Title | NEGARA ISLAM TANAH JAWA Cita-Cita Jihadis Diponegoro |
---|---|
Author | Kang Adienz |
Pages | 40 |
File Size | 6.8 MB |
File Type | |
Total Downloads | 432 |
Total Views | 598 |
NEGARA ISLAM TANAH JAWA Cita-Cita Jihadis Diponegoro K. Mustarom NEGARA ISLAM TANAH JAWA CITA-CITA JIHADIS DIPONEGORO LAPORAN KHUSUS EDISI XII / JUNI 2014 Penulis: K. M ust arom ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian ind...
NEGARA ISLAM TANAH JAWA Cita-Cita Jihadis Diponegoro K. Mustarom
NEGARA ISLAM TANAH JAWA CITA-CITA JIHADIS DIPONEGORO
LAPORAN KHUSUS EDISI XII / JUNI 2014 Penulis: K. M ust arom
ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis. Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke: [email protected]. Seluruh laporan kami bisa didownload di website:
www.syamina.org
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
A. Profil Diponegoro Pangeran Diponegoro lahir sekitar 1785. Pangeran ini merupakan putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III yang memerintah pada tahun 1811 hingga 1814.Ibunya bernama, Raden Ayu Mangkarawati, yang merupakan keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali Sanga dari Jawa Timur. Saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan besar yang merusak orang kafir.1 Kondisi kraton ketika itu penuh dengan
Gambar 1. Raden Mas Ontowiryo alias Pangeran Diponegoro
intrik dan persaingan akibat pengaruh Belanda. Sebab itulah sejak kecil Diponegoro yang
residen Belanda pada tahun 1805, Taptojani
bernama asli Pangeran Ontowiryo dikirim
mampu memberikan pengajaran dalam bahasa
ibunya ke Tegalrejo untuk diasuh neneknya,
Jawa dan pernah mengirimkan anak-anaknya
Ratu Ageng di lingkungan pesantren. Sejak
ke Surakarta, pusat pendidikan agama pada
kecil, Ontowiryo terbiasa bergaul dengan para
waktu
petani di sekitarnya, menanam dan menuai
menerjemahkan kitab fiqih Sirat Al-Mustaqim
padi. Selain itu ia juga kerap berkumpul dengan
karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam bahasa
para santri di pesantren Tegalrejo, menyamar
Jawa. Ini mengindikasikan, Diponegoro belajar
sebagai
Islam dengan serius.2
orang
biasa
dengan
berpakaian
itu.
Di
Surakarta,
Taptojani
wulung. Diponegoro belajar mengenai Islam
Louw dalam De Java Oorlog Van 1825 –
kepada Kyai Taptojani, salah seorang keturunan
1830, menulis: “Sebagai seorang yang berjiwa
dari keluarga asal Sumatera Barat, yang
Islam, ia sangat rajin dan taqwa sekali hingga
bermukim di dekat Tegalrejo. Menurut laporan
mendekati keterlaluan.”
1
Louw, P.J.F – S Hage – M nijhoff, Eerstee Deel Tweede deel 1897, Derde deel 1904, De Java Oorlog Van 1825 – 1830 door, hal. 89
2
3
Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit Bulan Bintang Jakarta hal. 29
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
Ada banyak hal tentang Diponegoro yang
Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Maha
mencerminkan nilai-nilai Jawa desa: di sini
Besar, berapa lamanya hidup di dunia, tak
orang
urung menanggung dosa.”3
berpikir
tentang
kekuatan
fisik,
kebiasaannya untuk berjalan dengan kaki
Dalam
bukunya,
Babad
Diponegoro,
telanjang (tidak hanya ketika berziarah), dan
Pangeran Diponegoro menjelaskan tentang
partisipasinya sekali setahun dalam panen raya
peranan dan tanggungjawab Ratu Adil dalam
padi di tanah miliknya di selatan Yogya. Kehati-
menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan
hatiannya dalam menggunakan uang, yang sampai-sampai Belanda
yang
mengadministrasi
membuat kikir, dan
terkesan dan
rakyatnya di masa-masa perubahan yang
orang
disebabkan oleh politik ganda dan revolusi
kecermatan
mengurus
industri di Eropa serta tatanan kolonial baru di
tanah-
Jawa; pentingnya mengombinasikan otoritas
tanahnya, suatu hal yang tidak umum dilakukan
spiritual dan duniawi dalam sosok pemimpin.
