KONFLIK ASRAMA PAPUA DI SURABAYA PDF

Title KONFLIK ASRAMA PAPUA DI SURABAYA
Author Rachel Emeralda
Pages 7
File Size 157.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 605
Total Views 852

Summary

TUGAS SEJARAH WAJIB KONFLIK ASRAMA PAPUA DI SURABAYA (Untuk Memenuhi Penilaian PAT Pelajaran Sejarah Wajib) Oleh : Rachel Emeralda Pasaribu XII - PIIS 718897 SMA UNGGUL DEL JALAN Y.P. ARJUNA, DESA SITOLUAMA, KEC. LAGUBOTI, KAB. TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA, INDONESIA, 22381 KONFLIK ASRAMA PAPUA DI S...


Description

TUGAS SEJARAH WAJIB KONFLIK ASRAMA PAPUA DI SURABAYA (Untuk Memenuhi Penilaian PAT Pelajaran Sejarah Wajib)

Oleh : Rachel Emeralda Pasaribu XII - PIIS 718897

SMA UNGGUL DEL JALAN Y.P. ARJUNA, DESA SITOLUAMA, KEC. LAGUBOTI, KAB. TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA, INDONESIA, 22381

KONFLIK ASRAMA PAPUA DI SURABAYA A. Latar Belakang Konflik Asrama Papua Insiden ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 2019 di sebuah asrama mahasiswa di Kota Surabaya. Insiden diawali dengan tidak dipasangnya bendera Merah Putih di depan asrama tersebut, padahal sudah diingatkan beberapa kali oleh pihak kelurahan. Lama kelamaan, isu ini meluas hingga membawa penyebaran hoaks, diskriminasi rasial, dan bahkan, secara samar membangkitkan semangat untuk memerdekakan Papua. Ada beberapa versi dari konflik ini, yakni dari sudut pandang mahasiswa dan pejabat kecamatan yang awalnya bertugas menancapkan bendera di depan asrama tersebut. Kurangnya koordinasi antara pihak satuan pengamanan dan pihak mahasiswa yang menjadi latar belakang konflik ini.

B. Kronologi Konflik Asrama Papua Sejumlah pejabat dan personel Satpol PP Kecamatan Tambaksari datang ke pondokan mahasiswa Papua yang kerap disebut Asrama Kamasan pada tanggal 15 Agustus 2019. Mereka datang bersama personel Koramil 02/0831 dan Polsekta Tambaksari. Camat Tambaksari, Ridwan Mubarun, berdiri di depan pagar asrama dan berbincang dengan beberapa mahasiswa Papua mengenai pemasangan bendera. Anggota Satpol PP akhirnya menancapkan tiang berbendera Merah Putih di depan gerbang Asrama Kamasan. Penuturan versi kecamatan ini sesuai dengan kronologi yang dipublikasikan penghuni asrama. Pada tanggal 16 Agustus 2019, Pejabat kecamatan mengklaim, tiang yang mereka tancapkan sehari sebelumnya telah berpindah tempat. Menurutnya, tiang yang tadinya berdiri di depan pagar hari itu berada di antara batas asrama dan rumah sebelahnya. Mahasiswa di asrama mengatakan bahwa sekitar pukul 09.00 WIB rombongan kecamatan, koramil, dan polsekta lalu mengecor tiang bendera bendera baru. Titiknya persis di lokasi sebelumnya. Dalam kronologi tertulis mereka, penghuni asrama Kamasan berkata pengecoran tiang bendera itu dilakukan anggota Satpol PP serta polisi dan tentara tak berseragam. Sebelum pukul 16.00 sore, rombongan pejabat kecamatan, koramil, dan polsekta Tambaksari kembali datang ke asrama. Pemicunya, tiang bendera yang

