Title | IMM AUTENTIK Oleh |
---|---|
Author | Ahmad Sholeh |
Pages | 160 |
File Size | 1.4 MB |
File Type | |
Total Downloads | 287 |
Total Views | 481 |
IMM AUTENTIK Melacak Autentisitas dan Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Oleh: Ahmad Sholeh Ketua Umum PC IMM Jakarta Timur 2015-2016 Prolog: Epilog: Amirullah Muhammad Abdul Halim Sani Ketua Bidang Kaderisasi Sekretaris Bidang Kaderisasi DPP IMM 2016-2018 DPP IMM 2008-2010 i IMM AUTENT...
IMM AUTENTIK Melacak Autentisitas dan Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Oleh: Ahmad Sholeh Ketua Umum PC IMM Jakarta Timur 2015-2016
Prolog:
Epilog:
Amirullah
Muhammad Abdul Halim Sani
Ketua Bidang Kaderisasi
Sekretaris Bidang Kaderisasi
DPP IMM 2016-2018
DPP IMM 2008-2010
i
IMM AUTENTIK Melacak Autentisitas dan Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Copyright ©Ahmad Sholeh
ISBN 978-602-6851-69-7 Cetakan I, April 2017 Tata Letak: Mhd Iqbal Desain Sampul: Gandring AS.
Penerbit PUSTAKA SAGA Jl. Gubeng Kertajaya VE No. 12 Surabaya 60281 Email: [email protected] HP: 085655396657
Sumber Gambar Sampul: The Huffington Post
Diterbitkan atas kerja sama: Ulul Al-Bab Institute dan PC IMM Jakarta Timur
Buku ini dilindungi Pasal 113 UU Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.
ii
SINOPSIS GERAKAN intelektual tidaklah lengkap tanpa adanya perbuatan (action). Action adalah syarat utama, dalam meraih suatu perubahan, meskipun tentunya ditopang oleh gagasan-gagasan progresif dan mencerahkan. Sebagai intelektual, IMM tidak hanya berhenti di mendialogkan
gagasan
saja.
Melainkan,
mengupayakan
perwujudannya. Dalam merespons realitas, kader IMM memiliki bekal fondasi teologis (Al-Quran dan sunah) serta fondasi teoritis (logis, reflektif, metodis), yang sejalan dengan kebutuhan zaman. Hal tersebut tidak hanya menjadi bangunan menara gading yang dengannya kita dapat melihat secara luas gap antara si kaya dan si miskin, pemerintah dan rakyat jelata, borjuis dan proletar. Tapi juga IMM mampu menghasilkan ‘sesuatu’ alias produk intelektualnya. Baik itu berupa gerakan sosial kemasyarakatan, gerakan dakwah mencerahkan, gerakan edukasi, dan lainnya. Itulah bentuk nyata dari dialektika yang dilakukan IMM. Agar pemahaman setiap kader mengkristal menjadi sebuah pengamalan. Maka, agenda-agenda mengaksikan slogan IMM adalah sebuah konsekuensi logis untuk mewujudkan cita-cita besar IMM. Dengan spirit mengaksikan slogan, serta senantiasa berupaya dan berorientasi kepada kristalisasi ideologi kader, yang tidak hanya sampai di tataran pemahaman, tapi sampai ke pengamalan dan kemudian menjadi pengalaman, IMM kemudian akan hadir dengan wajah yang memasyarakat, sederhana, dan mudah berbaur dengan realitas. Sebagai modal dasar membangun gerakan yang memiliki daya jual di masyarakat sekitar.
