Title | POLA KEMITRAAN DI PERKEBUNANKELAPA SAWIT (Studi pada PT. Mitra Austral Sejahtera di Desa Upe |
---|---|
Author | Al Afif |
Pages | 21 |
File Size | 222.3 KB |
File Type | |
Total Downloads | 374 |
Total Views | 560 |
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id POLA KEMITRAAN DI PERKEBUNANKELAPA SAWIT (Studi pada PT. Mitra Austral Sejahtera di Desa Upe Kecamatan BontiKabupaten Sanggau) Oleh: Dominikus Okbertus Srikujam NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri...
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
POLA KEMITRAAN DI PERKEBUNANKELAPA SAWIT (Studi pada PT. Mitra Austral Sejahtera di Desa Upe Kecamatan BontiKabupaten Sanggau) Oleh: Dominikus Okbertus Srikujam NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak, 2015. email :[email protected]
ABSTRAK Penulisan Jurnal ini dimaksud untuk memberikan pemahaman mengenai Pelaksanaan Pola Kemitraan yang di lakukan oleh Perusahaan Perkebunan Kelapa sawit bersama masyarakat petani plasma di Desa Upe, Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau. Menarik di teliti mengenai prinsip kemitraan yaitu saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan dengan petani mitra mengingat masih banyaknya konflik antara petani dan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) Pelaksanaan Pola Kemitraan Lahan, 2) Pelaksanaan Kemitraan Bagi Hasil, dan 3) Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Kepada Masyarakat oleh PT. MAS. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Pola kemitraan terkait dengan lahan telah melahirkan konflik antara perusahaan dan petani plasma sebagai mitra. Petani plasma sebagai mitra selalu menjadi pihak yang di rugikan. Pelaksanaan system Bagi Hasil, masih belum berjalan sesuai perjanjian. Pelaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, PT. MAS belum membangun Fasilitas umum. Untuk itu penulis merekomendasikan harus ada kesamaan pandangan antara PT. MAS, KUD dan Pemerintah untuk menetapkan luasan lahan plasma sehingga tidak menghambat proses sertifikasi lahan plasma, PT. MAS segera membangun fasiltasfasilitas umum yang telah di janjikan. PT. MAS lebih terbuka dalam menyelesaikan konflik dengan Petani Plasma. Bukan malah membenturkan petani plasma dengan masyarakat, PT. MAS melalui dana CSR bisa menciptakan pendapatan alternative agar petani dan masyarakat tidak melakukan perbuatan pidana untuk menambah penghasilannya, dan Petani plasma dan masyarakat di harapkan bisa menambah penghasilan dengan tidak melanggar hukum. Kata-kataKunci : Pola Kemitraan, Perkebunan Kelapa Sawit, Petani Plasma, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
1 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
ABSTRACT Journal writing is intended to provide an understanding of the Implementation of the Partnership will be undertaken by the Company with the community of oil palm plantation smallholders in the village Upe, District Bonti, Sanggau. Interest meticulous about the principle of partnership that require mutual, mutually reinforcing and mutually beneficial to the farmer of its partners since there are many conflicts between farmers and companies. The aim of this study is to describe and analyze 1) . Implementation of the Land Partnership, 2) Implementation of the Partnership for Results, and 3) . Implementation of the Social Responsibility Community by PT. MAS. This type of research used in this study is the kind of descriptive analysis approachwithqualitative research. Results from this study is related to the land partnership pattern has given rise to conflicts between companies and farmers as partners. Farmers as partners has always been a party that is disadvantaged. Implementation of the system of revenue sharing, is still going according to the agreement. Implementing Corporate Social Responsibility, PT. MAS has not built public facilities. To the authors recommend there should be common ground between PT.MAS, cooperatives and the Government to set a land area of plasma so as not to hinder the process of certification of the plasma, facilityPT.MAS quickly build public facilities that have been promised. PT.MAS more open in resolving the conflict with the smallholder. Instead of banging farmers with society, PT.MAS through CSR funds could create alternative income so that farmers and the public did not commit a criminal act to supplement his income, and smallholders and communities are expected to increase revenue by not breaking the law. Keywords : Partnership, Palm Oil Company, Plasma Farmers, Corporate Social Responsibility
meningkatkan investasi di bidang perkebuan
A. PENDAHULUAN
kelapa
sawit.
