Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolid Kelompok 5 Mu'awiyah bin Abu Sufyan 2A PDF

Title Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolid Kelompok 5 Mu'awiyah bin Abu Sufyan 2A
Author D3 Farmasi Mucis
Pages 34
File Size 1.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 58
Total Views 263

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLID Dosen Pembimbing: Nurhidayati Harun, M.Farm., Apt Oleh: Kelompok 5 (Mu’awiyah bin Abu Sufyan) Rena Fitriani Rahayu (1804277028) Reni Sri Rahmawati (1804277029) Sandi Hasanul Furkon (1804277030) Sari Aprianti (1804277031) Sela Novelia Dwi (180...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolid Kelompok 5 Mu'awiyah bin Abu Sufyan 2A D3 Farmasi Mucis

Related papers SEDIAAN GEL, CREAM DAN OINT MENT winda hayat i Unia sahda sabilah LAPORAN AKHIR kosmet ik krim jerawat Puput rhamadaniharfa Harfa

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLID Dosen Pembimbing: Nurhidayati Harun, M.Farm., Apt

Oleh: Kelompok 5 (Mu’awiyah bin Abu Sufyan) Rena Fitriani Rahayu (1804277028) Reni Sri Rahmawati (1804277029) Sandi Hasanul Furkon (1804277030) Sari Aprianti (1804277031) Sela Novelia Dwi (1804277032) Sidiq Alimul Hakim (1804277033)

PROGRAM STUDI D III FARMASI STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS 2019

PERCOBAAN 3. CREMORES (KRIM)

I. TUJUAN a.

Mampu mengetahui cara pembuatan sediaan krim

b.

Mampu memahami formulasi sediaan krim

c.

Mampu melakukan evaluasi sediaan krim

II. DASAR TEORI CREMORES (KRIM)

Menurut FI IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau terdispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada dua tipe krim yaitu tipe minyak air (m/a) dan tipe air minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk tipe krim a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, koleterol dan cera. Sedangkan untuk tipe m/a digunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium stearat dan ammonium stearat. Selain itu dapat juga dipakai tween, natrium lauril sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulgator. Kestabilan krim akan terganggu / rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan ata zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.

Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera “Obat Luar”. Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim. Krim merupakan salah satu sediaan emulsi setengah padat dengan kandungan air tidak kurang dari 60% serta dimaksudkan untuk pemakaian luar atau topikal. Sediaan topikal dengan bentuk krim lebih disukai karena banyak keuntungannya, diantaranya yaitu : sederhana dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan, mudah di cuci, bentuknya menarik serta menimbulkan rasa nyaman bagi pengguna. Syarat-syarat dasar krim yang baik dan ideal adalah stabil, lunak dan homogen, mudah digunakan, cocok dengan zat aktif, bahan obat dapat terbagi halus dan terdistribusi merata dalam dasar krim. Proses terbentuknya krim dapat terjadi melalui reaksi safonifikasi (penyabunan) dan emulsifikasi. Reaksi penyabunan terdiri dari suatu basa dan asam lemak. Sedangkan reaksi emulsifikasi terdiri dari gabungan surfaktan yang membentuk emulsi berdasarkan Hydrophilic-Lipophylic Balance (HLB) butuh dari minyak. Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetik. Ada dua tipe krim, yaitu:

a.

Tipe krim m/a atau o/w Krim m/a yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas.

Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang alkohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih populer. Contoh: Vanising cream.

b.

Tipe krim a/m atau w/o Yaitu minyak terdispersi dalam air. Krim berminyak mengandung zat

pengemulsi a/m yang spesifik seperti adeps lanae, wool alkohol, atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, misalnya Ca. Contoh: Cold cream.

A. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Krim

1.

Mudah menyebar rata.

2.

Praktis.

3.

Mudah dibersihkan atau dicuci.

4.

Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat.

5.

Tidak lengket terutama tipe m/a.

6.

Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m.

7.

Digunakan sebagai kosmetik.

8.

Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorbsi tidak cukup beracun.

9.

Pembuatan krim harus dalam keadaan suhu panas.

10. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak sesuai. 11. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.

B.

1.

Bahan-bahan Penyusun Krim

Fase minyak, yaitu bahan obat dalam minyak; bersifat asam. Contoh: asam asetat, paraffin liq, octaceum, cera, vaselin, dll.

2.

Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air; bersifat basa. Contoh: Nat.tetraborat (borax, na.biborat), TEA, NaOH, KOH, gliserin, dll.

3.

Zat berkhasiat; sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat.

4.

Pengemulsi; bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim, umumnya berupa surfaktan. Selain itu, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasium, setil alkohol, stearil alkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG dan sabun.

5.

Zat Tambahan

a)

Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet yang sering digunakan: nipagin (0,12%-0,18%) dan nipasol (0,02%0,05).

b) Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan. Contoh: dapar fosfat. c)

Pelembab (humectan), untuk meningkatkan hidrasi kulit. Contoh: gliseril, PEG dan sorbitol.

d) Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh. Contoh: tokoferol, alkil galla, BHT dan na.sulfit.

C. Evaluasi Sediaan Krim

1. Uji Organoleptik

Pemeriksaan organoleptik meliputi bentuk, warna dan bau yang diamati.

2. Uji pH

Sediaan ditimbang sebanyak 5 gr dan dilarutkan dalam 45 ml aquadest.  Rentang toleransi pH krim berkisar antara 4,0 – 7,5.  Rentang pH normal kulit yaitu 4,5 - 6,5.  pH seharusnya mendekati pH kulit yaitu 4,5 - 6,5 (Ansel, 2008)

3. Uji Homogenitas

Hasil sediaan diuji homogenitas nya secara visual dan dengan sentuhan.  Diambil krim secukupnya, kemudian dioleskan pada object glass. Diamati jika terjadi pemisahan fase dan penggumpalan atau butiran kasar.

4. Uji Viskositas

Pemeriksaan nilai viskositas menggunakan viskometer brookfield. Standar viskositas krim adalah 10% - 90%. Viskositas yang disyaratkan oleh SNI 16-4399-1996 adalah 2.000 cp - 50.000 cp.

5. Uji Pemeriksaan Tipe Krim

Sejumlah sediaan krim diletakan pada gelas objek kemudian tambahkan 1 tetes metilen blue, diaduk dengan batang pengaduk, bila metilen blue tersebarkan merata berarti tipe krim yang dihasilkan adalah M/A, bila timbul bintik-bintik biru krim yang dihasilkan tipe A/M.

III. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT

1.

Alat-alat gelas

2.

Cawan porselin

3.

Sendok

4.

Mortir dan stemper

5.

Penangas air

6.

Timbangan

B. BAHAN

1.

Kloramfenikol

2.

Asam stearat

3.

Setil alkohol

4.

Propil paraben

5.

Metil paraben

6.

Tween 80

7.

Span 80

8.

Gliserin

9.

Adeps lanae

10. Paraffin liq 11. Aquadest

C. FORMULASI

Kloramfenikol

0,01 gr

Asam sterat

2,5 gr

Setil alkohol

2,5 gr

Profil paraben

0,09 gr

Metil paraben

0,01 gr

Tween 80

0,934 gr

Span 80

4,065 gr

Gliserin

15 gr

Adeps lanae

2,5 gr

Paraffin cair

2,5 gr

Aquadest

ad

50 gr

IV. URAIAN BAHAN

A. Kloramfenikol (Choloramphenicol) FI Edisi III hal. 143 

Pemerian: hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih sampai putih kelabu atau putih ke kuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit.



Kelaruran: larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol ( 95 % ) P dan dalam 7 bagian propilenglikol p; sukar larut kloroform dan dalam eter p.

B. 



Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik; terlindung dari cahaya.



Penandaan: pada etiket harus juga terteran kadaluarsa.



Khasiat : Antibiotikum.

Asam stearat (Acidum stearicum) FI Edisi III hal. 57

Pemerian: zat padat keras mengikat menunjukan susunan hablur; putih / kuning pucat; mirip lemak lilin.



Kelarutan: praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol ( 95 % )p, dalam 2 bagian kloroform p dan dalam 3 bagian eter p.



Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik



Khasiat: zat tambahan

C. 

Setil alkohol (Cetyl alcohol, Ethal) Excipient 6th , 2009: 156

Pemerian: serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak memiliki bau dan rasa yang khas.



Kelarutan: mudah larut dalam etanol ( 95 % ) dan eter, kelarutan meningkat dengan peningkatan temperatur, serta tidak larut dalam air.



Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, terparatur yang sejuk dan kering.



Khasiat: Emolien dan pengemulsi

D.