di kalangan keraton Jawa tengah bagian selatan
Diponegoro mengeksplorasi peranan Ratu Adil
pada waktu itu, juga istimewa. Begitu juga
sebagai penjaga tatanan moral masyarakat,
ketajaman ekspresinya, kemuakannya pada
dan sebagai penjamin penghormatan atas
sifat angkuh dan suka pamer, kedekatannya
peranan Islam dalam masyarakat Jawa. Ia juga
dengan alam, dan cintanya pada binatang
menunjukkan nilai-nilai universal Islam sebagai
peliharaan.
sebuah agama namun tetap mengakui peran
Dalam Babad Diponegoro disebutkan,
agama-agama dan sistem kepercayaan lain,
adalah Diponegoro sendiri yang menolak gelar
khususnya
putra mahkota dan merelakan untuk adiknya
moyang dan spiritual wali Jawa.
R.M.
Ambyah.
Latar
belakangnya,
untuk
pengaruh
Pendidikan
penting
Diponegoro
dari
nenek
membuatnya
menjadi Raja yang mengangkat adalah orang
mampu diterima di berbagai komunitas yang
Belanda. Diponegoro tidak ingin dimasukkan
berbeda meliputi dunia peradilan, pedesaan,
kepada golongan orang-orang murtad. Ini
pesantren, dan mereka yang terlibat dalam
merupakan hasil tafakkurnya di Parangkusuma.
perdagangan jarak jauh (termasuk Arab dan
Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram:
China).
“Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan
pangeran
mahkota,
walaupun
seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin.
3
5
Babad Diponegoro, jilid 1 hal. 39-40
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
Gambar 3.Peta wilayah Yogyakarta pada awal abad ke-19
juga
orang Eropa kapir laknatullah (kafir yang
mencakup suatu pendapat yang sangat jelas
dilaknat oleh Allah), dan kapir murtad (orang
hingga hari ini mengenai bagaimana orang-
Jawa yang memihak Belanda).
Pandangan
dunia
Diponegoro
orang Muslim Jawa seharusnya hidup dalam zaman
dominasi
imperium
Barat.
Diponegoro dan para komandan seniornya
Bagi
memberikan perhatian yang cukup detail untuk
Diponegoro, tidak seperti kebanyakan orang
melestarikan budaya dan bahasa Jawa dalam
Muslim Indonesia dewasa ini, jawaban atas ini
menghadapi serangan budaya Barat dan
semua rupanya terletak pada menjalankan
pembentukan tatanan kolonial baru pasca
perang suci dan pengembangan karakter yang
Januari 1818 negara Hindia Timur Belanda.
jelas tegas antara wong Islam (orang Islam),
Diponegoro 6
bersikeras
pada
penggunaan
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
bahasa Jawa, khususnya kromo inggil, dan
nusantara akan menjadi bagian dari jaringan
adopsi penggunaan pakaian Jawa oleh tawanan
perdagangan dan arus modal internasional.
perang Belanda. Tapi dia mengombinasikan
Diponegoro hidup dalam suatu dunia yang
tuntutan budaya spesifik tersebut dengan
semakin terbelah, antara mereka yang siap
analisis yang luas dan praktis pada hubungan
menyesuaikan diri dengan rezim Eropa yang
Jawa-Belanda dengan memberikan penawaran
baru dan mereka yang melihat tatanan moral
kepada kolonialis Belanda tiga pilihan: (1)
Islam sebagai “bintang pedoman” dalam
mereka memeluk agama Islam, dalam hal ini
masyarakat yang telah kehilangan tambatan
posisi administratif atau militer mereka akan
tradisionalnya.