iii
PRAKATA PENULIS Bismillahirrahmanirrahiim. WACANA gerakan dalam tubuh IMM sendiri tidaklah menjadi suatu hal yang tabu. Ragam gagasan dan pemikiran yang berkembang di dalamnya menjadi potensi besar bagaimana IMM mampu membangun gerakannya lebih masif dan membumi. Terlebih, di usianya yang sudah 53 tahun ini, IMM semakin menghadapi persoalan yang harus disikapi dengan bijak dan kritis. Entah itu urusan politik praktis yang menjangkiti kadernya, permasalahan sosial, ekologi, dan budaya yang mendera masyarakat di sekitarnya. Sebagai kaum muda Muhammadiyah, IMM diharapkan mampu menjadi prototipe gerakan mahasiswa yang ideal. Ideal dalam hal gerakan dan kaderisasi. Berbagai gagasan dan ide-ide gerakan baru, muncul mengemuka dalam berbagai ekspresi. Yang kadang (kebanyakan saat ini) lebih bersifat jangka pendek, seremonial, dan minim refleksi. Untuk itu, IMM kemudian perlu melakukan tajdid dan purifikasi, sebagai tradisi gerakan. Tajdid dalam hal ini dengan menghadirkan wacana-wacana dan gerakan yang aktual, kreatif, dan mencerahkan. Dan, purifikasi dengan upaya pemurnian ide-ide gerakan (pengembalian) kepada nilai-nilai IMM dan cita-cita luhur kemanusiaan yang digelorakan Kiai Ahmad Dahlan satu abad silam. Dengan usia yang tidak lagi muda, IMM mesti terus bergeliat dan berdiri di garda terdepan menebarkan spirit mencintai keadilan, kemanusiaan,
dan
menentang
kesewenang-wenangan.
Hadirnya
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik yang ditulis Abdul Halim Sani dan IMM untuk Kemanusiaan karya Amirullah (Kabid Kaderisasi DPP IMM), seolah kembali menegaskan bahwa sejatinya wujud keberpihakan kepada kemanusiaan dimulai sejak dari nalar (ide, pikiran, gagasan), kemudian diturunkan ke dalam perbuatan (action). Yang kemudian
iv
dimaknai dalam gerakan kesadaran kolektif sebagai sebuah paradigm gerakan. Spirit itu yang kemudian menjadi dorongan bagi saya untuk menuliskan rentetan ide, gagasan, dan renungan, yang mungkin saja bisa menjadi tawaran bagi IMM, dan kaum muda Muhammadiyah pada
umumnya.
Dengan
harapan
bisa
menemukan
kembali
autentisitas (kemurnian) dan substansi gerakan IMM. Yang tentunya perlu digali dan dipahami, untuk kemudian dihayati dan dijadikan landasan bergerak. *** IMM Autentik tidaklah dimaknai sebagai sebuah klaim, bukan pula menjadi sebuah vonis bahwa ada sebagian kader IMM karbidan (yang menjadikan IMM sebagai batu loncatan). Namun, lebih kepada upaya untuk mengembalikan IMM kepada khittah dan muruah perjuangan IMM, yang sejatinya diabdikan untuk kepentingan rakyat, agama, dan bangsa. Buku ini merupakan manifestasi kegalauan dan respons saya terhadap situasi yang terjadi di dalam tubuh IMM. Sekaligus menjadi perenungan terhadap cita-cita gerakan IMM yang termaktub dalam konstitusi (AD/ART). Karena itu pula, kemudian saya lampirkan deklarasi yang ada di dalam berbagai literasi IMM, di antaranya, Tanfidz Muktamar IMM, SPI, Tri Kompetensi Dasar (DPP IMM), Genealogi Kaum Merah (Makhrus Ahmadi & Aminuddin), dan Kelahiran yang Dipersoalkan (Farid Fathoni). Tulisan yang terdapat di dalam buku ini juga merupakan artikel-artikel yang sempat saya tulis semenjak masih mengurus komisariat (tahun 2012), di PK IMM FKIP UHAMKA. Tulisan dalam buku ini sebagian sempat saya terbitkan di berbagai media, seperti Republika.co.id, majalah Manifesto Ikatan (PC IMM Jaktim), dan blog pribadi Sastra Jingga: ashshaleh.wordpress.com. Dan sebagian tulisan yang khususon saya tulis untuk buku ini.