Propil paraben (Propylis parabenum, Nipasol) FI Edisi III hal. 535



Pemerian: serbuk halus putih, tidak berbau; tidak berasa.



Kelarutan: sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol ( 95 % )p, dalam 3 bagian aseton p, dalam 140 bagian gliserin p dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.



Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik.



Khasiat : zat pengawet.

E. 

Metil paraben (Methylis parabenum, Nipagin) FI Edisi III hal. 378

Pemerian: serbuk hablur; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak membekas di ikuti rasa tebal.



Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik.



Khasiat: zat tambahan; pengawet.

F. 

Tween 80 (Polioksietilen sorbitan monoleat)

Pemerian: cairan kental; berwarna kuning berasa pahit, berbau khas, dan hangat.



Kelarutan: larut dalam air dan etanol, praktis tidak larut dalam minyak mineral dan minyak sayur.



G.

Pemakaian: emulgator 1 % - 15 %.

Span 80 (Sorbitol monoleat)



Pemerian: cairan kental, berwarna kuning berasa pahit; berbau khas.



Kelarutan: larut / terdispersi dalam minyak ; larut dalam pelarut organik, praktis tidak larut dalam air.



H. 

Penyimpanan: wadah tertutup baik.

Gliserin (Glycerolum) FI Edisi III hal. 271

Pemerian: cairan seperti sirup; jernih; tidak berwarna; tidak berbau; manis di ikuti rasa hangat, higroskopis.



Kelarutan: dapat di campur dengan air, dan dengan etanol ( 95 % )p; praktis tidak larut dalam kloroform p, dalam eter p dan dalam minyak lemak.



Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik.



Khasiat: zat tambahan.

I.

Adeps lanae ( Lemak bulu domba) FI Edisi III hal. 61 

Pemerian: zat serbuk lemak, liat letak kuning muda / pucat, agak nembus cahaya bau lemak dan khas.



Kelarutan: praktis tidak larut dalam kloroform p dan dalam eser p.



Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, terlidung dari cahaya di tempat sejuk.



Khasiat : zat tambahan

J.

Paraffin liq (Paraffin cair) FI Edisi III hal. 474 

Pemerian: cairan kental, transparan, tidak berflourensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak berasa.



Kelarutan: praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)p; larut dalam kloroform p dan dalam eter p.



Khasiat: laksativum

K. Aquadest (Air suling) FI Edisi III hal. 96 

Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.



V.

1.

Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik.

PEHITUNGAN PENIMBANGAN

Kloramfenikol = 0,01 gr + 10% = 0,01 gr + 0,001 gr = 0,011 gr = 11 mg Pengenceran = timbang kloramfenikol 50 mg ad pelarut 10000 mg Diambil = 11 mg / 50 mg x 10000 mg = 2200 mg = 2,2 gr

2.

As. Stearat = 2,5 gr + 10% = 2,5 gr + 0,25 gr = 2,75 gr

3.

Setil alcohol = 2,5 gr + 10% = 2,5 gr + o,25 gr = 2,75 gr

4.

Propil paraben = 0,09 gr + 10% = 0,09 gr + 0,009 gr = 0,099 gr = 0,1 gr = 100 mg

5.

Metil paraben = 0,01 gr + 10% = 0,01 gr + 0,001 gr = 0,011 gr = 11 mg Pengenceran = timbang metil paraben 50 mg ad pelarut 10000 mg Diambil = 11 mg / 50 mg x 10000 mg = 2200 mg = 2,2 gr

6.

Tween 80 = 0,934 gr + 10% = 0,934 gr + 0,0934 gr = 1,0274 gr = 1 gr

7.

Span 80 = 4,065 gr + 10% = 4,065 gr + 0,04065 gr = 4,4715 gr = 4,5 gr

8.

Gliserin = 15 gr + 10% = 15 gr + 1,5 gr = 16,5 gr

9.

Adeps lanae = 2,5 gr + 10% = 2,5 gr + 0,25 gr = 2,75 gr

10.

Paraffin liq = 2,5 gr +10% = 2,5 gr + 0,25 gr = 2,75 gr

11.