Keputusannya
untuk
ditingkatkan; (2) mereka kembali ke
negara
mereka
di
mana
hubungan antara Jawa dan Belanda akan tetap sebagai saudara dan teman;
atau
terakhir
(3)
jika
mereka ingin tetap di Jawa, mereka diminta untuk membatasi diri untuk tinggal di dua kota di Pantai Utara Jawa—yaitu
Batavia,
ibukota
kolonial, dan Semarang bekas pusat Pemerintahan Pantai Utara Jawa. Di sana
mereka
akan
ditawarkan
kesempatan untuk terus melakukan perdagangan
dan
hubungan
komersial dengan Jawa asalkan mereka membayar produk Jawa sesuai
dengan
harga
internasional—terutama
di
pasar indigo,
kopi, gula dll—dan juga membayar sewa yang tepat untuk setiap tanah yang mereka tinggali atau dibangun pos perdagangan di atasnya. Visi Diponegoro melihat sebuah masa depan yang terglobalisasi, di mana
Gambar 4. Rencana pengembangan Tegalrejo sebagai tempat “menjual dan membeli” gagasan, konsep ideologi, politik, kenegaraan, budaya, militer, rencana strategi dan aksi, serta penggalangan dukungan.
7
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
memberontak pada bulan Juli 1825 adalah
mendirikan
karena tuntutan keadaan waktu itu. Ia tidak
berdasarkan agama Islam. Kedua, memiliki
punya pilihan lain. Dalam melakukannya ia
organisasi
benar-benar
mendukung,
bersikap
seperti
ungkapan
negara dan
yang
kondisi
berkeadilan
lingkungan
pemimpinnya
yang
mampu
“kemuliaan kegagalan” (the nobility of failure)
mengeksploitasi emosi masyarakat dengan
dalam
tema yang abstrak. Ketiga, “pemberontak”
tradisi
samurai
Jepang,
yaitu
kemampuan untuk tetap setia pada cita-cita
amat
meskipun tahu akan kalah atau menemui
Diponegoro juga merupakan kelanjutan dari
ajalnya.
perang antarkelompok feodal masyarakat Jawa
menguasai
medan.
Pemberontakan
pada abad ke-19, yang oleh John Keegan disebut sebagai permanent warfare.
B. Arti Penting Perang Jawa
Dari aspek kultural, perang Jawa juga
Perang yang terjadi dalam satu wilayah
merupakan bentuk penolakan terhadap sistem
kedaulatan negara dalam sejarah militer disebut
perang
kecil
budaya asing, termasuk sistem militer. Hal ini
war).
(small
terlihat dalam susunan organisasi militer
Pemberontakan, revolusi atau perang saudara
pasukan Diponegoro yang berkiblat pada Turki
adalah bentuk dari aksi politik dalam perang
Utsmani untuk semakin menajamkan antipati
kecil. Perang kecil (Oorlog) dalam arti sebagai
terhadap budaya Barat.
sebuah kampanye militer yang dilakukan oleh tentara
reguler
militer bukan
terhadap
Perang Jawa (1825-1830) adalah garis
kekuatan
reguler. Formatnya
batas
digelar
dalam
sejarah
Jawa
dan
sejarah
sebagai aksi penumpasan pemberontak (Java
Indonesia pada umumnya antara tatanan lama
Oorlog,
atau
Jawa dan zaman modern. Itulah masa dimana
aneksasi wilayah, atau aksi penghukuman atas
untuk pertama kali sebuah pemerintah kolonial
penghinaan kedaulatan.
Eropa menghadapi pemberontakan sosial yang
Teori
Atjeh
Oorlog),
tersebut
penaklukan
mendasari
berkobar di sebagian besar Pulau Jawa. Hampir
pandangan
seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta
Belanda terhadap perlawanan Diponegoro dan
banyak daerah lain di sepanjang pantai utara
umatnya sebagai aksi politik yang dilakukan
Jawa terkena dampak pergolakan itu. Dua juta
oleh orang Jawa untuk merebut kembali kedaulatannya. indikasi tersebut:
untuk
Menurut sampai
pertama,
As’ad, pada memiliki
ada
orang, yang artinya sepertiga dari seluruh
tiga
penduduk Jawa, terpapar oleh kerusakan
kesimpulan
perang;
ideologi
pertanian
(ideological asset), yaitu jihad, berperang untuk 8
seperempat
dari
seluruh
yang ada, rusak;
dan
lahan jumlah
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000
stelsel) pada tahun 1830-1870 oleh Gubernur
orang.4
Jenderal Johannes van den Bosch (menjabat antara 1830-1834).
