Otitis Media Akut dan Otitis Media Supuratif Kronik PDF

Title Otitis Media Akut dan Otitis Media Supuratif Kronik
Author Zulfikar Caesar
Course Anatomy
Institution Universitas YARSI
Pages 51
File Size 2.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 12
Total Views 417

Summary

REFERATOTITIS MEDIA AKUT (OMA) DAN OTITIS MEDIASUPURATIF KRONIK (OMSK)Disusun Oleh: Zulfikar Caesar Narendra 1102014294Pembimbing : dr. Erlina Julianti, Sp-KLKEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGAHIDUNG TENGGOROK, BEDAH KEPALA LEHERRSUD KABUPATEN BEKASIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARS...


Description

REFERAT OTITIS MEDIA AKUT (OMA) DAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

Disusun Oleh: Zulfikar Caesar Narendra 1102014294

Pembimbing : dr. Erlina Julianti, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK, BEDAH KEPALA LEHER RSUD KABUPATEN BEKASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI PERIODE 11 DESEMBER 2019 - 18 JANUARI 2020 BAB 1

PENDAHULUAN Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah.1 Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius lebih pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Pada anak-anak makin sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA di samping oleh karena sistem imunitas anak yang belum berkembang secara sempurna. Radang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik (OMSK), yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau purulen. 2 Penyakit ini biasanya diikuti oleh

penurunan pendengaran dalam beberapa

tingkatan.3 Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83% Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan.4 Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.2

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.4 Antibiotika merupakan salah satu medikamentosa yang telah digunakan untuk pengobatan OMSK sejak dulu. Namun demikian sampai saat ini masih terdapat perbedaan persepsi mengenai manfaat antibiotika, baik yang diberikan secara topikal maupun sistemik. Perjalanan penyakit yang panjang, terputusnya terapi, terlambatnya pengobatan spesialis THT dan sosioekonomi yang rendah membuat penatalaksanaan penyakit ini tetap menjadi permasalahan di bidang THT. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah

Gambar 1. Anatomi Telinga (Thieme, 2015) Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut5: - Batas luar: membran timpani - Batas depan: tuba eustachius - Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis) - Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis - Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak) - Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium. Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membran timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta penunjangnya, tuba eustachius dan sistem sel-sel udara mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membran timpani dengan diameter kurang lebih setengah inci.6

Gambar 2. Membrana Timpani Telinga Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah yaitu pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus melekat pada membran

timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melakat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.5

Gambar 3. Tuba faringotimpani/eustachius (Thieme, 2015) Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. 4 Arteri yang menyuplai membran timpani terutama berasal dari cabang aurikuler a. maksilaris interna yang bercabang-cabang dibawah lapisan kulit dan dari cabang stilomastoid a. aurilularis posterior dan cabang timpanik a. maksilaris yang mendarahi bagian mukosa. Vena yang letaknya superficial bermuara ke v. jugularis eksterna sedangkan vena yang lebih dalam sebagian bermuara ke sinus transversus, ke vena-vena duramater dan ke pleksus di tuba eustachius, a. timpani anterior yang merupakan cabang a. maksilaris dan mendarahi bagian anterior kavum timpani termasuk mukosa membran timpani, a. aurikularis profunda cabang dari a. maksilaris interna menembus tulang rawan atau tulang dinding liang telinga untuk mendarahi kutikular permukaan luar membran timpani.5,7