Aquadest = 50 gr – (2,2 gr + 2,75 gr + 2,75 gr + 0,1 gr + 2,2 gr + 1 gr + 4,5 gr + 16,5 gr + 2,75 gr + 2,75 gr) = 50 gr – 37,5 gr = 12,5 gr

VI. PENIMBANGAN

No

Nama Bahan

Penimbangan

1

Kloramfenikol

2,2 gr

2

As.stearat

2,75 gr

3

Setl alkohol

2,75 gr

4

Propil paraben

100 mg

5

Metil paraben

2,2 gr

6

Span 80

4,5 gr

7

Tween 80

1 gr

8

Gliserin

16,5 gr

9

Adeps lanae

2,75 gr

10

Paraffin liq

2,75 gr

11

aquadest

12,5 gr

VII. CARA KERJA 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Timbang bahan-bahan Lakukan pengenceran kloramfenikol dan metil paraben, sisihkan Leburkan adeps lanae, as.stearat, setil alkohol, paraffin liq dan span 80 diatas penangas air Larutkan metil paraben dan propil paraben dalam air panas ad gliserin, dan tween 80 Panaskan mortar dan stamper, masukan fase air, gerus ad homogen Masukan fase minyak kedalam fase air dalam mortar, sambil diaduk hingga terbentuk emulsi yang stabil

7.

Masukan fase minyak kedalam fase air dalam mortar, sambil diaduk hingga terbentuk emulsi yang stabil 8. Tambahkan bahan aktif kloramfenikol kedalam campuran sedikit semi sedikit, gerus ad homogen 9. Masukan kedalam Beaker glass 10. Lakukan evaluasi, meliputi pemeriksaan organoleptik, uji pH, uji viskositas dan pemeriksaan tipe krim 11. Setelah diuji, masukan pot cream. Beri etiket VIII. EVALUASI

1.

2.

Uji Organoleptik Meliputi pemeriksaan konsistensi, bau dan warna yang dilakukan secara visual.

Uji pH Sediaan ditimbang sebanyak 5 gr dan dilarutkan dalam 45 ml aquadest. Rentang toleransi pH krim berkisar antara 4,0 – 7,5. Rentang pH normal kulit yaitu 4,5 - 6,5. pH seharusnya mendekati pH kulit yaitu 4,5 - 6,5 (Ansel, 2008)

3.

Uji Homogenitas Hasil sediaan diuji homogenitas nya secara visual dan dengan sentuhan. Diambil krim secukupnya, kemudian dioleskan pada object glass. Diamati jika terjadi pemisahan fase dan penggumpalan atau butiran kasar.

4.

Uji Viskositas Pemeriksaan nilai viskositas menggunakan viskometer brookfield. Standar viskositas krim adalah 10% - 90%. Viskositas yang disyaratkan oleh SNI 16-4399-1996 adalah 2.000 cp - 50.000 cp.

5. Uji Pemeriksaan Tipe Krim Sejumlah sediaan krim diletakan pada gelas objek kemudian tambahkan 1 tetes metilen blue, diaduk dengan batang pengaduk, bila metilen blue tersebarkan merata berarti tipe krim yang dihasilkan adalah M/A, bila timbul bintik-bintik biru krim yang dihasilkan tipe A/M

IX. HASIL DAN PEMBAHASAN

a) Uji Organoleptik Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan yang meliputi bentuk, warna dan bau. Berdasarkan hasil yang didapat bentuk sediaan yang didapat berupa setengah padat, warna putih gading dan bau yang dihasilkan adalah khas basis. Sediaan krim Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Konsistensi Semi padat Semi padat Semi padat

Bau Khas basis Khas basis Khas basis

Warna Putih gading Putih gading Putih gading

Namun setelah beberapa hari terjadi perubahan pada massa krim, yaitu dari yang tadinya massa krim berubah menjadi massa salep. Hal ini mungkin terjadi karena adanya penambahan bahan / zat yang terlalu berlebihan.

b) Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya bahan-bahan sediaan krim (Juwita, 2013). Pada evaluasi ini, uji homogenitas krim dilakukan secara visual dengan mengamati warna krim dan ada tidaknya bagian-bagian yang tidak tercampurkan dengan baik. Hasil yang didapat bahwa sediaan krim memenuhi syarat homogenitas yaitu tidak terlihat partikel kasar. Syarat sediaan krim yaitu jika dioleskan pada sekeping kaca tidak adanya pemisahan antara komponen penyusun emulsi tersebut (Erungan, 2009). Berdasarkan teori, sediaan krim dikatakan homogen bila susunan partikel-partikel tidak ada yang menggumpal atau tidak tercampur. Sediaan krim Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Visual Homogen Homogen Homog...


Similar Free PDFs