Kelompok 6 Erikson Post-Freudian Makalah - - g e s h a d i t a PDF

Title Kelompok 6 Erikson Post-Freudian Makalah - - g e s h a d i t a
Author Isna Aaa
Course Psikologi
Institution Universitas Diponegoro
Pages 28
File Size 409.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 574
Total Views 695

Summary

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIANErik Erikson: Post-FreudianDisusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian Kelas 3 Dosen Pengampu : 1. Drs. Zaenal Abidin, M. 2 F. La Kahija, S., MDisusun oleh: Kelompok 6 Maharani Rifdu Hamida (15000120130181) Gesha Dita Giri Amanda (15000120120057) Alif ...


Description

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Erik Erikson: Post-Freudian Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian Kelas 3 Dosen Pengampu : 1. Drs. Zaenal Abidin, M.Si. 2. Yohanis F. La Kahija, S.Psi., M.Sc

Disusun oleh: Kelompok 6 1. Maharani Rifdu Hamida (15000120130181) 2. Gesha Dita Giri Amanda (15000120120057) 3. Alif Damar Eryanto

(15000120140091)

4. Syaza Jihan Azzahra

(15000120130257)

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2021

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................i BAB I.............................................................................................................................1 1.

Latar belakang....................................................................................................1

2.

Rumusan masalah...............................................................................................1

3.

Tujuan.................................................................................................................1

4.

Manfaat...............................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3 A. Post-Freudian Theory Erikson........................................................................3 B. Sketsa Biografis Erik Erikson.........................................................................3 C. Struktur Kepribadian......................................................................................6  Pengaruh Masyarakat......................................................................................7  Prinsip Epigenetik...........................................................................................8 D. Dinamika Kepribadian.....................................................................................8  8 Tahap Perkembangan................................................................................9 1.

Infancy: Trust vs Mistrust (0-1 tahun)..........................................................10

2.

Early childhood: Autonomy vs Shame & Doubt (18 bulan-3 tahun)............11

3.

Preschool age: Initiative vs Guilt (3-5 tahun)...............................................11

4.

School age: Industry vs Inferiority (6-12 tahun)...........................................12

5.

Adolescence: Identity vs Identity Confusion (18-20 tahun).........................13

6.

Young adulthood : Intimacy vs Isolation (20-30 tahun)...............................14

7.

Adulthood: Generativity vs Stagnation (30-60 tahun)..................................15

i

8.

Senescence: Ego Integrity vs Despair (60 tahun ke atas).............................15

E. Riset Terkini....................................................................................................16  Generativitas dan Parenting.............................................................................17  Generativitas versus Stagnasi...........................................................................19 BAB III........................................................................................................................21 Kesimpulan.........................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22 LEMBAR KONTRIBUSI...........................................................................................23

ii

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Psikologi diakui sebagai ilmu yang berdiri sendiri pada tahun 1879, ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi di Leipzig, Jerman. Laboratorium ini merupakan laboratorium psikologi yang pertama di dunia. Setelah itu psikologi mengalami perkembangan yang pesat, yang ditandai dengan lahirnya bermacam-macam aliran dan cabang. Konsep kepribadian menekankan pada dimensi biososial manusia, tubuh pikiran, yang dihubungkan terutama dengan aspek sosial dan psikologis. Kepribadian (Lat. persona = topeng) adalah wajah yang harus kita hadapi. Kepribadian seseorang adalah ekspresi lahiriah dari dunia batinnya (Hall & Lindzey, 1993). Jadi, istilah "kepribadian" menyiratkan sebuah prinsip yang menyatukan biologis dan sosial dalam satu kesatuan, kepribadian adalah sejarah sosial, alami dan individual yang diungkapkan. Kepribadian seorang manusia dapat membedakan dirinya dari segala sesuatu yang mengelilingi dia, memiliki kesadaran diri dan yang telah mencapai pemahaman fungsi-fungsi sosialnya. Esensi dari kepribadian bukanlah sifat fisik tetapi sifat sosio-psikologis, mekanisme kehidupan mental dan perilaku. Kepribadian adalah konsentrasi individu atau ekspresi dari hubungan sosial dan fungsi, subjek kognisi dan transformasi dunia, hak dan kewajiban, etika, estetika dan semua standar sosial lainnya. Berangkat dari hal tersebut, kami penyusun makalah ini ingin membahas lebih dalam mengenai mengenai sketsa biografis, struktur kepribadian, dinamika kepribadian, perkembangan kepribadian, terapi, riset-riset dari salah satu tokoh yang penting dalam psikologi kepribadian ini. 2. Rumusan masalah

