MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS BANGSA (CATATAN KRITIS DAN SHARING PENGALAMAN GURU INDONESIA PDF

Title MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS BANGSA (CATATAN KRITIS DAN SHARING PENGALAMAN GURU INDONESIA
Author M. Husamah, S.Pd....
Pages 588
File Size 3.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 23
Total Views 215

Summary

i MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS BANGSA (CATATAN KRITIS DAN SHARING PENGALAMAN GURU INDONESIA) Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang i Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa ii (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa (Cat...


Description

i

MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS BANGSA (CATATAN KRITIS DAN SHARING PENGALAMAN GURU INDONESIA)

Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang

i

ii

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) Hak Cipta © Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan Universitas Muhammadiyah Malang Hak Terbit pada UMM Press Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144 Telepon (0341) 464318 Psw. 140 Fax. (0341) 460435 E-mail: [email protected] http://ummpress.umm.ac.id Anggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia) Cetakan Pertama, Maret 2017 ISBN : 978-979-796-263-0 xx; 544 hlm.; 16 x 23 cm Setting & Design Cover : A. Andi Firmansah Editor: Arif Setiawan, Husamah, Fuad Jaya Miharja,Bustanol Arifin

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap menyebutkan sumbernya.

iii

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

iv

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)

v

KATA PENGANTAR GURU DAN KOMITMEN MENGAWAL MASA DEPAN “PENERUS” BANGSA Oleh: Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. (Wakil Rektor I/Bidang Akademik Universitas Muhammadiyah Malang; Guru Besar Fakultas Agama Islam) Sam M. Intrator & Robert Kunzman, dua orang profesor pendidikan dari Smith College Massachusetts dan Indiana University, Amerika Serikat, lewat artikel mereka “The Person in the Profession: Renewing Teacher Vitality through Professional Development (The Educational Forum, Vol. 71, Fall 2006)” dengan lugas menulis bahwa “Teachers are people with biographies and changing life circumstances and not merely repertoires of skills and techniques, the personal realm of teachers has been considered private terrain”. Berdasarkan pandangan tersebut, pribadi guru yang utuh tidak lain adalah model dan teladan, yang bahkan mampu mengubah kehidupan manusia yang lain, dengan ciri khas mereka berupa keyakinan, kepekaan, dan kejujuran. Kita semua menyadari, tuntutan pendidikan kekinian, terlebih di era “revolusi mental”, menghendaki profesi guru untuk memastikan bahwa peserta didik mereka mampu menaklukan dan meraih masa depan. Dengan kata lain, orang yang menekuni profesi tertua ini adalah orangorang terpilih, orang-orang yang mampu menciptakan masa depan. Lewat transfer ilmu pengetahuan, pengembangan potensi, dan pembentukan karakter, amanah itu senantiasa dijalankan tiap hari, bahkan rasanya tidak berlebihan bila dikatakan “tiap waktu”. Guru memiliki peran strategis dan jelas merupakan ujung tombak untuk menyelamatkan generasi. Berhasil atau tidak, baik atau buruk output pendidikan, dipegaruhi oleh bentuk pendidikan, dengan guru sebagai aktor utamanya. Hal ini tentu dengan tidak bermaksud menafikan peran orang tua dan masyarakat dalam satu rangkaian tripusat pendidikan.

v

vi

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)

