Title | Laporan Fartok VI |
---|---|
Author | Satriyo Krisna Palguno |
Course | Farmakologi I |
Institution | Universitas Sebelas Maret |
Pages | 7 |
File Size | 166 KB |
File Type | |
Total Downloads | 11 |
Total Views | 426 |
PERCOBAAN VIANTI PIRETIKI. TUJUANMengenal dan mempraktekkan uji anti demam menggunakaan metode induksi demamII. TINJAUAN PUSTAKA Antipiretik adalah obat penurun panas. Obat-obat antipiretik juga menekan gejala-gejala yang biasanya menyertai demam seperti malgia, kedinginan, nyeri kepala, dan lain-la...
PERCOBAAN VI ANTI PIRETIK
I.
TUJUAN Mengenal dan mempraktekkan uji anti demam menggunakaan metode induksi demam
II. TINJAUAN PUSTAKA Antipiretik adalah obat penurun panas. Obat-obat antipiretik juga menekan
gejala-gejala
yang
biasanya
menyertai demam
seperti malgia,
kedinginan, nyeri kepala, dan lain-lain. Namun, pada kenaikan suhu yang rendah atau sedang, tidak terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa demam merupakan keadaan yang berbahaya atau bahwa terapi antipiretik bermanfaat. Perintah pemberian antipiretik yang rutin, dapat mengaburkan informasi klinis penting yang perlu dicari dengan mengikuti perjalanan suhu tubuh apakah naik
ataukah
turun.
Antipiretik
menyebabkan hipotalamus
untuk
mengesampingkan peningkatan interleukin yang kerjanya menginduksi suhu tubuh. Tubuh kemudian akan bekerja untuk menurunkan suhu tubuh dan hasilnya adalah pengurangan demam. Dalam tubuh panas dihasilkan oleh gerakan otot, simulasi makanan, dan oleh semua proses vital yang berperan dalam tingkat metabolisme basal. Panas dikeluarkan oleh tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan airdisaluran nafas dan kulit. Sejumlah kecil panas juga
dikeluarkan
melalui
urin
dan
feses.
keseimbangan
antara
pembentukan dan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh. karena kcepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dankarena sistem enzim dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar berfungsi optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada suhu yang relatif konstan (Amila, 2009). Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Suhu tubuh normal adalah 36⁰ C – 37⁰ C. Kebanyakan analgetik memberikan efek antipiretik. Tetapi sebaliknya antipiretik juga dapat mengurangi rasa sakit yang
diderita. Masing-masing obat tergantung yang mana efeknya paling dominan. Contoh: asetaminophen parasetamol, asetosal aspirin. Obat-obat tersebut efek antipiretiknya lebih besar daripada analgetiknya. Antipiretik mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase sehingga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana perintah memproduksi panas di atas normal dan pengurangan pengeluaran panas tidak ada lagi. Terapi antipiretik tidak diperlukan kecuali untuk pasien hemodinamik yang terbatas. Aspirin atau asetaminofen 325-650 mg setiap empat jam efektif mengurangi demam. Obat itu lebih baik diberikan secara terusmenerus daripada hanya bila diperlukan, karena dapat mengakibatkan periode menggigil dan berkeringat yang terjadi pada fluktuasi suhu yang disebabkan variasi kadar obat. Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas. pusat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus pada keadaan demam keseimbangan initerganggu tetapi dapat dikembalikan ke keadaan normal oleh obat mirip aspirin.peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali pengelepasan suatu zat pirogen endogen atau sitokin misalnya interleukin-1 (IL1) yang memacu pengelepasan prostaglandin yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus. Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis prostaglandin. Demam yang timbul akibat pemberian prostaglandin tidakdipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu tubuh sebab lain misalnya latihan fisik (Wilmana, 2011). Antipiretik adalah golongan obat yang dipergunakan untuk menurunkan suhu tubuh bila demam. Cara kerja antipiretik antara lain dengan melebarkan pembuluh darah di kulit, sehingga teradi pendinginan darah oleh udara luar. Sebagian obat antipiretik juga merangsang berkeringat. Penguapan keringat turut menurunkan suhu badan. Diduga kerja obat antipiretik adalah mempengaruhi bagian otak yangmengatur suhu badan. Bagian ini terletak di hipotalamus. Obat antipiretik juga bersifat analgesik dan oleh karena itu biasa disebut golongan obat analgesik-antipiretik. Sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Walaupun kebanyakan obat ini
memperlihatkan efek antipiretik, in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama. Fenilbutazon dan antirematik lainnya tidak digunakan sebagai antipiretik (Katzung, 2009). Daya antipiretik asetaminofen parasetamol, asetosal aspirin berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat (Tjay dan Rahardja, 2012).