mereka pasang bengkok ke arah tanah. Bendera Merah Putih yang terpasang pada tiang itu menyentuh got di depan pagar asrama. Pimpinan rukun warga menyebut foto kondisi tiang dan bendera itu menyebar di grup Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Pacar Keling, Tambaksari. Dorlince Iyowau, perwakilan mahasiswa Papua di Surabaya berkata kepada salah satu media bahwa mereka tidak mengetahui kondisi bendera sudah jatuh. Dorlince mengatakan bahwa mereka tahu ketika TNI datang dan langsung melakukan pendobrakan. Dia juga mengatakan bahwa mereka bukanlah tokoh dibalik jatuhnya bendera tersebut. Berdasarkan laporan warga, pada tanggal 17 Agustus 2019, satpol PP, aparat kepolisian, dan TNI kemudian mendatangi lokasi kejadian dan melakukan pendekatan persuasif terlebih dahulu kepada para mahasiswa Papua agar mereka memberikan klarifikasi terhadap dugaan penghinaan terhadap bendera. Namun, tidak ada satupun mahasiswa Papua yang bersedia keluar. Oleh karena itu, aparat kepolisian mengambil tindakan mengeluarkan gas air mata dan membawa sebanyak 43 mahasiswa Papua ke kantor Polsek Wonokromo untuk dimintai keterangan. Pada malam itu juga ke-43 orang mahasiswa tersebut dipulangkan. Malam hari itu juga ada 2 orang yang masuk ke asrama dan selanjutnya dimintai keterangan oleh polisi. Pada tanggal 19 Agustus 2019, beredar di masyarakat berita hoaks yang menyatakan bahwa telah terjadi pengusiran mahasiswa Papua dari Surabaya; telah terjadi persekusi dan diskriminasi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya; telah terjadi penangkapan 2 mahasiswa Papua dan menuntut dibebaskan; bahkan tewasnya mahasiswa Papua dalam insiden penembakan gas air mata; termasuk juga kata-kata kurang pantas dan rasial yang dikeluarkan oleh para Ormas yang dinilai menghina harga diri Orang Papua. Walikota Surabaya pada waktu itu, Tri Rismarini, mencoba melakukan pendekatan pada pihak mahasiswa pada tanggal 20 Agustus 2019. Namun, pada akhirnya ditolak untuk masuk ke asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Penolakan tersebut dilakukan dengan membuat spanduk bertuliskan ”Siapapun yang datang kami tolak”. Bahkan, Lenis Kagoya, staf khusus Presiden Bidang Kelompok Kerja Papua, yang mendatangi asrama mahasiswa ditolak masuk. Pada tanggal 21 Agustus 2019, Tim Pemantau UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua turun ke tempat kejadian di Surabaya. Namun, tim tersebut ditolak juga oleh para mahasiswa Papua tersebut.

C. Penyebab Konflik Berdasarkan kronologi yang sudah dijelaskan di atas, penyebab utama dari konflik ini adalah jatuhnya bendera di depan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya. Adapun faktor lain yang memicu konflik memanas adalah kurangnya komunikasi dua arah yang damai. Pihak mahasiswa di sini kurang responsif atas perilaku koersif dari pihak TNI karena mereka merasa pihak TNI ataupun satuan pengamanan lainnya terkesan main hakim sendiri. Sedangkan jika kita tinjau dari pihak TNI, mereka mengambil langkah koersif karena khawatir akan muncul perlawanan kasar dari mahasiswa-mahasiswa Papua tersebut. Pihak TNI juga menganggap permasalahan pencemaran martabat bendera ini adalah hal serius, sehingga pendekatan awal yang dilakukan adalah pendekatan yang berbau kekerasan.

D. Dampak Konflik Akibat konflik pada tanggal 17 Agustus tersebut, setidaknya lima mahasiswa Papua terluka. Bentrok antara Satpol PP dan mahasiswa pada saat itu juga menimbulkan kerusakan fasilitas umum. Berita-berita tersebar ke seluruh negeri, tak terkecuali berita bohong. Berita hoaks yang tersebar tersebut telah menyulut kemarahan orang Papua di Manokwari dan meluas hingga ke Jayapura, Sorong, Makasar, Fakfak, Mimika, Yahukimo, dan Nabire. Kantor DPRD Papua Barat dibakar, fasilitas publik dirusak, dan pohon-pohon di pinggir jalan ditebangi. Di Sorong, kantor lembaga permasyarakatan dibakar. Di Fakfak, sebuah pasar dan sebuah kantor Dewan Adat dibakar. Selain itu 2 buah mobil dan beberapa rumah mengalami pecah kaca.

E. Penyelesaian Konflik Setelah melakukan penyelidikan dan penyidikan, Pengadilan Negeri (PN) Surabaya menggelar sidang perdana kasus dugaan provokasi, ujaran kebencian, dan penyebaran hoaks insiden Asrama Mahasiswa Papua, dengan terdakwa Tri Susanti (Mak Susi) pada 27 November 2019. Susi didakwa telah dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan antar individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).