Interaksi guru yang erat dan intens dengan peserta didik memberi makna bahwa guru memiliki pengaruh langsung dalam pikiran dan perilaku mereka. Guru selalu dibutuhkan sebagai salah seorang agen kunci bagi peserta didik, mereka yang dalam level remaja, dalam merespon masalah kekinian kehidupan. Tentu saja, aktivitas perjuangan mencetak generasi masa depan itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada begitu banyak ranjau kehidupan yang siap meledak hingga meluluhlantakkan niat, ada aneka bentuk jurang dan cadas kehidupan yang siap untuk menghancurkan semangat, dan cukup jamak rintangan yang setiap saat melumpuhkan energi guru, dan tentu saja para peserta didik, remaja, atau generasi muda itu sendiri. Maka, tak heran bila keluhan, rasa cemas, kegalauan, dan kesedihan guru, adalah kabar buruk bagi kehidupan bangsa. Faktanya, generasi muda bangsa kini dihadapkan pada beragam problema akut, mulai dari rusaknya pergaulan remaja dan menjamurnya tindakan amoral/asusila (penggunaan miras dan narkoba, akses pornografi, free sex, pemerkosaan, pelacuran, aborsi, perjudian, kriminalitas), tawuran, geng motor, bullying, bahkan pembunuhan dan tindakan tidak etis lainnya. Rangkaian perilaku buruk itu senantiasa kita baca dan saksikan di berbagai media massa atau bahkan secara langsung hingga detik ini. Tatakrama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan pun kian luntur dan sampai pada titik nadir, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat luas. Sebagai bahan perenungan, kurang lebih sepuluh tahun lalu kita pernah dikagetkan dengan hasil penelitian PKBI pada tahun 2005 tentang perilaku seksual remaja menyatakan remaja yang telah melakukan hubungan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52% dengan kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan 85% dilakukan di rumah sendiri. Berdasarkan data PKBI (2006) pun didapatkan 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% dilakukan oleh remaja, sebagian besar dilakukan dengan cara tidak aman, 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR). Kondisi tidak banyak berubah. Hasil penelitian Abadi (2015) menunjukkan aktivitas yang umum dilakukan remaja, yaitu masturbasi/oral seks (18%), berciuman (42%), meraba bagian sensitif pasangannya (30%), serta berhubungan kelamin (20%).

Kata Pengantar Wakil Rektor II UMM

vii

Kondisi ini tentu semakin mengkhawatirkan mengingat besarnya jumlah remaja di Indonesia. Bila kita merujuk dan memadukan data proporsi remaja di dunia, Biro Pusat Statistik, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 maka persentase jumlah remaja adalah 20-30%. Dengan estimasi jumlah penduduk Indonesia sebesar 250 juta orang, maka jumlah remaja adalah 50-75 juta orang. Arus informasi dan euphoria era globalisasi semakin memperunyam masalah, hingga menjadi sengkarut benang kusut, sebab sinyal kebebasan tanpa batas dan klaim modernitas yang dibawa cenderung di-amini oleh generasi muda. Sebagian dari orang tua justru malah acuh, atau bahkan terbawa arus dengan menganggap itu sebagai sebuah keniscayaan. Sebagian lagi mencoba melakukan tindakan aktif, mencoba reaktif dan berbuat sesuatu yang positif meskipun berat. Pada golongan kedua inilah kita dapat melihat posisi para guru Indonesia. Semangat mereka untuk terus berjuang memastikan setiap anak didik dapat menjadi generasi masa depan bangsa yang membanggakan senantiasa membara. Minimal indikator dari statemen itu adalah kemauan, kesadaran, kepekaan, dan antusiasme mereka untuk memberikan kontribusi berupa artikel dalam buku ini. Semangat para guru ini tentu harus selalu dipelihara, diwadahi, dan diapresiasi. Universitas Muhammadiyah Malang, dengan jargonnya Dari Muhammadiyah untuk Bangsa, secara sadar memahami hal itu. Sebagai bagian dari bangsa ini, sebagai bagian dari unsur pendidikan, dan sebagai bagian dari pencetak generasi, menjadi dasar Universitas Muhammadiyah Malang untuk memberikan perhatian lebih terhadap niat-niat baik, usaha-usaha positif, dan perhatian setiap bagian dari bangsa untuk ikut terlibat mengurai atau memikirkan sedikit demi sedikit benang kusut problematika bangsa. Oleh karena itu, kami selaku jajaran pimpinan UMM sekaligus secara pribadi sebagai pengamat/ pemerhati pendidikan, menyambut baik dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas penerbitan buku kumpulan catatan, opini, artikel, kajian pemikiran, dan penelitian para guru tingkat SD, SMP, SMA dan sederajat, sekolah luar biasa (SLB), dan pemerhati pendidikan di Jawa Timur yang dikoordinasi oleh Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang. Tentu saja kami meyakini, bahwa meluangkan waktu untuk menulis merupakan sebuah perjuangan sendiri di tengah aktivitas mengajar dan berbagai pekerjaan domestik