1

A. Apa yang dimaksud dengan Post-Freudian Theory Erikson? B. Seperti apa sketsa biografis dari Erik Erikson? C. Apa saja stuktur kepribadian menurutErikson? D. Apa saja dinamika kepribadian menurut Erikson? E. Apa saja riset-riset terbaru yang dikembangkan berdasarkan teori dan pemikiran Erikson?

3. Tujuan Tujuan umum: tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian Tujua khusus: A. untuk mengetahui Post-Freudian Theory Erikson B. Untuk mengetahui sketsa biografis Erik Erikson C. Untuk mengetahui struktur kepribadian menurut Erikson D. Untuk mengetahui dinamika kepribadian menurut Erikson E. Untuk mengetahui riset-riset terbaru yang dikembangkan berdasarkan teori dan pemikiran Erikson 4. Manfaat Penyusunan makalah ini diharapkan memberikan manfaat umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi penyusun yang terlibat dalam penyusunan makalah.

2

BAB II ISI A. Post-Freudian Theory Erikson Tidak seperti ahli teori psikodinamik sebelumnya yang memutuskan hampir semuanya berhubungan dengan psikoanalisis Freudian, Erikson bermaksud agar teorinya tentang kepribadian memperluas asumsi Freud dan menawarkan "cara baru memandang sesuatu" (Erikson, 1963, hlm. 403). Teori pasca-Freud atau post Freudian theory-nya memperluas tahap perkembangan anak yang dikemukakan Freud menjadi tahapan remaja, dewasa, dan tua. Erikson menyatakan bahwa pada setiap tahap perjuangan psikososial tertentu berkontribusi pada pembentukan kepribadian. Sejak remaja, pergulatan itu berbentuk krisis identitas yang menjadi titik balik dalam kehidupan seseorang yang dapat memperkuat atau melemahkan kepribadian. Erikson menganggap teori pasca-Freudnya sebagai perpanjangan dari psikoanalisis. Meskipun ia menggunakan teori Freud sebagai dasar untuk pendekatan siklus hidupnya terhadap kepribadian, Erikson berbeda dari Freud dalam beberapa hal. Selain menguraikan tahapan psikoseksual setelah masa kanak-kanak, Erikson lebih menekankan pada pengaruh sosial dan historis. Teori pasca-Freud Erikson, seperti teori kepribadian lainnya, adalah cerminan dari latar belakangnya, latar belakang yang mencakup seni, perjalanan yang ekstensif, pengalaman dengan berbagai budaya, dan pencarian seumur hidup untuk identitasnya sendiri.

B. Sketsa Biografis Erik Erikson Erik Erikson Dilahirkan pada 15 Juni 1902, di Jerman selatan. Erikson dibesarkan oleh ibu dan ayah tirinya, tetapi dia tetap tidak tau pasti akan identitas asli dari ayah kandungnya. Untuk menemukan identitas aslinya, Erikson berkelana jauh dari rumah selama akhir masa remaja, hidup dan beradaptasi