v
Dengan kehadiran IMM Autentik saya harap bisa menjadi motivasi untuk menghadirkan kelompok-kelompok minoritas kreatif (creative minority) yang memiliki ide, pikiran, dan tawaran yang solutif di tengah-tengah kehidupan. Serta merawat intelektualitas di kalangan mahasiswa, wabilkhusus IMM, yang sejatinya memiliki tanggung jawab moral terhadap kehidupan dan kemanusiaan. *** Syahdan, di pengujung masa bakti saya sebagai ketua umum IMM Jakarta Timur, buku ini saya persembahkan kepada segenap kader IMM di mana pun berada. Dan agar bisa dikritisi, lebih baik lagi dibantah dengan karya serupa. Selanjutnya, saya ingin menghaturkan terima kasih atas kesempatan untuk belajar bersama, kepada seluruh kader IMM Jaktim, jajaran pimpinan di IMM Cabang Jaktim, ortom/AMM Jaktim, DPD IMM DKI Jakarta, PK IMM FKIP-FEB-FFS UHAMKA, dan seluruh alumni IMM Jaktim. Juga kepada PDM Jaktim, PCM Pasar Rebo, dan FKIP UHAMKA. Tak lupa pula saya haturkan terima kasih kepada kakanda Amirullah dan Mas Sani yang berkenan memberikan prolog dan epilognya. Kepada Mas Makhrus, Ari Susanto, Fuad Fahmi Hasan yang telah menyempatkan mengapresiasi dan memberikan masukan. Juga kepada Ulul al-Bab Institute yang senantiasa meluangkan waktu untuk sekadar begadang, ngopi, dan sharing di kosan tercinta. Semoga buku ini bisa membawa manfaat bagi siapa pun yang membacanya. Adapun kekurangan di sana sini dalam buku ini semoga bisa dimaklumi. Selamat Membaca. Fastabiqul khairaat!
Tanah Merdeka, Pengujung Maret 2017 Ahmad Sholeh
vi
DAFTAR ISI Sinopsis ............................................................................................... iii Prakata Penulis ................................................................................. iv Daftar Isi ............................................................................................ vii Prolog: Amirullah – IMM Autentik; Antara Tarikan Substantivitas dan Simbolitas .................................................................................. 1
BAGIAN 1 - RELFLEKSI GERAKAN IMM – MUHAMMADIYAH 53 Tahun IMM; Kembali ke Khittah Perjuangan ......................... 15 Refleksi 52 Tahun; Tradisi Intelektual IMM ................................. 19 Infiltrasi Semangat Sufistik dalam Gerakan IMM ....................... 26 Gerakan Literasi di Kalangan Kaum Muda Muhammadiyah ............................................................................... 31 Autentisitas Gerakan Muhammadiyah ......................................... 36 Tradisi Intelektual Ala Ki Bagus ..................................................... 43 Ikhitiar Berkemajuan Abad Kedua; Refleksi 104 Tahun Muhammadiyah ............................................................................... 46 BAGIAN 2 - AUTENTISITAS IMM (ONTOLOGI KE AKSIOLOGI) Nalar Ber-IMM ................................................................................. 55 Profil Kader; Sebuah Pengamalan Terhadap Nilai ..................... 62 Teologi Al-Maun dan Semangat Keberpihakan IMM ................. 71 IMM; Gerakan Intelektual Profetik ................................................ 78 IMM untuk Kemanusiaan Universal ............................................. 85 IMM dan Jihad Politik Berbasis Kesadaran Kritis …….. ............... 91 Immawati dalam Tren Kekinian .................................................... 103
vii
Epilog M Abdul Halim Sani – Epistemologi Ikatan; Autentifikasi Gerakan Intelektual Ikatan………………………………………………
111
Lampiran ........................................................................................... 137 Bibliografi .......................................................................................... 147 Profil Penulis ..................................................................................... 150
viii
PROLOG
1
Setiap kelompok sosial mempunyai tipe sekolahnya sendiri-sendiri, yang bertujuan melestarikan fungsi tradisional tertentu, menguasai atau dikuasai…” Antonio Gramschi
2
IMM AUTENTIK; ANTARA TARIKAN SUBTANTIVITAS DAN SIMBOLITAS Oleh: Amirullah Ketua Bidang Kader DPP IMM Periode 2016-2018 “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan/masa depan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” QS an-Nisa ayat 9 “Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka yang bertanggung jawab adalah IMM.” Haedar Nasir (Ketua Umum PP Muhammadiyah) IKATAN Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang lahir tahun 1964 lalu
akan
selalu
menarik
untuk
dikaji,
bahkan
semenarik
Muhammadiyah yang menjadi objek diskursus banyak kala-ngan peneliti dan intelektual pada umumnya. Tanpa hendak berniat claim of truth, IMM memiliki posisi yang sangat strategis bahkan core bagi determinasi gerakan Muhammad-iyah saat ini dan di abad-abad mendatang. Mengapa? Karena IMM merupakan anak “intelektual” Muhammadiyah.