Perdarahan kavum timpani berasal dari cabang a. karotis eksterna. Arteri timpani anterior cabang dari a. maksilaris yang mendarahi bagian anterior kavum timpani. Arteri timpani posterior merupakan cabang a. stilomastoid mendarahi bagian posterior kavum timpani. Arteri timpani inferior cabang asendens a. karotis eksterna mendarahi bagian inferior kavum timpani. Arteri petrosus superior superasialis dan a. timpani superior cabang dari a. meningea media mendarahi bagian superior kavum timpani. Arteri karotis timpani cabang a. karotis interna. Aliran vena jalan seiringan dengan arterinya untuk bermuara ke sinus petrosus superior dan pleksus pterigodeus.5,7 Persarafan sensoris baggian luar membran timpani, merupakan terusan dari persarafan sensoris kulit liang telinga. N. aurikulotemporalis mengurus bagian posterior dan inferior membran timpani, sedangkan bagian anterior dan superior diurus oleh cabang aurikuler n. vagus (a. arnold), persarafan sensoris permukaan dalam membran timpani (mukosa) diurus oleh n. jacobson yaitu cabang timpani n. glosofaringeus.5,7 Saraf sensoris kavum timpani terutama oleh pleksus timpani cabang dari n. glosofaringeus. Persarafan simpatis berasal dari pleksus saraf simpatis karotis interna, persarafan simpatis terutama berfungsi pada vaskularisasi dan mempunyai efek vasokontriksi.5,7 Muskulus stapedius dipersarafi oleh n. fasialis, akan berkontraksi bila ada suara keras. Muskulus tensor timpani dipersarafi N. VII, bila kontraksi akan menarik maleus ke medial sehingga membran timpani lebih tegang.5,7 2.3 Definisi Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. 1 Otitis media akut merupakan inflamasi pada telinga tengah dalam waktu 3 minggu pertama.3

Otitis Media

Otitis Media Akut (OMA)

Otitis Media Sub Akut

Risiko rendah, Risiko tinggi

Otitis Media Kronik (OMK)

Tipe aman, Tipe bahaya

Gambar 4. Skema Pembagian Otitis Media

2.4 Epidemiologi Otitis media akut sering terjadi pada anak, hal ini dikarenakan tuba eustachius yang lebar dan pendek. Di Amerika Serikat, 70% anak telah mengalami OMA setidaknya satu kali sebelum usia 2 tahun. Puncak kejadian otitis media akut adalah pada anak berusia 3-18 bulan.1 Anak yang telah mengalami enam kali serangan otitis media atau lebih disebut dengan istilah "cenderung otitis". Suatu penelitian oleh Howie menunjukkan bahwa suatu episode infeksi S. pneumoniae dalam tahun pertama kehidupan telah dihubungkan dengan berlanjutnya insidens episode otitis media akut berulang. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak wanita. Insidens kondisi alergi tidak meningkat pada anakanak ini. Delapan serotipe S. pneumoniae bertanggung jawab lebih atas lebih dari 75% episode otitis media akut.1

2.5 Etiologi Kuman

penyebab

utama

OMA

ialah

bakteri

piogenik,

seperti

Streptococcus hemoliticus , Staphylococcus aureus, Pneumococcus. Selain itu, kadang-kadang ditemukan juga Hemophylus influenza, Escherichia coli dan Pseudomonas aurugenosa. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur.1 Berikut ini adalah faktor risiko yang mempengaruhi otitis media: 

Prematuritas & Berat Lahir Rendah



Usia muda



Riwayat Keluarga



Abnormalitas Kraniofasial



Penyakit Neuromuskular



Alergi



Status sosioekonomi rendah



Paparan tembakau & polutan



Posisi tidur telentang



Tidak mendapatkan ASI Selain itu, juga terdapat beberapa faktor predisposisi dari terjadinya otitis

media akut. Apapun yang mengganggu fungsi normal dari tuba eustachius merupakan predisposisi terjadinya infeksi telinga tengah. Hal-hal tersebut seperti8: 

Serangan ISPA berulang



Infeksi tonsil dan adenoid



Rinitis dan sinusitis kronik



Alergi



Tumor nasofaring, mengorek hidung



Palatoschisis

2.6 Patofisiologi Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. 1 Sebagai pelengkap mekanisme pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler subepitel yang penting menyediakan pula faktor-faktor humoral, leukosit PMN dan sel fagosit lainnya. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.4

Dikatakan juga bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal.4 Terdapat beberapa rute infeksi sehingga terjadi otitis media akut, antara 7

lain : 1. Melalui tuba eustachius. Merupakan rute paling sering. Infeksi berpindah melalui lumen. 2. Melalui telinga luar. Trauma perforasi pada membran timpani akan membuka jalan terjadinya infeksi telinga tengah 3. Peredaran darah. Merupakan rute yang sangat jarang