3

sebagai seniman dan penyair pengembara. Setelah hampir 7 tahun berpindahpindah dan menjelajah, dia pulang ke rumah dengan bingung, kelelahan, depresi, dan tidak dapat membuat sketsa atau melukis. Pada saat ini, sebuah peristiwa kebetulan mengubah hidupnya: Dia menerima surat dari temannya Peter Blos yang mengundangnya untuk mengajar anak-anak di sekolah baru di Wina. Salah satu pendiri sekolah tersebut adalah Anna Freud, yang tidak hanya menjadi atasan Erikson, tetapi juga ahli analisa jiwa. Saat menjalani perawatan analitik, ia menekankan kepada Anna Freud bahwa masalah tersulitnya adalah mencari identitas ayah kandungnya. Namun, Ms. Freud tidak berempati dan mengatakan kepada Erikson bahwa dia harus berhenti berfantasi tentang ayahnya yang tidak ada. Meskipun Erikson biasanya mematuhi psikoanalisisnya, dia tidak dapat menerima nasihat Anna Freud untuk berhenti mencoba mengetahui nama ayahnya. Selama di Wina, Erikson bertemu dan, dengan izin Anna Freud, menikahi Joan Serson, seorang penari, artis, dan guru kelahiran Kanada yang juga menjalani psikoanalisis. Keluarga Eriksons memiliki empat anak: Kai, Jon, dan Neil, dan Sue. Pencarian identitas Erikson membawanya melalui beberapa pengalaman sulit selama tahap perkembangan dewasanya (Friedman, 1999). Menurut Erikson, tahap ini menuntut seseorang untuk mengasuh dan peduli pada anak, barang, dan ide atau apapun yang telah mereka ciptakan. Mengenai masalah ini, Erikson kurang memenuhi standarnya sendiri. Dia gagal merawat putranya Neil, yang lahir dengan down sindrom. Di rumah sakit saat Joan masih dibius, Erik setuju untuk menempatkan Neil di sebuah institusi. Kemudian dia pulang dan memberitahu ketiga anaknya yang lebih tua bahwa saudara laki-laki mereka telah meninggal saat lahir. Dia berbohong kepada mereka seperti ibunya telah berbohong kepadanya tentang identitas ayah kandungnya. Kemudian, dia memberi tahu putra tertuanya, Kai, yang sebenarnya, tetapi dia terus menipu dua anak yang lebih kecil, Jon dan Sue. Meskipun kebohongan ibunya membuatnya 4

sangat tertekan, dia gagal untuk memahami bahwa kebohongannya tentang Neil kelak dapat membuat sedih anak-anaknya yang lain. Dalam menipu anakanaknya seperti yang dia lakukan, Erikson melanggar dua prinsipnya sendiri: "Jangan berbohong kepada orang yang disayangi," dan "Jangan mengadu domba satu anggota keluarga dengan yang lain." situasi menjadi lebih parah, ketika Neil meninggal pada sekitar usia 20, keluarga Eriksons, yang saat itu berada di Eropa, menelepon Sue dan Jon dan memerintahkan mereka untuk menangani pemakaman untuk saudara yang belum pernah mereka temui dan yang baru mereka tahu keberadaannya (Friedman, 1999). Erikson juga mencari identitasnya melalui banyak sekali berganti pekerjaan dan tempat tinggal. Karena tidak memiliki kredensial akademis, dia tidak memiliki identitas profesional khusus dan dikenal sebagai seniman, psikolog, psikoanalis, dokter, profesor, antropolog budaya, eksistensialis, psikobiografer, dan intelektual publik. Pada tahun 1933, dengan kebangkitan fasisme di Eropa, Erikson

dan keluarganya meninggalkan

Wina

ke Denmark,

berharap

mendapatkan kewarganegaraan Denmark. Ketika pejabat Denmark menolak permintaannya, dia meninggalkan Kopenhagen dan berimigrasi ke Amerika Serikat. Di Amerika, dia mengganti namanya dari Homburger menjadi Erikson. Perubahan ini merupakan titik balik penting dalam hidupnya. Awalnya, Erikson membenci implikasi apapun bahwa dia meninggalkan identitas Yahudinya dengan mengubah namanya. Dia membalas tuduhan ini dengan menunjukkan bahwa dia menggunakan nama lengkapnya — Erik Homburger Erikson — dalam buku dan esainya. Namun seiring berjalannya waktu, ia menghilangkan nama tengahnya, hingga di pengujung usianya ia dikenal sebagai Erik H. Erikson, setelah sebelumnya berganti nama dari Erik Salomonsen, Erik Homburger, dan Erik Homburger Erikson. Erikson secara bertahap mengembangkan teori kepribadian, terpisah dari teori Freud tetapi tidak bertentangan dengan teori Freud. Pada tahun 1950, 5