Ini
pula
yang
menjadi
satu-satunya
alasan
fundamental mengapa IMM lahir di pangkuan Muhammadiyah dan berada di perut Bumi Pertiwi ini, tiada lain karena alasan intelektualisme. Jika bukan karena alasan ini, sangat mungkin IMM tidak pernah ada dalam dinamika keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan dalam rentang waktu 52 tahun hingga saat ini. Salah satu tokoh sentral pendiri IMM, yakni IMMawan Djazman al-Kindi, di berbagai kesempatan mewanti-wanti untuk
3
menegaskan posisi atau domain gerakan IMM. Pada 1989, dalam bukunya, Muhammadiyah Peran Kader dan Pembinaannya, Pak Djazman telah secara spesifik dan mempertegas membagi domain gerakan di kalangan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) atau ortom Muhammadiyah. Kata Pak Djazman, untuk Pemuda Muhammadiyah fokus gerakannya dititikberatkan untuk pengembangan potensi kemasyarakatan, kemudian Nasyiatul Aisyiah dititikberatkan untuk pengembangan
potensi
kerumahtanggaan
dan
kemasya-rakatan,
sementara Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dititikberatkan dan fokus gerakannya untuk pengembangan potensi intelektual, demikian dengan Ikatan Pelajar Muham-madiyah dititikberatkan untuk pengembangan potensi ideologis.1 Pemetaan oleh Pak Djazman ini memang sangat urgen, supaya terbangun titik fokus gerakan di masing-masing level ortom. Sebab, tanpa titik fokus gerakan, bukan tidak mungkin organisasi AMM akan mengalami kebingungan dan bahkan terjadi tumpang tindih. Jika dilihat pemetaan Pak Djazman di atas, IMM diletakkan dan dibebankan untuk fokus menggarap gerakan yang merupakan titik inti dari masa depan Muhammadiyah dan bangsa. Sebab, nadinya Muhammadiyah ada pada gerakan tajdid (pembaruan), gerakan progresif
(senantiasa
melihat
ke
depan),
dan
gerakan
yang
berkemajuan. Gerakan-gerakan ini sangat ditentukan oleh human resource kader-kader Muhammadiyah, khususnya kader-kader muda yang
merupakan
penentu
dan
pemilik
sah
masa
depan
Muhammadiyah. Dengan perkataan lain, IMM sebagai laboratorium intelektualnya Muhammadiyah memiliki peran yang sangat signifikan bagi semarak dan hidupnya spirit tajdid, progresivitas, dan masifikasi Islam berkemajuan di tengah kehidupan keumatan, kebangsaan, dan
1
Selengkapnya lihat Mohamad Djazman Al-Kindi, Muhammadiyah Peran Kader dan Pembinaannya, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 1989), 82. 4
kemanusiaan. Jika tidak, autentisitas dan substantivitas keberadaan IMM akan dipertanyakan, untuk tidak menyebutnya akan digugat. Pemikiran tajdid dan gerakan pencerahan yang memajukan merupakan agenda Muhammadiyah yang sudah menyejarah dan harus terus digalakkan, apalagi di tengah kompleksitas problematika umat dan bangsa saat ini. Untuk menyemarakikan gerakan pencerahan tentu saja diperlukan pasukan-pasukan intelektual yang memiliki semangat ideologis, memiliki kesadaran sosial yang tinggi, dan semangat berpikir ke depan. Tanpa pasukan-pasukan intelektual model ini, bukan tidak mungkin spirit tajdid dan gerakan pencerahan di tubuh Muhammadiyah hanya tinggal papan nama yang ditempel di gedung-gedung amal usaha Muhammadiyah. Apalagi, ada kecenderungan amal usaha Muhammadiyah dijadikan tempat yang empuk untuk rebutan kue-kue basah yang menggiurkan. Dalam konteks inilah para pimpinan Muham-madiyah harus menyadari bahwa banyaknya amal usaha haruslah diimbangi dengan
peningkatan
kualitas
kader
yang
punya
cita
rasa
“Muhammadiyyun”. Jika tidak, semangat dakwah tajdid, dan gerakan pencerahan dengan spirit Islam berkemajuan hanya wacana di kalangan elit, tapi nihil di bawah. Pada akhirnya, pelan-pelan mulai mengecil, terkubur, dan dimakan zaman. Dan jika hal ini terjadi, khawatirnya Muhammadiyah bermetamorfosis menjadi organisasi bisnis yang bangga dengan perusahaan pendidikan, perusahaan rumah sakit, dan usaha-usaha lainnya, tapi dinamisasi tajdid keislamannya mengalami krisis yang terus mengeruncing. Sesungguhnya tajdidasi dan moderasi Islam atau klaim modernis di tubuh Muhammadiyah sudah banyak menuai kritik dari banyak
kalangan.