Tersangka menyebarkan hoaks melalui posting-an yang dikirimkan terdakwa pada 16 Agustus 2019. Dari posting-an tersebut terlihat bahwa terdakwa, Tri Susanti, mengirimkan gambar bendera merah putih yang jatuh ke selokan dengan disertai keterangan gambar yang berbunyi 'Bendera MERAH PUTIH dibuang ke selokan oleh kelompok SEPARATIS di SURABAYA pada hari Jumat tgl 16 Agustus 2019 jam 13.30 tepatnya di ASRAMA MAHASISWA PAPUA Jl. Kalasan No. 10 Surabaya’. Terdakwa juga kembali melayangkan ujaran provokatif dalam wawancara yang ditayangkan di I-News TV yang berdurasi selama 00.54 detik, dan disiarkan pada 16 Agustus 2019. Terdakwa mengatakan 'setelah ditinggal ternyata bendera tersebut di robek, dimasukan ke selokan dan dipatah-patahkan'. Pernyataan itu yang menimbulkan amarah dari ormas dan masyarakat Surabaya. Padahal, tiang bendera tak mengalami patah, atau robek, melainkan hanya bengkok dan bendera tergeletak di dalam selokan. Kemudian, pada 17 Agustus, Susi kembali mengirimkan pesan di grup INFO KB FKPPI. Pesannya berbunyi ‘Mohon perhatian URGENT kami butuh bantuan MASSA karena anak PAPUA akan melakukan perlawanan dan telah siap dengan senjata tajam dan panah PENTING PENTING PENTING.’ Atas perbuatannya tersebut, Susi didakwa melanggar Pasal 28 ayat (2) dan Pasal 45A ayat (2) UU nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik.

F. Sikap Pemerintahan Indonesia terkait Konflik Asrama Papua Walikota Surabaya telah meminta maaf atas peristiwa yang terjadi dan menjamin mahasiswa Papua di Surabaya aman. Gubernur Jawa Timur juga telah meminta maaf kepada masyarakat Papua melalui Gubernur Papua. Pertemuan juga terus dilakukan antara Pemerintah Provinsi dan tokoh masyarakat Papua di Surabaya. Presiden Joko Widodo juga berpidato khusus mengenai insiden Surabaya dan meminta agar masyarakat Papua mau memberikan maaf. Pemerintah berjanji akan terus menjaga kehormatan dan martabat Papua, serta akan mengusut kasus tersebut sampai tuntas. TNI dan Polri juga diminta untuk senantiasa melaksanakan tindakan persuasif dan terukur kepada masyarakat. Namun, respons ini tidak diterima dengan baik oleh orang Papua. Tetap terjadi aksi massa di berbagai tempat di Tanah Papua

yang menolak tindakan rasialisme dan diskriminatif terhadap anak-anak Papua di Surabaya.

G. Pendapat Saya Mengenai Konflik Asrama Papua Saya awalnya sangat tidak menyangka konflik perpecahan seperti ini akan muncul di saat-saat menjelang hari peringatan proklamasi. Sungguh disayangkan kita harus terpecah menjadi beberapa kelompok di saat kita merayakan hari persatuan kita sebagai satu bangsa. Konflik ini membuat saya sadar bahwa penting sekali komunikasi dalam kehidupan secara umum, tak hanya sebatas dalam penyelesaian masalah saja. Kasus ini bisa berubah dari konflik fisik ke konflik yang lebih damai jika langkah penyelesaiannya tepat. Saya tidak ingin memihak salah satu oknum, hanya memang menurut pandangan saya, ada kegagalan komunikasi yang menjadikan konflik ini semakin panas. Ironisnya, ada saja pihak-pihak di luar yang bertikai yang tidak menggunakan komunikasi dengan bijak. Akibatnya, muncullah kesimpangsiuran dan kesesatan informasi. Permasalahan yang harusnya satu jadi beranak pinak karena adanya kesalahpahaman dan kurang bijaknya dalam berkomunikasi.

Daftar Pustaka Antaranews.com. (2019). LBH Surabaya dorong penyelesaian kasus asrama Papua secara transparan. diakses 24 Februari 2021, dari https://www.antaranews.com /berita/1030678/lbh-surabaya-dorong-penyelesaian-kasus-asrama-papua secara-transparan Bbc.com. (2019). Cek fakta kasus bendera merah putih dan makian rasialisme Papua di

Surabaya.

diakses

24

Februari

2021,

dari

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49446765 Cnnindonesia.com. (2019). Kronologi Pengepungan Asrama Papua Surabaya Versi Mahasiswa. diakses 25 Februari 2021, dari https://www.cnnindonesia. com/nasional/20190819072043-20-422556/kronologi-pengepungan-asramapapua-surabaya-versi-mahasiswa Katharina, Riris. 2019. Insiden Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya. Info Singkat, Vol. XI, No.16/II/Puslit/Agustus/2019 Republika.co.id. (2019). Kasus Insiden Asrama Mahasiswa Papua Mulai Disidangkan. diakses 25 February 2021, dari https://nasional.republika.co.id/berita/q1m iqr428/kasus-insiden-asrama-mahasiswa-papua-mulai-disidangkan...


Similar Free PDFs