viii

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)

yang menjadi tanggungan para guru setiap harinya. Insya Allah buku berjudul “Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa: ini akan menjadi oase baru, memperkaya wawasan, dan khasanah pemikiran kita terkait isu kependudukan, pendidikan, dan khususnya remaja sebagai generasi penerus bangsa. Nilai plus-nya adalah bahwa para penulis yang berkontribusi dalam buku ini adalah para pelaku pendidikan dan para guru yang setiap hari berinteraksi dengan remaja. Maka menjadi wajar bila tulisannya pun kebanyakan adalah fakta, kondisi riil, dan pengalaman sehari-hari. Kita seakan-akan ikut merasakan bagaimana kondisi yang begitu miris di ruang-ruang kelas, dan kenyataan pahit remaja di sekeliling kita. Kita ikut merasakan, karena seakan kita berada di ruang dan waktu yang sama dengan para guru. Tulisan mereka tidak melulu teoritis, sebagaimana kebanyakan buku yang bertebaran di rak buku kita. Tentu, dengan tidak menutup mata bila mungkin saja masih terdapat kelemahan dalam penulisan, pengutipan, gaya bahasa, dan kevalidan teori. Hal yang wajar dalam penulisan sosial/kualitatif, yang bisa jadi akan termaafkan bila kita sepenuhnya menghargai semangat dan niat mulia para guru tersebut. Akhirnya, semoga kerja luar biasa para guru di Jawa Timur dan Tim PSLK UMM ini menjadi tradisi akademik yang akan terus diagendakan, menjadi peneguh komitmen dan peneguh semangat untuk terus mendidik generasi bangsa. Juga, semoga buku ini menjadi amal jariyah bagi kita semua, dari guru dan UMM untuk bangsa Indonesia. Wallahu a’lam.

ix

KATA PENGANTAR KEPALA PSLK UMM Ide untuk mengajak para guru untuk menulis tema ini diilhami oleh kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2016 yang lalu. Penelitian tersebut dilaksanakan oleh Tim PSLK, yaitu Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd sebagai ketua dengan anggota Husamah, S.Pd., M.Pd. dr. Rubayat Indradi, MOH serta Sri Sunaringsih Ika Wardojo, SKM, M.PH. Penelitian dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran “OIDDE” Sebagai Langkah Promotif dan Preventif Terhadap Seks Pranikah melalui PIK Remaja di Kota Malang dibiayai oleh Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, BKKBN Pusat. Lewat interaksi yang cukup intens dengan puluhan guru dari 16 sekolah (8 SMP dan 8 SMA/SMK) dan hampir 600 siswa se-kota Malang selama hampir 5 bulan, maka ide tersebut semakin kuat. Kami merasa, ada semangat yang luar biasa, energi yang kuat, dan niat yang besar dari para guru (umumnya saat itu adalah guru Bimbingan Konseling dan pendamping kesiswaan) untuk bersama-sama “memastikan” bahwa para siswa yang mereka didik benar-benar berkualitas, mencerminakan generasi masa depan bangsa yang berkualitas. Atas dasar itulah, maka kami mencoba menyebarkan undangan menulis hanya dengan menggunakan media sosial WhatsApp. Ternyata respon para guru sangat di luar dugaan. Kabar tersebar luas, bahkan sampai ke luar Jawa. Atas berbagai pertimbangan, dan keterbatasan sumberdaya maka tim PSLK hanya membatasi kepesertaan menulis ini untuk pendidik di Jawa Timur (sembari berharap tahun-tahun berikutnya akan dapat dilaksanakan dengan skala luas bahkan sampai level nasional). Ide untuk menerbitkan buku dengan tema ini sepenuhnya berangkat dari kondisi kekinian bangsa ini, khususnya pada kondisi remaja/siswa/ generasi masa depan bangsa. Mereka sedang mengalami split personality (diri yang terpisah). Dinamika perubahan zaman yang terus berkembang dengan sangat cepat memunculkan pergeseran aspek nilai dan moral dalam kehidupan masyarakat. Dekadensi moral dan sifat buruk yang ditunjukkan siswa semakin jamak kita dengar dan temukan