Demi memastikan kemenangan pahitnya atas orang Jawa, karena banyak korban yang
Kekalahan Diponegoro pada tahun 1830
jatuh, Belanda harus membayar dengan sangat
membuka jalan bagi pengenalan ‘Cultivation
mahal: sebanyak 7.000 serdadu pribuminya
System’ yang digulirkan oleh Johannes van den
dan 8.000 tentara asli Belanda tewas; dan biaya
Bosch (1830-1877), dimana produk Jawa dibeli
perang yang harus mereka keluarkan mencapai
oleh negara kolonial Belanda dengan harga
sekitar 25 juta gulden (setara dengan 2,2 miliar
tetap yang rendah dan kemudian dijual di pasar
dolar AS saat ini).5 Setelah berakhirnya perang,
dunia sesuai dengan harga internasional,
Belanda secara tak terbantahkan menguasai
sebuah sistem yang memberikan penghasilan
pulau Jawa dan sebuah fase baru pemerintah
bersih kepada Belanda sebesar 832.000.000
kolonial
dengan
gulden (setara dengan USD75 miliar uang hari
diberlakukannya “sistem tanam paksa” (cultuur
ini) sehingga meringankan beban transisi
Belanda
dimulai
negara tersebut menuju ke ekonomi industri modern. 6 Perkembangan pasca-Perang Jawa semakin
membenarkan
keprihatinan
Diponegoro atas ketidakadilan perdagangan antara Jawa dan kekuasaan kolonial Belanda. Dengan demikian, perang ini menandai berakhirnya sebuah proses yang mematang sejak periode Gubernur Jenderal Herman Willem
Daendels
(1808-1811).
Termasuk
perubahan sejak dari era Serikat Perusahaan Hindia Timur atau Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), 1602-1799, ketika kontakkontak antara Batavia dan kerajaan-kerajaan di Jawa tengah bagian selatan telah terjalin diantara para pejabat setingkat duta besar
Gambar 5. Penduduk Jawa kelas bawah
sebagaimana layaknya terjadi di antara negaranegara berdaulat, menuju periode “puncak
4
Peter Carey, The Origin of Java War (1825-1830), English Historical Review, 1976, hal. 52 5 De Graaf, Geschiedenis van Indonesie. ‘s-Gravenhage: Nijhof, Bandung: Van Hoeve, 1949, hal. 399
6
9
Ricklefs, A History of Modern Indonesia since c.1300, Basingtoke: Macmillan, 1993, hal. 123
Laporan Khusus
SYAMINA
Edisi XII/Juni 2014
kolonial” ketika para raja akhirnya menduduki
kepada orang Eropa atau orang Cina yang
posisi
mendapat dukungan dari para bangsawan
sebagai
bawahan
atau
subordinat
terhadap kekuasaan kolonial Eropa. Perang Jawa
keraton serta Residen pemerintah kolonial
juga memberikan
Belanda. Pungutan pajak dan pungutan bea
daya
dorong untuk sebuah proses yang masih akan
lainnya
semakin
ditingkatkan—tanpa
bergulir sendiri dalam Indonesia modern, yaitu
mengindahkan
intergrasi nilai-nilai Islam ke dalam identitas
membebani
Indonesia masa kini.
semakin memperbanyak gerbang pajak (Tol
akibat
yang
kehidupan
semakin
rakyat—dengan
Poorten) yang disewakan kepada orang-orang Cina. C. Jalannya Peperangan
Hal
1. Penyiapan kekuatan Masa
ini
membuat
prihatin
Pangeran
Diponegoro, sehingga menginspirasikan dirinya
pemerintahan
untuk
Sultan
membentuk
negara
(balad)
Islam.
Hamengkubuwono IV adalah masa keemasan
Pangeran Diponegoro ini merupakan anak
masuknya pengaruh budaya Eropa di Jawa.
tertua
Pada
Sultan
Pangeran
secara
menjadi Pangeran Adipati/Putera Mahkota,
16
Desember
Hamengkubuwono
IV
1822, meninggal
dari
Sultan
Hamengkubuwono
Diponegoro
menolak
diangkat
mendadak saat makan. Kemungkinan dia diracun. Kemudian pemerintah Hindia Belanda mengangkat RM Menol yang masih berusia 2 tahun sebagai Sultan Hamengkubuwono V. Tiadanya kepemimpinan yang kuat dan disegani telah membuat wibawa keraton menjadi hilang...