Dengan
luas
wilayah
Ekspansi perkebunan kelapa sawit
14.680.700
terjadi
di
mengalokasi kan lahan untuk perkebunan
Indonesia dalam kurun waktu satu dekade
kelapa sawitseluas 1.500.000 Ha.Bukan itu
terakhir ini. Hamparan perkebunan seluas
saja, Pemerintah Kalimantan Barat juga
lebih dari tujuh juta hektar dan dikelola oleh
berencana menargetkan pembangunan 1,5
lebih dari 600 perusahaan dan satu juta
Juta Hektar Perkebunan Kelapa sawit di
petani kecil.
Perbatasan Malaysia-Indonesia.
telah
dengan
sangat
cepat
Kelapa sawit telah menjadi
tanaman perkebunan terpopuler di Indonesia
Ha,
Kalimantan
Barat
Dengan dibukanya perkebunan sawit
karena harga minyak sawit mentah (Crude
di beberapa kabupaten
Palm Oil/CPO) naik dua kali lipat antara
berakibat positif, perekonomian masyarakat
tahun 2000 dan awal 2008 serta adanya
mulai menampakkan peningkatan, namun
prospek meningkatnya pasar CPO untuk
perubahan
bahan bakar nabati (BBN) atau agrofuel
terutama adanya kerusakan lingkungan alam.
(Sirait 2009:1).
Pembukaan lahan sawit berarti mengalihkan
Hal
ini
juga
yang
memacu
pemerintah Provinsi Kalimantan Barat untuk
tersebut
fungsi hutan tadinya
disatu sisi bisa
berakibat
berfungsi
negatif,
sebagai
wadah menjaga kelestarian alam berupa 2
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
fungsi
hutan
mencegah
longsor
dan
1995,
PT.
MAS
menerapkan
Pola
kekayaan flora-fauna ternyata beralih fungsi
Perusahaan Besar Swasta Nasional (PBSN)
menjadi
Kemitraan.
bentuk
perkebunan
yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi hanya
Dari survey singkat di lapangan
mencari keuntungan sesaat, karena dalam
memperlihatkan
jangka
dikhawatirkan
permasalahan yang timbul dengan program
mengakibatkan kerusakan alam. (Muzakah
kemitraan yang di terapkan oleh PT.MAS.
dan Fatmawati,2010:41).
Salah satunya adalah Persoalan tanah yang
panjang
Dampak negatif lainya yang muncul adalah
banyak
terjadi
konflik
antara
banyak
merupakan persolaan yang paling mendasar atas pembukaan perkebunan sawit.
masyarakat dan pemilik perkebunan yang dipicu persoalan penguasaan lahan.
bahwa
Dalam Penelitian pembatasan
masalah,
ini dilakukan sehingga
ruang
Konflik lahan perkebunan antara
lingkup yang di teliti menjadi lebih spesifik,
masyarakat dan perusahaan hingga tahun
sehingga menghasilkan penelitian yang lebih
2010 di kabupaten/kota Kalbar, di antaranya
efektif. Masalah yang menjadi pilihan adalah
di Kabupaten Pontianak 14 kasus, Kubu
Pelaksanaan Pola Kemitraan oleh PT. Mitra
Raya 13 kasus, Landak 20 kasus, Sambas
Austral Sejahtera di Desa Upe, Kecamatan
dan Sintang 23 kasus, Sanggau 26 kasus,
Bonti, kabupaten Sanggau.
Sekadau dan Melawi 20 kasus, Ketapang 26
Dari latar belakang di atas, terlihat
kasus, dan Kabupaten Kayong Utara 10
bahwa Pola Kemitraan di perkebunan kelapa
kasus,
sawit selalu tersandung dengan permasalah
dan
Kapuas
Hulu
5
kasus.
(Arkanudin, 2013:1).
yang
Salah satu upaya upaya pemerintah
terkait
Pelaksanaan
Lahan,
Bagi
Tanggung
Hasil,
Jawab
dan Sosial
dalam menekan angka konflik Perusahaan
Perusaan. Untuk itu penulis hanya akan
dan
membatasi diri pada penelitian dengan
petani
adalah
dengan
melakukan
kemitraan usaha perkebunan. Salah satu Perusahaan Perkebunan
rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Besar Swasta asing (PBSA) yang melakukan kemitraan usaha perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat adalah PT. Mitra Austral
Bagaimana Pelaksanaan Pola Kemitraan Lahan yang di lakukan oleh PT. MAS
2.
