PROPOSAL PENERAPAN INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE) DALAM BINA DESA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA 2018 PDF

Title PROPOSAL PENERAPAN INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE) DALAM BINA DESA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA 2018
Author Bayu Irianti
Pages 19
File Size 283.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 611
Total Views 813

Summary

PROPOSAL PENERAPAN INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE) DALAM BINA DESA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA 2018 DAFTAR ISI PENGANTAR 3 BABI INFORMASI UMUM 5 BAB II KOMPETENSI 7 BAB III BAHASAN DAN JADWAL KEGIATAN 9 BAB IV RANCANGAN TUGAS LATIHAN 11 BAB V EVALUASI 12 DAFTAR PUSTAKA 15 2 PENGANTAR Kes...


Description

PROPOSAL PENERAPAN INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE) DALAM BINA DESA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA 2018

DAFTAR ISI 3

PENGANTAR BABI

INFORMASI UMUM

5

BAB II

KOMPETENSI

7

BAB III

BAHASAN DAN JADWAL KEGIATAN

9

BAB IV

RANCANGAN TUGAS LATIHAN

11

BAB V

EVALUASI

12

DAFTAR PUSTAKA

15

2

PENGANTAR

Kesehatan merupakan kebutuhan yang fundamental bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan modal awal dimana seseorang bisa memulai aktivitasnya dan meningkatkan taraf hidupnya. Tanpa kesehatan, setiap hal atau kegiatan yang menunjang hidup seseorang akan sangat terhambat. Begitu pentingnya arti kesehatan sehingga diperlukan sebuah sistem yang mendukung terciptanya kesehatan nasional bagi seluruh masyarakat Indonesia. Saat ini Indonesia sedang menghadapi transisi epidemiologi dari penyakit menular (PM) ke penyakit tidak menular (PTM). Kondisi ini dibuktikan dengan terjadinya perubahan pola penyakit di Indonesia. Selama periode 1990-2015, pola kematian akibat PTM semakin meningkat dari 37% menjadi 57%, sedangkan kematian akibat PM menurun dari 56% menjadi 38%. Disamping itu kematian akibat kecelakaan juga meningkat dari 7% menjadi 13%. Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup (pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll). Kondisi ini menyebabkan bertambahnya beban pemerintah karena penanganan PTM membutuhkan biaya yang sangat besar. Selain itu, kasus PTM juga menyebabkan hilangnya potensi/modal sumber daya manusia dan menurunnya produktivitas (productivity loss) yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi. Upaya promotif dan preventif merupakan upaya yang sangat efektif untuk mencegah tingginya kesakitan dan kematian akibat PTM dan PM. Pendekatan penyelesaian masalah kesehatan secara tunggal dinilai tidak cukup efektif dalam mengatasi setiap polemic yang ada. Sehingga konsep penyelesaian permasalahan secara komprehensif dengan menggunakan sudut pandang kolaboratif antar profesi menjadi penyelesaian yang lebih baik. Dalam pencapaian tersebut, institusi pendidikan perlu mengembangkan muatan lokal yang menjadi unggulan untuk memberikan kesempatan bagi seluruh peserta didik untuk meningkatan kompetensi sekaligus profesionalisme profesi sebagai modal menghadapi persaingan bebas yang akan dimulai tahun 2018 Program Praktik Komunitas dengan pendekatan lintas profesi (inter-profesional education / IPE) yang tidak hanya mengedepankan tenaga kesehatan sebagai provider kesehatan, namun juga sebagai active communicator, manager, community leader serta sebagai decision maker bertujuan memdekatkan calon – calon tenaga kesehatan pada situasi sosial masyarakat serta melahirkan kreativitas untuk berupaya mengatasi permasalahan di masyarakat dari berbagai disiplin ilmu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan inter-profesional education and collaborative practicesfor global health, untuk mengatasi permasalahan terkait fragmentasi dan inefisiensi layanan kesehatan di masa mendatang, khususnya pada situasi atau permsalahan kesehatan yang kompleks. Pendekatan ini juga menjadi solusi untuk menyediakan layanan kesehatan yang integratif dan terpadu sejalan dengan kebijakan pemerintah yang baru, yaitu Jaminan Kesehatan Nasional. Tuntutan pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat seiring semakin tingginya kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Menurut WHO, sistem pelayanan kesehatan yang saat ini banyak berkembang adalah pelayanan terfragmentasi yang menimbulkan ketidaktercapaian kebutuhan masyarakat, termasuk di Indonesia. 3

