
melakukan
sendok dan garpu. Bagi sebagian
Misalnya, dalam memberikan sesuatu
kelompok hal ini adalah sebuah etiket
orang masih bisa tidak ikhlas, ingin
yang sudah biasa mereka lakukan.
dipuji, dan lain sebagainya. Seorang
Namun, bisa jadi etiket yang sudah
penipu tutur katanya bisa sangat
biasa itu menjadi tidak biasa di tempat
lembut,
lain yang memiliki etiket makan di satu
menipu. Orang dapat memegang etiket
piring secara sendiri-sendiri dan harus
namun munafik.
menggunakan
sendok
dan
garpu.
hal
yang
memegang
Semantara
tidak
etiket
etika
baik.
namun
memandang
Biasanya, etiket juga berhubungan
manusia
dengan budaya antara daerah satu
merupakan sebuah kebiasaan. Karena
dengan daerah lainnya
sebuah kebiasaan yang dilakukan terus
Sementara
etika
jauh
dari
segi
dalam.
Etika
lebih
menerus maka akan merasuk ke sisi
absolut. Misalnya perintah seperti
batiniah orang tersebut. Karena itu,
“jangan mencuri” merupakan prinsip
umumnya orang yang etikanya baik
etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
maka besar kemungkinan sisi batiniah
Di manapun orang berada, maka tidak
atau hati orang tersebut juga baik.
ASMI Santa Maria Yogyakarta
69
Caritas pro Serviam, Edisi XXXVII, November 2018
Sebaliknya, seseorang yang sudah
nilai. Pada taraf individual maupun
sering melakukan keburukan maka
sosial setiap orang atau kelompok
dalam dirinya akan terus berpikiran
setiap orang berpegang pada nilai-nilai
buruk. Orang pun akan mencap orang
dan
tersebut sebagai orang yang tidak baik
mengakibatkan orang mengangggap
walaupun orang yang buruk tadi
satu perbuatan terpuji dan pantas –
melakukan kebaikan.
barang kali malah wajib – untuk
norma-norma
tertentu,
yang
Seseorang yang berpegang pada
dilakukan, sedangkan perbuatan lain
etika tidak mungkin munafik karena
dianggap tercela dan tidak boleh
seandainya dia munafik maka dia tidak
dilakukan.
bersikap etis. Orang yang bersikap etis
Di samping pengertian di atas,
adalah orang yang sungguh-sungguh
“etika” mempunyai arti lain lagi, yaitu
baik. (Lih. Bertens, 2013, 7-9)
sebagai ilmu. Etika dapat diartikan
Etika dalam arti umum -atau arti yang dekat
dengan
sebagai: ilmu tentang apa yang baik dan
etiket- dapat
apa yang buruk; tentang yang harus
dimengerti sebagai : nilai-nilai dan
dilakukan manusia dan yang tidak
norma-norma moral yang dipakai oleh
boleh dilakukannya. Dalam pengertian
seseorang atau suatu kelompok sebagai
ini etika dapat dimengerti sebagai
pegangan bagi tingkah lakunya. Etika
refleksi tentang nilai-nilai dan norma-
berlaku
norma moral yang diterima dalam
dalam
konteks
individual
maupun sosial. Yang sesuai dengan
...