Bagaimana Pelaksanaan Kemitraan Bagi Hasil yang di lakukan oleh PT. MAS.
Sejahtera (PT.MAS). beroperasi sejak tahun 3 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
3.
Bagaimana
Pelaksanaan
Tanggung
pola
Kemitraan
yang
baik
dan
dirinya
dan
Jawab Sosial Kepada Masyarakat oleh
menguntungkan
PT. MAS.
masyarakat sekitar. Khususnya bagi PT.
Tujuan dari penelitian ini adalah
bagi
MAS sebagai refleksi atas pelaksanaan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis:
kemitraan yang telah dilakukan selama
1.
ini dan apa yang harus di perbaiki untuk
Pelaksanaan Pola Kemitraan
Lahan
yang di lakukan oleh PT. MAS 2.
3.
masa yang akan datang.
Pelaksanaan Kemitraan Bagi Hasil yang
c.
Bagi
Masyarakat,
diharapkan
di lakukan oleh PT. MAS.
masyarakat dapat memahami apabila
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan dan Petani memiliki hak dan
Kepada Masyarakat oleh PT. MAS.
Kewajiban sebagai mitra usaha yang
Secara Teoritis Manfaat penelitian ini adalah menambah referensi tentang
sama –sama di atur dalam peraturan perundang-undangan.
konsep Pola Kemitraan di Perkebunan Kelapa
sawit
yang
dilakukan
oleh
perusahaan.
B. KAJIAN TEORI 1. Landasan Teori
Secara Praktis Manfaat penelitian ini
a.
adalah sebagai berikut: a.
Bagi
Peneliti,
Memasuki era perdagangan bebas untuk
menambah
sekarang ini, pola kemitraan merupakan
wawasan dan pengetahuan tentang pola
salah
kemitraan yang dilakukan perusahaan
kerjasama dalam melakukan usaha yang
perkebunan
untuk
sudah mulai di lakukan di banyak negara.
petani.
Peran pemerintah dalam mengatur dan
sawit
mensejahterakan
b.
Kemitraan
masyarakat
satu
konsep
dalam
melakukan
Dan secara khusus dapat memberikan
menjembatani
gambaran tentang pelaksanaan pola
pengusaha besar, menengah dan kecil diatur
Kemitraan
yang dilakukan oleh PT.
dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1)
MAS
dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar
tentang
perkebunan sawit di Desa Upe.
bahwa:
Bagi Perusahaan Perkebunanan Kelapa Sawit, diharapkan
dapat mempelajari
pola
kemitraan
kemitraaan
yang
antara
menyebutkan
Kemitraan adalah Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah 4
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
atau dengan usaha besar disertai pembinaan
dengan Perkebunan adalah segala kegiatan
dan pengembangan yang berkelanjutan oleh
yang mengusahakan tanaman tertentu pada
usaha menengah atau usaha besar dengan
tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam
memperhatikan prinsip saling memerlukan,
ekosistem
saling
saling
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman
menguntungkan. Kemitraan mengandung
tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan
makna sebagai tanggung jawab moral
dan teknologi, permodalan serta manajemen
pengusaha
untuk
memperkuat
dan
menengah/besar
untuk
membimbing dan membina pengusaha kecil
yang
sesuai,
mewujudkan
mengolah
kesejahteraan
dan
bagi
pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
mitranya agar mampu mengembangkan
Masuknya sawit di Kalimantan Barat
usahanya sehingga mampu menjadi mitra
mulai dirintis oleh Gubernur Kadarusno
yang handal untuk menarik keuntungan dan
(mantan Gubernur Kalimantan Barat) pada
kesejahteraan bersama (Agus,2005:11).
