Produktifitas Ayam Broiler dengan Pola Pemeliharaan Berbeda PDF

Title Produktifitas Ayam Broiler dengan Pola Pemeliharaan Berbeda
Author Isral Waris
Pages 21
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 463
Total Views 959

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK UNGGAS PRODUKTIVITAS AYAM RAS PEDAGING YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN BERBEDA ISRAL WARIS I 111 14 340 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan ayam pedaging (broiler) sangat penting dalam memenuhi...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Produktifitas Ayam Broiler dengan Pola Pemeliharaan Berbeda isral waris

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Laporan Prakt ikum Manajemen Ternak Unggas (MT U) Yusuf Ahmad

St rat egi Pengembangan Ayam Kampung di NT T made sudarma Art ikelSkripsi Universit as Nusant ara PGRI Kediri Deni Budiani Permana

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK UNGGAS PRODUKTIVITAS AYAM RAS PEDAGING YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN BERBEDA

ISRAL WARIS I 111 14 340

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Peternakan ayam pedaging (broiler) sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging sebagai bahan pangan yang bergizi dimana pemeliharaannya hampir berada di seluruh pelosok tanah air baik itu melalui usaha kemitraan maupun mandiri. Pengembangan pola kemitraan perusahaan dengan peternak kecil merupakan salah satu usaha pembinaan yang dilakukan pemerintah untuk memberdayakan peternak. Hal ini disebutkan pula dalam UU No. 18 pasal 3 ayat 1 bahwa peternak dapat melakukan kemitraan usaha dibidang budidaya ternak berdasarkan perjanjian yang saling menguntungkan dan berkeadilan. Secara teoritis, hubungan kerja di dalam pola kemitraan ayam pedaging berpeluang baik untuk menyambung “up- stream” (industri sapronak) dengan “down-stream” ( aktivitas budidaya ayam pedaging dan pemasaran produk ) (Rohmad, 2003)). Produktifitas yang dihasilkan dari pola kemitraan tentu berbeda dengan peternakan dengan pola usaha mandiri. Adanya perbedaan pola pemberian pakan berpengaruh pada konsumsi protein yang dibutuhkan dan digunakan. Hal ini juga berdampak pada income yang diperoleh, sebab salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi usaha peternakan broiler secara ekonomis adalah dengan menurunkan kandungan protein pakan. Nutrien pakan yang berperan penting dalam pertumbuhan adalah protein, tetapi sering terbentur pada harga sumber protein yang mahal, sehingga 70% lebih biaya produksi berasal dari pakan. Penurunan jumlah konsumsi mengakibatkan peningkatan kualitas pakan mutlak dilakukan untuk menghindari terjadi defisiensi nutrien, terutama protein. Pemberian pakan rendah protein dapat berdampak negatif terhadap produksi karkas dan efisiensi pakan (Saputra, 2014). 2

Pada pola usaha mandiri, seluruh usaha budidaya ayam broiler dilakukan sendiri (secara mandiri) oleh peternakan tersebut. Dalam hal ini, pola peternakan mandiri menggunakan dua jenis pemberian pakan yaitu starter dan finisher, sehingga konsumsi protein lebih sedikit. Sedangkan pola usaha kemitraan menggunakan tiga jenis pemberian pakan yaitu pre-starter, starter, dan finisher, sehingga konsumsi protein lebih banyak. Perbedaan pola pemberian pakan dan konsumsi protein yang berbeda berdampak pada income yang diperoleh (Santoso, 2009). Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum Manajemen Ternak Unggas mengenai “Produktivitas Ayam Ras Pedaging yang Dipelihara Dengan Sistem Pemeliharaan Berbeda”. Tujuan dan Kegunaan Praktikum pemeliharaan Ilmu Ternak Unggas bertujuan untuk dapat menganalisis dan mengetahui perbedaan antara pola pemeliharaan secara mandiri dan kemitraan dari segi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, konversi pakan, mortalitas, Income Over Feed and Chick Cost dan Indeks Produksi. Pada praktikum ini juga dapat membantu untuk mengetahui aspek kandang dan peralatan, sistem pemeliharaan dan juga produktivitas ayam pedaging baik secara pola pemeliharran mandiri dan kemitraan. Praktikum pemeliharaan Ilmu Ternak Unggas ini bermanfaat agar praktikan

dapat

menganalisis dan mengetahui perbedaan antara pola pemeliharaan secara mandiri dan kemitraan dari segi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, konversi pakan, mortalitas, Income Over Feed and Chick Cost dan Indeks Produksi. Pada praktikum ini juga dapat membantu agar dapat mengetahui aspek kandang dan peralatan, system pemeliharaan dan juga produktivitas ayam pedaging baik secara pola pemeliharaan mandiri dan kemitraan.