ix

x

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)

sehari-hari. Isu-isu moralitas di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika, pornografi, pornoaksi, tawuran pelajar, aborsi perkosaan, perampasan, pencurian, pembunuhan, dan tindakan-tindakan amoral lainnya sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini terus mengancam. Permasalahan tersebut, menurut hemat kami, bagaimanapun adalah masalah kependudukan yang sangat penting, perlu untuk terus diperhatikan dengan berupaya mencari solusi-solusi ideal, semata demi masa depan bangsa. PSLK UMM berpandangan bahwa sekecil apapun upaya kita untuk memberikan kontribusi penyelesaian masalah tentu akan sangat bermanfaat. Masalah besar tentu akan menuntut keterlibatan dan kepedulian banyak pihak pula. Pada titik inilah alasan mengapa PSLK UMM hadir. Terlebih kampus ini telah menetapkan jargon luar biasa, Dari Muhammadiyah untuk Bangsa. Akhirnya, tentu sangat patut kami berterima kasih, penghargaan, dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para penulis (para guru dan pengamat pendidikan) yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi pikiran dan ide kreatif-bahkan banyak tulisan berasal dari pengalaman nyata penulis (best practices). Terima kasih pula kami sampaikan kepada Bapa Wakil Rektor I UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si., sekaligus pemerhati dan pelaku pendidikan, yang berkenan memberikan kata pengantar buku ini. Tentu, tidak lupa kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada para tim editor PSLK (Arif Setiawan, M.Pd., Fuad Jaya Miharja, M.Pd., Bustanol Arifin, M.Pd., dan Husamah, M.Pd) atas segala kerja kerasnya dalam menyunting naskah sehingga lebih enak dibaca dan memenuhi kaidah yang ada. Terima kasih juga kepada Tim UMM Press atas kerja kerasnya menerbitkan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat untuk semakin menambah wawasan dan semangat kita dalam isu-isu terkait remaja/siswa generasi masa depan bangsa.

Malang, Maret 2017 Kepala PSLK UMM Husamah, S.Pd., M.Pd.

xi

KATA PENGANTAR EDITOR PENDIDIKAN KARAKTER DAN PROBLEMATIKA REMAJA DALAM SOROTAN GURU “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan kugoncangkan dunia” Ir. Soekarno Sebaris kalimat di atas dari Bapak proklamasi yang terasa sangat menggema di seantero penjuru negeri. Hampir setiap orang tidak asing dengan kalimat tersebut, bahkan sudah digunakan oleh siapapun untuk memantik api semangat kaum muda. Tidak dapat dipungkiri lagi, memang ucapan Bung Karno tersebut sudah menjadi trendmark dalam segala aspek kehidupan. Di pundak kaum muda semua harapan seolah digantungkan dan ditumpahkan untuk membuat sebuah perubahan besar dalam dirinya maupun di luar dirinya. Filosofi “yang muda yang berkresai” seolah telah menjadi sebuah ilham dalam pemahaman roda kehidupan di setiap prosesnya. Berbekal ucapan Bung Karno dan realita yang ada di lapangan, memang tidak asing lagi kalau di setiap poros kehidupan akan ditemui sosok muda nan kreatif. Kaum muda memang tidak terlepas dari setiap sorotan, pantauan, dan intaian terhadap bakat dan talenta yang mereka miliki. Berkaca pada kalimat sebelumnya, nampaknya memang benar adanya. Dewasa ini genderang kaum muda seolah telah membuat perubahan mendasar dalam segalam urusan. Salah satunya benar-benar diadaptasi dalam dunia industri sepak bola, tengok saja filosofi “yang muda yang berkreasi” benar-benar menjadi fondasi klub asal Kota Barcelona, dengan akademi sepak bola La Masia-nya. Akademi tersebut telah melahirkan banyak talenta muda nan berbakat seperti Lionel Messi, Andres Iniesta, Xavi Hernadez, dan Gerad Pique. Di pundak merekalah digantungkan dan ditumpahkan semua harapan untuk Berjaya. Tidak main-main buah manis dari kepercayaan itu adalah prestasi yang bergelimang di semua level tertinggi. Terlepas dari dunia industri sepak bola, ada satu hal yang perlu kita pahami dengan baik, yaitu kepercayaan pada kaum muda.