tahun 1970-an. Rencana pengembangan
Menurut
alasan
perkebunan kelapa sawit ini diawali dengan
Kemitraan
mengirim surat No. 01/A-1/X/13 tanggal 27
usaha haruslah berdasarkan asas sukarela
September 1974 dan surat No. 46/A-1/IV/13
dan suka sama suka. Dalam kemitraan harus
tanggal 22 April 1975 kepada Departemen
dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu,
Pertanian C.q Direktur Jenderal Perkebunan.
pihak-pihak yang bermitra harus sudah siap
Dalam
untuk
mengusulkan
terjadinya
Sigit
kemitraan
bermitra,
baik
(2011:1) adalah
kesiapan
budaya
suratnya
Gubernur
supaya
Direktur
Kadarusno Jenderal
maupun kesiapan ekonomi. Jika tidak, maka
Perkebunan Republik Indonesia mengadakan
kemitraan akan berakhir sebagai penguasaan
survey guna
yang besar terhadap yang kecil atau gagal
kemungkinan pembukaan perkebunan kelapa
karena tidak bisa jalan. Artinya, harapan
sawit di Kalimantan Barat.
yang satu terhadap yang lain tidak terpenuhi
c.
b. Perkebunan Kelapa sawit
mengetahui
kemungkinan-
Pola Kemitraan Perkebunan Sawit
Pola kemitraan di Indonesia lebih
Pembangunan Perkebunan Kelapa
banyak di gunakan di sektor Perkebunan
sawit di mulai sekitar tahun 1970 an dengan
dalam
dikembangkannya program PIR (Perkebunan
pengelolaan
usahanya.
Dalam
Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang
Inti
Perkebunan menjelaskan yang di maksud
akselerasi pembangunan perkebunan. Istilah
Rakyat)
dalam
rangka
program
5 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
yang di gunakan adalah Nubleus Estate
Penyelenggaraan Perkebunan Kelapa Sawit
Smallholder
Pola Kemitraan, maka pola kemitraan
(NES).
Kemudian
istilah
tersebut merubah menjadi Perusahaan Inti
dilakukan dengan berbagai pola yaitu:
Rakyat Perkebunan (PIR-BUN), PIR-Trans
a.
Pola Koperasi Usaha Perkebunan 100%
dan KKPA (Koperasi Kredit Primer Untuk
b.
Pola Patungan 65% -35%
Anggota) (Undang,2006:47).
c.
Pola Patungan 80% - 20%
Dalam Ketentuan umum Peraturan Menteri
d.
Pola BOT (Build, Operate, Transfer),
Pertanian Nomor 98 Tahun 2013 Tentang
e.
Pola BTN (Bank Tabungan Negara),
Pedoman Perijinan Usaha Perkebunan pasal
f.
Pola-pola pembangunan lainnya yang
1 ayat 20, ayat 21, dan ayat 22 menjelaskan:
saling menguntungkan, memperkuat,
1.
Perusahaan Inti Rakyat
membutuhkan antara petani pekebun
2.
Perusahaan Inti Rakyat – Transmigrasi
dengan perusahaan perkebunan.
selanjutnya disebut PIR-TRANS 3.
Perusahaan Koperasi
Inti
Rakyat
Primer
Selain
–
untuk
membangun
perusahaan
yang
Kredit
tergabung di dalam RSPO (Roundtable
Anggota
Susteneble Palm Oil) wajib menggunakan
selanjutnya disebut PIR-KKPA Dalam
itu,
Prinsip FPIC (Free Prior and Informed
perkebunan
Consent) atau konsep persetujuan tanpa
kelapa sawit, Perusahaan Sawit di wajib kan
paksaan atas dasar informasi awal. Dimana
untuk menggunakan pola kemitraan. Pola
masyarakat Berhak untuk memberi atau
Kemitraan usaha perkebunan sendiri di atur
tidak memberi persetujuan tanpa paksaan
secara dalam Keputusan Menteri Pertanian
atas dasar informasi awal atas segala
No
tentang
tindakan yang mempengaruhi tanah, wilayah
Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian .
serta sumber daya alam mereka (Colchester
Kemenpen
dan Maurizio, 2007:1).
940/Kpts/OT.210/10/1997
ini
menjelaskan
bahwa
Dalam rangka melakukan kemitraan
Kemitraan usaha pertanian dapat dilakukan dengan pola : Inti Plasma, Sub kontrak,
usaha,
Dagang Umum, Keagenan, Pola ...