Seringkali infeksi awalnya disebabkan oleh virus, namun reaksi alergi dan kondisi inflamasi lain yang melibatkan tuba eustachius turut berperan. Inflamasi pada nasofaring meluas ke tepi medial dari tuba eustachius, menyebabkan stasis dan inflamasi. Hal tersebut mengakibatkan penurunan tekanan di dalam telinga tengah. Keadaan stasis mendukung terjadinya kolonisasi bakteri patogen di dalam ruang telinga tengah. Respon yang terjadi berupa reaksi inflamasi akut seperti vasodilatasi, eksudat, invasi leukosit, fagositosis, dan reaksi imunologis lokal di dalam telinga tengah.4 Untuk menjadi patogen di daerah seperti telinga atau sinus, bakteri harus melekat pada lapisan mukosa. Infeksi virus yang menyerang dan merusak permukaan mukosa traktus respiratorius mengakibatkan bakteri dapat tumbuh patogen di daerah nasofaring, tuba eustachius, dan ruang telinga tengah.4

2.7 Manifestasi Klinis Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang

dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinganya yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh menurun dan anak tertidur tenang. Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 4 stadium: (1) stadium oklusi (2) stadium hiperemis, (3) stadium supurasi, (4) stadium perforasi, (5) dan stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui meatus akustikus eksternus (MAE).1 1. Stadium Oklusi Tanda adanya stadium ini adalah adanya retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.1

2. Stadium Hiperemis Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sulit terlihat.

Gambar 5. Membran timpani stadium oklusi

3. Stadium Supurasi Edema yang hebat pada telinga tengah dan hancurnya epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol/bombans (bulging) ke arah telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke MAE. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.1

Gambar 6. Membran timpani stadium supuratif/bombans

4. Stadium Perforasi Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke MAE. Anak yang tadinya gelisah

sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.

Gambar 7. Membran timpani stadium perforasi

4. Stadium Resolusi Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.1

2.8 Penegakkan Diagnosis Diagnosis OMA cukup ditegakkan secara klinik, yaitu meliputi anamnesis dan pemeriksaan telinga (otoskop) yang didasarkan pada stadiumnya: Stadium 1. Oklusi

Anamnesis Otoskopi Diawali dengan ISPA dan - Membran timpani: diikuti dengan gejala di

Retrkasi,

telinga:

keabuan

- Terasa penuh - Grebeg-grebeg

warna

- Kadang-kadang tampak adanya air fluid level

2. Hiperemis

3. Supurasi

- Gangguan pendengaran - Otalgia

-Membran timpani:

- Gangguan pendengaran

Hiperemis,

- Otalgia hebat

edema - Membran timpani:

- Gangguan pendengaran

Bombans

- Febris, batuk, pilek

hiperemia

tampak

dan

- Pada bayi dan anak - Belum ada sekret di kadang disertai dengan:

MAE

gelisah, rewel, kejang, gastroenteritis 4. Perforasi

- Belum terjadi otorea - Otorea, mukopurulen - Otalgia

dan

febris

- Membran timpani: Perforasi, sentral, kecil di

mereda - Gangguan pendengaran

kuadran

inferior

- Masih ada batuk dan - Sekret:

mukopurulen

kadang tampak pulsasi

pilek

- Warna 5. Resolusi

antero-

Gejala-gejala stadium

membran

timpani hiperemia pada - Membran timpani: sebelumnya

sudah banyak mereda

Sudah pulih

menjadi

normal kembali

Kadang masih ada gejala - Masih dijumpai lubang perforasi

sisa: Tinitus

dan

pendengaran

gangguan - Tidak dijumpai sekret lagi

2.9 Penatalaksanaan Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes

hidung. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (anak < 12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam alrutan fisiologis untuk yang berumur di atas 12 tahun dan orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.1 Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung, dan analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. ...


Similar Free PDFs