3

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum Manajemen Ternak Unggas mengenai Produktivitas Ayam Ras Pedaging yang Dipelihara Dengan Sistem Pemeliharaan Berbeda dilaksanakan pada hari Kamis 13 Oktober 2016 sampai hari kamis 10 November 2016, pukul 06.30 WITA – 07.30 WITA dan 16.00 WITA17.00 WITA, bertempat di Perkandangan Ayam Broiler sistem kemitraan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada praktikum Manajemen Ternak Unggas adalah ayam broiler, jagung, konsentrat, vita chick, air, vaksin, dan desinfektan. Alat yang digunakan pada praktikum Manajemen Ternak Unggas adalah back sprayer, hanging to dringker, nipple drinker, baby chick feeder, hanging tube feeder, jass lab, sendal swallow, lampu, kandang, dan brooder. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan pemeliharaan ayam broiler meliputi: Penanganan DOC Melakukan pengecekan DOC yang baru datang untuk mengetahui jumlah ayam, dan penimbangan untuk mengetahui berat badan awal, melakukan seleksi jika ada ayam yang cacat maka akan dipindahkan. Selanjutnya DOC yang sudah siap di masukkan dalam kandang tepatnya pada brooder yang telah disiapkan.

4

Pemeliharaan Pada tahap pemeliharaan meliputi pemberian pakan, pemberian air minum dan vitamin serta pemberian vaksin dan obat obatan. Pemberian Pakan Memberikan pakan pada pagi dan sore haridimana pada hari pertama sampaihari ketujuh dilakukan dengan menggunakan tempat pakan chick feeder tray dan baby chick feeder.setelah minggu kedua mengganti tempat pakan yang digunakan yaitu hanging tube feeder. Tempat pakan ini yang digunakan sampai minggu kelima pemeliharaan. Pemberian Air Minum Membersihkan tempat air minum sebelum digunakan untuk menghilangkan sisa kotoran yang dapat menjadi media tumbuhnya bakteri.Selanjutnya memberikan air minum pada pagi dan sore haridimana pada hari pertama sampaihari ketujuh dilakukan dengan meletakkan hanging tube drinker pada litter. Pada minggu pertama dan kedua mencampur air minum dengan vitamin sedangkan minggu ketiga sampai minggu kelima memberikan air minum biasa Pemberian Vaksin Memberikan vaksin pada ternak sebanyak dua kali yaitu pada umur empat hari dengan menggunakan vaksin marek, kemudian memberikan vaksin New Castle Disease pada umur 14 hari. Data yang Diamati Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan data yang diamati yaitu perbandingan konsumsi pakan, berat badan akhir, konversi pakan, mortalitas, indeks produksi dan Income Over Feed and Chick Cost (IOFC) dan IP (Indeks Broiler) antara ayam yang dipelihara secara mandiri dengan ayam yang dipelihara dengan pola kemitraan. 5

Produktivitas Ayam Pedaging Berdasarkan hasil praktikum Manajemen Ternak Unggas mengenai Produktivitas Ayam Pedaging yang Dipelihara dengan Sistem Pemeliharaan yang Berbeda, diperoleh data yaitu pada tabel berikut. Tabel 2. Produktivitas ayam pedaging yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan yang berbeda Parameter Lama Pemeliharaan (Hari) Konsumsi Pakan (g/e) Pertambahan Berat Badan (g/e/hari) Berat Badan Akhir (g) Konversi Pakan Mortalitas (%) Income Over Feed and Chick Cost (Rp/e) IP (Indeks Broiler)

Mandiri 35 3.500 51,4 1.840 1,9 6 6.540 260

Kemitraan 35 3.300 58,65 2.090 1,6 3,3 4.225 360

Sumber : Data Hasil Praktikum Manajemen Ternak Unggas, 2016

Pada Tabel 2. terlihat bahwa terdapat perbedaan antara produktivitas pola pemeliharaan kemitraan dan pola pemeliharaan mandiri dari berbagai aspek manajemen. Berdasarkan lama pemeliharaan pola kemitraan dan mandiri dipelihara dalam jangka waktu yang sama yaitu 35 hari. Namun terdapat perbedaaan dari konsumsi pakan, pertambahan berat badan, berat badan akhir, konversi pakan, mortalitas, income over feed and chick cost, dan indeks produksi (IP).