Bahkan
tidak
jarang
mempertanyakan
keabsahannya. Sebagai contoh kritik ini muncul dari Azyumardi Azra dan Muzamil Qomar. Menurut Azyumardi Azra, pengelompokan berdasarkan
tipologi
modernis
dan
5
tradisional,
yang
diwakili
Muhammadiyah dan NU, kini seolah-olah tidak relevan lagi. Menurut dia, bila diamati secara lebih teliti, NU dalam penilaian Azra justru sering terkesan menampilkan sikap “modernis” dan sebaliknya Muhammadiyah
malah
terlihat
“tradisionalis”.
Hal
serupa
disampaikan juga oleh Mujamil Qomar, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan mengatakan, “bila Muhammadiyah dikategorikan modernis, itu sebenarnya dilihat dari aspek sosial pendidikan,
tetapi
dilihat
dari
perkembangan
peta
pemikiran
keagamaan akhir-akhir ini, agaknya citra modernis itu lebih memihak pada NU.”2 Pandangan-pandangan yang bernada kritikal ini patut untuk direnungkan sebagai bahan refleksi, meskipun standardisasi modernis dan tradisionalis masih bisa diperdebatkan. Sebagai anak intelektual Muhammadiyah, di tengah kritikkritik yang bermunculan, IMM melalui kader-kadernya harus kembali mempertegas jati dirinya yang autentik. Apa sesungguhnya hakikat keberadaan
IMM
bagi
Muhammadiyah,
umat,
bangsa,
dan
kemanusiaan? Di atas, penulis sudah tegaskan bahwa IMM lahir, berkembang, bertahan, dan mengarungi masa depannya semata-mata karena alasan intelektualisme. Intelektualisme menjadi faktor kunci keberadaan IMM, dan oleh karenanya, ini harus dibuktikan oleh kaderkadernya. Apalagi, dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 lalu, ke depan ini Muhammadiyah akan menggalakkan gerakan keilmuan melalui rekomendasinya, “gerakan membangun masyarakat dengan ilmu”. Muhammadiyah menilai budaya ilmu di Indonesia masih rendah dan menjadi sebuah masalah yang serius bagi bangsa. Muhammadiyah
juga
memandang
bangsa
Indonesia
perlu
membangun keunggulan dengan mengem-bangkan masyarakat ilmiah melalui budaya baca, menulis, berpikir rasional, bertindak strategis, 2
Selengkapnya lihat Mujamil Qomar, Fajar Baru Islam Indonesia, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2012), 65. 6
bekerja efisien, dan menggunakan teknologi untuk hal positif dan produktif.3 Di sinilah posisi IMM akan diuji, sebagai anak intelektual Muhammadiyah. Mampukah kader-kader IMM mengambil peran besar
membantu
Muhammadiyah
dan
bangsa
memba-ngun
masyarakat dengan ilmu? Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir ketika mengomentari rekomendasi Muhammadiyah yang mengusulkan gerakan
membangun
kesempatan
beliau
masyarakat mengatakan
dengan
ilmu,
“Muhammadiyah
dalam
suatu
membangun
masyarakat ilmu. Ya, IMM-lah pelopornya”. Lebih lanjut Haedar Nasir menegaskan, “Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka yang bertanggung jawab adalah IMM”.4 Penegasan dari Pak Haedar ini bukan tanpa alasan, seperti yang penulis katakan bahwa intellectual movement sudah menjadi tugas sejarah bagi kader IMM. Dan tugas sejarah ini tidak boleh melemah, apalagi
berhenti.
Harus
terus
digalakkan,
disemarakan,
dan
diaktualisasikan karena umat menuntut bukti. Kader-kader IMM harus melepaskan diri dari “romantisme” berlebihan terhadap simbol-simbol IMM, tapi nihil penjiwaan. Letupan dan teriakkan “IMM Jaya, Jaya IMM”, hanya “tong kosong nyaring bunyinya” Jika tidak diiringi dengan semangat pembuktian terhadap nilai-nilai ke-IMM-an dalam dimensi-dimensi keseluruhannya. IMM akan jaya jika kader-kadernya menjadi kader yang jaya, kader yang menjiwai setiap simbol dan prinsip-prinsip IMM. Dengan perkataan lain, tidak perlu pusing dan harus ...