III. CARA PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat a. Gelas beker 50 dan 500 ml b. Gelas ukur 5 ml c. Kapas d. Labu ukur 10 ml e. Neraca analitik f. Pipet g. Spuit injeksi (1 ml) h. Sonde Oral i. Termometer digital 3.1.2 Bahan a. Aquadest b. Asetosal c. Ibufrofen d. Metamizol e. Parasetamol f. Stimulus demam pepton 12,5%/vaksin 3.1.3 Hewan Uji a. Mencit jantan dan betina 3.2 Cara Kerja Adaptasikan dan timbang hewan uji. Bagi menjadi 5 kelompok, masingmasing sebanyak 2 ekor. Ukur suhu tubuh hewan uji melalui rektal, berikan secara per oral larutan obat (parasetamol, metamizol, asetosal, ibuprofen, dan aquadest/kontrol negatif) pada masing-masing kelompok Diamkan selama 15 menit dan induksi stimulus demam berupa pepton 12,5% secara intra muskular (i.m)
Ukur suhu tubuh hewan uji melalui rektal setiap interval waktu 0, 15, 30, 45, dan 60 Hitung presentasi peningkatan suhu tubuh akibat stimulasi demam
IV. HASIL PERCOBAAN 4.1 Data Hasil Pengamatan 4.1.1 Data Pemberian Volume Obat Dan Induksi
No 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Berat Badan 31,70 g 30,75 g 26,35 g 29,08 g 27,34 g 26,08 g 26,28 g 26,93 g 22,88 g
Perlakuan PARACETAMOL PARACETAMOL PARACETAMOL METAMIZOL METAMIZOL METAMIZOL ASETOSAL ASETOSAL ASETOSAL
Volume Obat 0,91 ml 0,87 ml 0,74 ml 0,69 ml 0,65 ml 0,62 ml 0,49 ml 0,51 ml 0,42 ml
Volume Dpt 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml
4.1.2 Data Hasil Pengukuran Suhu Pada Uji Anti Demam No
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Bobot mencit
Perlakuan
24,45 g 25,50 g 28,33 g 26.35 g 30 g 30 g 29,08 g 27,34 g 26,08 g
Ibuprofen Ibuprofen Ibuprofen Paracetamol Paracetamol Paracetamol Metamizol Metamizol Metamizol
T awal 36,0 35,0 36,2 36,4 37,1 36,9 37,5 38,5 38,4
T0 36,0 34,1 33,5 37,1 36,9 35,7 34,7 38,3 38,4
Suhu T15 T30
T45
T60
36,9 34,5 35,0 37,1 35,3 36,4 36,8 37,6 37,4
36,3 34,5 34,1 34,7 36,1 35,5 37,6 37,4 37,6
36,2 34,4 35,6 34,6 35,5 35,4 36,6 37,3 37,4
36,3 33,6 35,0 35,9 35,2 36,3 37,4 37,6 37,5
4.2 Perhitungan 4.2.1 Perhitungan Dosis 1. Paracetamol Dosis Paracetamol = 500 mg Bobot Paracetamol = 520 mg Untuk mencit 20 gram
= 500 mg x 0,00261 = 1,305
Untuk mencit 35 gram
= 35 x 1,305 = 2,283 20
Pembuatan larutan stock : Vol pemberian = 10 ml 1 ml Dosis pemberian :
Ratarata suhu 36,4 34,2 34,9 35,5 35,5 35,9 37,1 37,4 37,4
% kenaika n suhu 1,1 -2,2 -3.5 -2,4 -4,3 -2,7 -1.0 -2,8 -2,6
Mencit 1 = 24,45 gram x 1,8375 = 1,283 mg 35 gram Mencit 2 = 2. Metamizol 3. Ibuprofen
V. PEMBAHASAN VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA Amila, 2009. Tentang antipiretik. Jakarta : Erlangga Katzung, Bertram., G. 2009. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC Tjay dan Rahardja, 2012. Obat-obat penting. Jakarta : Gramedia Wilmana, 2011. Farmakologi Terapan. Jakarta : Erlangga...