Dari segi pakan dan bobot badan dapat dilihat bahwa dengan pola mandiri konsumsi pakannya 3.500 gr/e sedangkan kemitraan 3.300 gr/e. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu (2003) yang menyatakan bahwa standar konsumsi pakan menurut NRC (National Research Countil) sebanyak 3000 gram/ekor hingga panen. Konsumsi pakan yang berbeda berpengaruh pada konversi pakan, pertambahan bobot badan, dan bobot badan akhir yang diperoleh. Dimana konversi pakan pola mandiri yaitu 1,9 dan kemitraan 1,6. Sedangkan pertambahan bobot badan pola mandiri 51,4 g/e/hari dan kemitraan 58,65 g/e/hari, serta bobot badan akhir pola mandiri 6

adalah 1.840 g dan kemitraan yaitu 2.090 g. Terlihat bahwa konsumsi pakan ayam pada pola mandiri lebih banyak dibandingkan pola kemitraan, sehingga konversi pakan pola mandiri lebih banyak dari pada pola kemiraan. Konsumsi pakan ini berdampak pada bobot badan yang diperoleh dimana pertambahan bobot badan ayam pola kemitraan lebih tinggi dibandingkan pola mandiri, sehingga bobot badan akhir pola kemitraan juga lebih tinggi dibandingkan pola mandiri. Hal ini dipengaruhi oleh pemberian pakan yang berbeda dimana pola kemitraan menggunkan tiga jenis pakan yaitu pre-starter, starter dan finisher, sementara pola mandiri menggunakan dua jenis pakan yaitu starter dan finisher. Pemberian tiga jenis pakan pada pola kemitraan berarti penggunaan protein yang lebih banyak terutama pada fase pre-starter dan starter. Penggunaan protein ini berdampak pada konsumsi pakan yang lebih sedikit dan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi serta berpengaruh pada bobot badan akhir dan konversi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hussein, dkk. (2000) menyatakan bahwa pengurangan jumlah pemberian protein meningkatkan konsumsi pakan pada periode yang sama. Dan dilanjutkan oleh Hastuti, R (2002) yang menyatakan bahwa konversi pakan itu sendiri merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi ayam dengan tujuan untuk menaikkan berat badan ayam sebanyak 1 kg.

Dilihat dari mortalitasnya pada pola mandiri memiliki mortalitas yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti cekaman panas akibat ruang gerak yang terbatas, kandang yang terlalu padat dapat menimbulkan kanibalisme pada ayam, yakni ayam saling patuk mematuk sehingga menimbulkan luka pada tubuh ternak sehingga memudahkan masuknya parasit dan menimbulkan penyakit yang akhirnya meningkatkan kematian. Namun dapat pula disebabkan oleh sistem pemberian pakan yang berbeda antara pola mandiri dan kemitraan, dimana pola mandiri menggunkan sedikit protein dari dua pemberian pakan yaitu starter dan 7

finisher sementara pola kemitraan menggunakan lebih banyak protein dari tiga jenis pakan yaitu pre-starter, starter, dan finisher. Hal ini berarti kebutuhan konsumsi ternak pola mandiri tidak terpenuhi dan berpengaruh pada mudahnya terjangkit penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Firdaus (2006), yang menyatakan bahwa ternak yang masih berumur muda sangat rentan terkena penyakit. Tingkat mortalitas ayam dapat dipengaruhi oleh tingkat stress akibat suhu yang terlalu tinggi dalam kandang dan pemberian pakan dan air minum yang kurang.

Kemudian Income Over Feed and Chick cost merupakan pemasukan yang diperoleh dari biaya operasional ternak. Pada pola kemitraan secara otomatis memperoleh pemasukan dari biaya operasional yang lebih sedikit dibandingkan pola mandiri. Sebab pola pemberian pakan yang menggunakan tiga jenis pakan yaitu pre-starter, starter dan finisher membutuhkan lebih banyak protein sehingga mengharuskan peternak menggunkan lebih banyak biaya operasional ternak. Sebaliknya pada pola mandiri hanya mengeluarkan biaya yang sedikit karena pakan yang digunakan membutuhkan lebih sedikit protein sehingga pemasukan dari biaya operasional ternak yang diperoleh lebih banyak. Namun adanya penggunaan protein yang lebih tinggi pada pola kemitraan menyebabkan Indeks Produksi (IP) ayam broiler jauh lebih tinggi dibandingkan pola mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad, S (2006) yang menyatakan bahwa dengan berpola kemitraan akan memperoleh penghasilan yang lebih besar dan dapat menguntungkan satu sama lain karena memiliki manajemen pakan yang independen dan tertarget.