Erikson menerbitkan Childhood and Society, sebuah buku yang sekilas tampak seperti tercampur aduk dari bab-bab yang tidak berhubungan. Erikson sendiri awalnya mengalami kesulitan menemukan tema umum yang mendasari topik seperti masa kanak-kanak di dua suku asli Amerika, pertumbuhan ego, delapan tahap perkembangan manusia, dan masa kanak-kanak Hitler. Akhirnya, bagaimanapun, dia menyadari bahwa pengaruh faktor psikologis, budaya, dan sejarah pada identitas adalah elemen yang mendasari yang menyatukan berbagai bab. Childhood and Society, yang mendapat rating tinggi dan memberi Erikson reputasi internasional sebagai pemikir imajinatif, tetap menjadi pengantar terbaik untuk teori kepribadian pasca-Freud. Setelah pensiun, Erikson melanjutkan karier aktif — menulis, mengajar kuliah, dan menemui beberapa pasien. Selama tahun-tahun awal masa pensiunnya, dia tinggal di Marin County, California; Cambridge, Massachusetts; dan Cape Cod. Melalui semua perubahan ini, Erikson terus mencari nama ayahnya. Dia meninggal 12 Mei 1994, pada usia 91 tahun. Karya paling terkenal Erikson yaitu Childhood and Society (1950, 1963, 1985); Young Man Luther (1958); Identity: Youth and Crisis (1968); Gandhi's Truth (1969), A Book that Won a Pulitzer Prize and The National Book Award; Dimension of New Identity (1974); Life History and the Historical Moment (1975); Identity and The Life Cycle(1980); The Life Cycle Completed (1982). Dan Stephen Schlein mengumpulkan banyak makalahnya dalam A Way of Looking at Things (Erikson, 1987).

C. Struktur Kepribadian Erikson berpendapat bahwa ego adalah kekuatan positif yang menciptakan identitas diri, kesadaran akan “saya”. Sebagai pusat kepribadian kita, ego kita membantu kita beradaptasi dengan berbagai konflik dan krisis kehidupan, serta menjaga kita dari kehilangan individualitas karena generalisasi tekanan

6

masyarakat. Erikson melihat ego sebagai agen pengatur sebagian tak sadar yang mempersatukan pengalaman kita saat ini dengan identitas diri di masa lalu, serta dengan gambaran diri yang diharapkan. Dia mendefinisikan ego sebagai kemampuan seseorang untuk menyatukan pengalaman dan tindakan secara adaptif (Erikson, 1963). Erikson (1968) mengidentifikasi tiga aspek ego yang saling terkait, yaitu body ego, ego ideal, dan ego identity. Body ego mengacu pada pengalaman dengan tubuh kita; cara melihat fisik diri yang berbeda dengan orang lain. Ego ideal mewakili citra yang kita miliki tentang diri kita sendiri dibandingkan dengan cita-cita yang sudah mapan; itu bertanggung jawab atas kepuasan atau ketidakpuasan kita, tidak hanya dengan fisik kita tetapi dengan seluruh identitas pribadi kita. Ego identity adalah citra yang kita miliki tentang diri kita sendiri dalam berbagai peran sosial yang kita mainkan. Meskipun masa remaja biasanya adalah masa ketika ketiga komponen ini berubah paling cepat, perubahan ego tubuh, ego ideal, dan ego identity dapat terjadi pada setiap tahap kehidupan. •