xi

xii

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)

Tentunya kepercayaan tersebut tidak hanya sekadar kata “percaya”, melainkan semua pola dan bentuk bimbingan dalam mengarahkan tumbuh kembang kaum muda menjadi lebih bermakna. Investasi tersebut yang nantinya akan berbuah manis seperti halnya filosofi akademi milik Barcelona. Harapan besar seperti dua paragraf di atas boleh saja kita harapkan menjadi sebuah kenyataan. Hal ini memang tidak jauh api dari panggang, karena banyak talenta muda bangsa ini yang telah menelurkan karya luar biasa dan monumental. Selain itu, banyak juga di antara mereka yang telah berhasil membuktikan diri di tingkat internasional. Nampaknya, kaum muda inilah yang nantinya akan menjadi harapan besar bangsa dalam mengarungi derasnya arus globalisasi, sehingga mampu menjadikan bangsa menjadi lebih berdikari sesuai dengan keinginan para founding fathers. Oleh karena itu, perlu sebuah kesadaran yang teramat dalam dari setiap pemuda bangsa untuk mampu mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut. Hal inilah yang setidaknya sekarang ini sedang dialami oleh bangsa kita dan nampaknya memerlukan sebuah penanganan yang teramat serius. Perkembangan dan perubahan zaman yang semakin bergerak maju, sehingga memberikan dampak positif yang menuntut setiap individu untuk selalu terus melakukan terobosan baru. Selain itu, dampak negatif juga sangat dirasakan, mulai dari lemahnya kemampuan berpikir kritis, manusia menyukai segala sesuatu yang bersifat instan, dan yang paling parah adalah degradasi moral yang tengah dialami oleh remaja. Nampaknya uraian pada poin terkahir ini bukan sekedar omong kosong belaka, melainkan sebagai kenyataan yang harus dihadapai dan dicarikan sebuah solusi. Apabila hal tersebut tidak segera ditangani, maka dapat dipastikan nasib bangsa ini ke depan hanyalah akan menjadi sebuah sejarah. Oleh karena itu, perlu sebuah langkah nyata dari semua elemen, mulai dari orang tua, guru, dan masyarakat. Tidak dapat dipungkuri apabila peran ketiga elemen tersebut akan sangat signifikan terhadap tumbuh kembang remaja dalam mengarungi kehidupan. Peran tersebut dimulai dari dari lingkup yang paling kecil, namun memberikan efek yang luar biasa yaitu keluarga. Di lingkup inilah semua nilai positif ditanamkan dan diajarkan dengan baik pada anak. Selian itu, di lingkup keluarga juga diajarkan terkait dengan nilai-nilai yang tidak sepantasnya dilakukan di tengah masyarakat. Kondisi demikian

Kata Pengantar Editor

xiii

dapat dibangun semenjak dini, mulai dari ibu mengandung (prenatal) sampai anak tumbuh dan berkembang menuju fase dewasa. Diharapkan bekal yang sudah diberikan oleh orang tua mampu dijadikan sebagai pegangan dan pedoman hidup, sehingga nanti tumbuh menjadi manusia yang berkarakter. Aspek kedua yang juga memiliki peran luar biasa dalam tumbuh kembang anak menjadi remaja adalah sekolah. Sebagian besar waktu anak dan remaja dihabi...


Similar Free PDFs