8

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Sistem pemeliharaan yang berbeda antara pola kemitraan dan mandiri yaitu pemberian pakan pada pola kemitraan yang menggunakan tiga jenis pakan pre-starter, starter dan finisher dan dua jenis pakan starter dan finisher pada pola mandiri berpengaruh pada konversi pakan, pertambahan berat badan, bobot badan akhir, mortalitas, income over feed and chick cost dan Indek produksi (IP). Saran Pemeliharaan dengan sistem mandiri perlu pengawasan yang lebih ketat dan serius terhadap pertumbuhan dan penanganan ternak, untuk mendapatkan income over feed and cost yang lebih tinggi.

9

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. 2006. Strategi Kemitraan dalam Saluran Distribusi untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis. Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Fadilah, R. dan Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. Agromedia. Jakarta. Faradis . 2009. Evaluasi kecukupan nutrien pada ransum ayam broiler di peternakan CV Perdana Putra Chiken Bogor. Universitas Diponegoro. Semarang. Fatmaningsih, Rani. 2016. Performa broiler pada sistem brooding konvensional dan sistem brooding thermos. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Firdaus. 2006. Pola Kemitraan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada UD Faisal Makassar. Skiripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar. Hadi, Sufyan, Sugeng Iswono, Ika Sisbintari. 2013. Pelaksanaan pengawasan proses produksi peternakan ayam broiler pada CV. SuryaMitra Farm Cabang Jember 2012. Universitas Jember. Hastuti, R. 2002. Evaluasi Pola Kemitraan Plasma Inti pada Pola Koperasi Peternakan Unggas Mitra Jaya Periangan Kecamatan Bojongasoan Kabupaten Bandung. Skiripsi.Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hussein AS. 2000. The use of step-down and modified constant protein feeding systems in developing pullets reared in hot climates. Anim Feed Sci Technol. 85:171-181. Putra, Yansel. 2015. Tingkat keseragaman bobot badan (uniformity) strain cobb pada pemeliharaan periode starterdi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm 4 Pekanbaru. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Rohmad.2013. Analisis Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri. Jurnal Manajemen Agribisnis Vol 13, No.1. Santosa, A.K., 2009. Kemitraan Ayam Broiler. http://ternakonline. Wordpress. Com /2009 /08 /16 /kemitraan-ayam-broiler/. Diakses 9 Desember 2016.

10

Saputra, A. 2014. Pemberian kombinasi pakan Double step down Dan asam Sitrat sebagai upaya peningkatan efisiensi usaha Peternakan broiler. Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol 10 (1). Sinurat, Arnold P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, P.P. Ketaren, N. Bermawie, M. Raharjo Dan M. Rizal. 2009. Pemanfatan Kunyit dan Temulawak sebagai Imbuhan Pakanuntuk Ayam Broiler. Balai Penelitian Ternak, Bogor. UU RI No.18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Http://wwww.ditjenak. deptan.go.id/download.php.accesion: 9 Desember 2016. Widodo,

F. 2014. Pemeliharaan Ayam Broiler Mandiri Dan Kemitraan. http://www.ternakpertama.com/2014/12/pemeliharaan-ayam-broiler-mandiri-atau.html Diakses pada tanggal 9 Desember 2016.

Wahyu. 2010. Nutrisi Dan PakanUnggas Kontekstual. Universitas Muhammadiyah Malang.

11

LAMPIRAN

Perhitungan Sistem Pemeliharaan Mandiri 1. Konsumsi pakan (g/e) Starter=1.000 g /e Finis h er =2.500 g/e 3.500 g/e Konsumsi pakan g/e/hari =

3.500 g /e 35 hari

= 100 g/e/hari 2. Pertambahan Bobot Badan

Selisih DOC

: 40 g

Minggu I

: 170 g

130

Minggu II

: 480 g

310

Minggu III

: 965 g

485

Minggu IV

: 1440 g

475

Minggu V

: 1840 g

400

Total selisih

=

1.800 g /e 5

= 360 g Jadi, untuk PBB g/e/hari =

360 g/ e 7

= 51,4 g/e/hari 3. Feed Convertion Ratio (FCR) =

konsumsi Berat Badan

12

g 100 /hari e g 51,4 /hari e

=

= 1,9 4. Mortalitas (%)