Pengaruh Masyarakat Meskipun

kapasitas

bawaan

penting

dalam

pengembangan

kepribadian, ego muncul dari dan sebagian besar dibentuk oleh masyarakat. Bagi Erikson, ego ada sebagai potensi saat lahir, tetapi harus muncul dari dalam lingkungan budaya. Masyarakat yang berbeda, dengan variasi dalam praktik mengasuh anak, cenderung membentuk kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai budaya mereka. Erikson (1968, 1974) berpendapat bahwa secara historis semua suku atau bangsa, termasuk Amerika Serikat, telah mengembangkan apa yang disebutnya pseudospecies: yaitu, ilusi yang dilakukan dan diabadikan oleh masyarakat tertentu yang entah bagaimana dipilih untuk menjadi spesies manusia. Di abad-abad yang lalu, kepercayaan ini telah membantu kelangsungan hidup suku tersebut, tetapi dengan cara modern penghancuran

7

dunia, persepsi berprasangka seperti itu (seperti yang ditunjukkan oleh Nazi Jerman) mengancam kelangsungan hidup setiap bangsa. •

Prinsip Epigenetik Erikson percaya bahwa ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan menurut prinsip epigenetik, istilah yang dipinjam dari embriologi. Perkembangan epigenetik menyiratkan pertumbuhan organ janin selangkah demi selangkah. Embrio tidak dimulai sebagai makhluk kecil yang terbentuk sempurna, lalu berkembang struktur dan bentuknya. Sebaliknya, ia berkembang, menurut kecepatan yang telah ditentukan dan dalam urutan yang tetap. Jika mata, hati, atau organ lain tidak berkembang selama periode kritis untuk perkembangannya, maka mereka tidak akan pernah mencapai kematangan yang tepat. Dengan cara yang sama, ego mengikuti jalur perkembangan epigenetik, dengan setiap tahap berkembang pada waktu yang tepat. Satu tahap muncul dari dan dibangun di atas tahap sebelumnya, beruruan, tetapi tidak menggantikan tahap sebelumnya. Perkembangan epigenetik ini dianalogikan dengan perkembangan fisik anak, yang merangkak sebelum berjalan, berjalan sebelum berlari, dan berlari sebelum melompat. Erikson

(1968)

menggambarkan

prinsip

epigenetik

dengan

mengatakan bahwa “segala sesuatu yang tumbuh memiliki rencana dasar, dan dari rencana dasar ini bagian-bagian muncul, setiap bagian memiliki waktu kekuasaan khusus, sampai semua bagian telah muncul untuk membentuk keseluruhan yang berfungsi”. Lebih singkatnya, “epigenesis berarti bahwa satu karakteristik berkembang di atas karakteristik lainnya dalam ruang dan waktu” (Evans, 1967, hlm. 21-22).

D. Dinamika Kepribadian Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai 8

tindakan-tindakan sosial. Secara khusus psikososial berarti setiap tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang kemudian menjadi matang secara fisik dan psikologis. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson. Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya yang mana di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Erikson mengemukakan bahwa delapan tahap perkembangan yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara hirarkri, akan tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti yang diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna memperbaikinya. •

8 Tahap Perkembangan

9

1. Infancy: Trust vs Mistrust (0-1 tahun) Hubungan interpersonal bayi yang paling penting adalah dengan pengasuh utama mereka, biasanya ibu. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Kepercayaan bayi akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang atau menyantap makanan dengan nyaman dan tepat waktu. Apabila seorang ibu bisa memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi dan kontinuitas kepada bayi mereka, maka bayi itu akan mengembangkan perasaan dengan menganggap dunia sebagai suatu tempat yang aman untuk didiami. Kepuasaan yang dirasakan bayi akan menumbukan rasa aman, dicintai, dan terlindungi. Hasil dari adanya kepercayaan berupa kemampuan mempercayai lingkungan dan dirinya serta juga mempercayai kapasitas tubuhnya dalam berespon secara 10

tepat terhadap lingkungannya. Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan kepada bayinya, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada ora...


Similar Free PDFs