=

Jumlah populasi awal − Jumlah populasi akhir x 100% jumlah populasi awal

=

200− 188 x100% 200

=

12 x100% 200

= 6% 5. Income Over Feed and Chick Cost (Rp/ekor) Diketahui : Harga DOC = Rp. 4.500/ekor Jumlah konsumsi pakan starter = 1. 000 g Biaya pakan starter = Harga pakan x Jumlah konsumsi (kg/ekor) = Rp. 7.700/kg x 1 kg = Rp. 7.700/kg Jumlah konsumsi pakan finisher = 2. 500 g Harga pakan finisher -

Biaya konsentrat = Harga konsentrat x pemakaian 33 x 2,5 kg ) 100 = Rp. 8.700/kg x 0,825 = Rp. 7.177,5,= Rp. 8.700/kg x (

-

Biaya jagung 67 = Rp. 4.300/kg x ( x 2,5 kg ) 100 = Rp. 4.300/kg x 1,675 = Rp. 7.202,5,Harga jual ayam

= Harga jagung x pemakaian

= Rp. 18.000/kg 13

Berat ayam

= Rp. 1,84 kg/e

Total harga pakan

= Rp. 7.700/kg + Rp. 7.177,5,- + Rp. 7.202,5,= Rp. 22. 080,-/kg

Ditanyakan : Income Over Feed and Chick Cost (Rp/ekor) ? Penyelesaian : Total Cost

= Total harga pakan + DOC = Rp. 22.080,-/kg + Rp. 4.500/ekor = Rp. 26.580,-/ekor

Pendapatan

= Harga jual ayam × berat = Rp. 18.000/kg × 1,84 kg/e = Rp. 33.120/ekor

Income Over Feed and Chick Cost (Rp/ekor)= Pendapatan – Total Cost = Rp. 33.120/ekor – Rp. 26.580,-/ekor = Rp. 6.540,-/ekor 6. IP (Indeks Broiler)

( 100 − deplesi ) x bobot rata − rata x 100 umur rata − rata x FCR ( 100 − 6 ) x 1,84 x 100 = 35 x 1,9 94 x 184 = 66,5 17.296 = 66,5 = 260,9

=

Sistem Pemeliharaan Kemitraan 1. Konsumsi pakan (g/e) Pre − starter =500 g /e Starter=500 g /e Finish er =2.300 g/ e 3.300 g/e 14

Konsumsi pakan g/e/hari =

3.300 g /e 35 hari

= 94,2 g/e/hari 2. Pertambahan Bobot Badan

Selisih DOC

: 37 g

Minggu I

: 195 g

158

Minggu II

: 500g

305

Minggu III

: 1030 g

530

Minggu IV

: 1550 g

520

Minggu V

: 2090 g

540

Total selisih

=

2.053 g /e 5

= 410,6 g Jadi, untuk PBB g/e/hari =

410,6 g/ e 7

= 58,65 g/e/hari 3. Feed Convertion Ratio (FCR) =

konsumsi Berat Badan

=

g 94,2 /hari e g 58,65 /hari e

= 1,6 4. Mortalitas (%)

=

Jumlah populasi awal − Jumlah populasi akhir x 100% jumlah populasi awal

=

3000− 2902 x100% 3000

15

=

98 x100% 3000

= 3,26 %

5. Income Over Feed and Chick Cost (Rp/ekor) Diketahui : Harga DOC = Rp. 6.898/ekor Harga pakan pre-starter



= Rp. 7.775/kg

Kebutuhan pakan fase pre-starter 500 gr / ekor, berbentuk butiran Pakan Butiran = Rp. 7.775 /kg x 0.5 kg = RP. 3.888 •

Harga pakan starter

= Rp. 7.455/kg

Kebutuhan pakan fase starter 500 gr / ekor, berbentuk butiran Pakan Butiran = Rp. 7.455 /kg x 0.5 kg = Rp. 3.728 •

Harga pakan finisher

= Rp. 7.005/kg

Kebutuhan pakan fase finisher 2300 gr / ekor terdiri dari : Pellet = Rp. 7.005 /kg x 2,3 Kg = Rp. 16.112 Harga jual ayam

= Rp. 16.675/kg

Berat ayam

= Rp. 2,09 kg/e

Jumlah keseluruhan Harga pakan yaitu : Rp. 3.888 + Rp. 3. 728 + Rp....


Similar Free PDFs