Kementrian kesehatan Indonesia pun telah melakukan inovasi dalam sistem pelayanan kesehatan. Hal ini terlihat dari program Nusantara sehat yang telah mulai diuji cobakan pada tahun 2014 dengan nama program “pencerah nusantara”. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan kementrian kesehatan Indonesia didapatkan hasil bahwa penempatan tenaga kesehatan lebih efektif dengan berbasis tim dengan prinsip kolaborasi antar profesi tenaga kesehatan. Hal ini sejalan dengan World Health Organization (WHO) yang merekomendasikan pelayanan kesehatan dengan praktik kolaborasi. Salah satu upaya untuk mewujudkan kolaborasi antartenaga kesehatan adalah dengan memperkenalkan sejak dini praktik kolaborasi melalui proses pendidikan. Bekal tentang kolaborasi dapat diterapkan sejak tahap pendidikan melalui Interprofessional Education (IPE). Setelah mahasiswa memahami cara bekerja secara interprofesional, mereka siap untuk memasuki tempat kerja sebagai anggota tim (kolaboratif). IPE merupakan suatu proses kelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, berinteraksi sebagai tujuan yang utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang lain. Masing-masing mahasiswa membawa dan mengaplikasikan teori, skill, dan nilai dalam pelayanan kesehatan yang berbasis pada peningkatan luaran pasien/masyarakat Interprofesional education (IPE) menggunakan pendekatan pedagogik yang mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga kesehatan yang mampu memberikan pelayanan kesehatan secara kolaboratif. Menurut hasil penelitian Institute of Medicine Committee on Health Professions education Summit pelayanan kolaborasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien, mengurangi biaya perawatan, dan menurunkan kesalahan medis. Penelitian serupa yang dilakukan oleh IOM menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang baik akan tercapai jika tenaga kesehatan dapat bekerjasa secara efektif dalam tim, dikomunikasikan dengan baik, serta masing-masing tenaga kesehatan memahami batasan perannya masing-masing. Hal ini akan menghilangkan “Gap” yang selama ini terjadi antar tenaga kesehatan. Gaps ini seringkali menjadi bumerang yang pada akhirnya merugikan masyarakat sebagai pemakai pelayanan kesehatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya (STIKes Surabaya) merupakan institusi kesehatan yang mecetak calon tenaga bidan, perawat, dan Gizi. STIKes Surabaya berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam menyediakan tenaga kesehatan yang berkualitas dan “siap pakai” dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu upaya yang yang dilakukan melalui implementasi tridharma Perguruan Tinggi. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian dosen dan mahasiswa (dalam hal ini calon tenaga kesehatan) dibawah naungan STIKes Surabaya kepada Masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut STIKes Surabaya melakukan kegiatan “Bina desa dengan prinsip Interprofesional Education (IPE)”. Kegiatan Bina Desa ini dilakukan dengan melibatkan dosen, mahasiswa D3 Kebidanan, mahasiswa S1 Ilmu Keperwatan, dan S1 Ilmu Gizi dalam memberikan pelayanan kesehatan berbasis komunitas dengan melibatkan peran serta masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kesehatan yang berhubungan 4

dengan bidang kebidanan, keperawatan dan gizi pada desa binaan.

5

BAB I INFORMASI UMUM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya, memiliki 3 Program studi dalam lingkup ilmu kesehatan, yaitu S1 Ilmu Keperawatan, S1 Ilmu Gizi dan D3 Kebidanan. Adapun profil lulusan ke-3 prodi adalah: 1. S1 ilmu Keperawatan Adapun profil lulusan keperawatan adalah pemberi asuhan keperawatan, komunikator, pendidik dan pemberi informasi (promosi kesehatan), manager dan seorang pemimpin baik di klinik maupun masyarakat, serta peneliti. 2. S Ilmu Gizi Adapun profil lulusan gizi adalah sebagai ahli gizi yang memberikan asuhan terkait giizi, sebagai seorang manajer, pemberi informasi (promosi kesehatan) bagi keluarga dan masyarakat, serta peneliti 3. D3 Kebidanan Adapun profil lulusan bidan adalah pemberi asuhan, penggerak masyarakat dan pemberi informasi (promosi kesehatan), komunikator, pengambil keputusa serta pengelola. Berdasarkan konsep IPE, bahwa kompetensi dibagi menjadi 3 yaitu kemampuan Individu, Kemampuan Umum dan kemampuan kolaboratif. Kemampuan individu yang dimaksudkan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang berlandaaskan pada profesi yang dimilikinya. Kemampuan kolaboratif adalah kemampuan yang beririsan dengan profesi lain, sehingga dapat saling melengkapi dan mengisi. Kemampuan umum merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap profesi dalam menjalankan konsep IPE. Pemaparan tersebut dapat diartikan bahwa dalam IPE di STIKes Surabaya keunikan kompetensi dimasing-masing profesi menjadikan Batasan akan pelaksanaan asuhan yang diberikan, sedangkan kemampuan umum (pengumpulan data, analisis masalah, penarikan kesimpulan dan menyusun rencana tindak lanjut serta evaluasi, etika dan menghormati budaya serta nilai yang ada) merupakan keilmuan umum yang haris dimiliki oleh setiap mahasiswa dengan profesi berbeda. Kemampuan kolaborasi merupakan ruang gerak yang dapat dilaksanakan secara suportif dan Bersama-sama, dimana satu keilmuan akan berambah lengkap ketika di penuhi oleh keilmuan lain. Dapat tergambarkan dalam diagram di bawah ini. 6

kompetensi individu (profesi)

kompetensi umum

IPE

kompetensi kolaborasi

7

Profesi Gizi

Learning Outcome Mahasiswa

mampu

Indikator

melakukan 1. Mampu melakukan screening

kegiatan intervensi yang telah

untuk kelompok populasi

disusun

tertentu (antropometri, dietary,

berdasarkan

pendekatan masalah gizi yang

dan faktor ekologi) dengan

terjadi

mengambil sampel dari

di

masyarakat

memecahkan berdasarkan

dan

masalah analisis

NCP 2. Mampu menganalisis agregat data primer kelompok

yang meliputi :

masyarakat tersebut dan bersikap

berprilaku

dan

menegakkan diagnose gizi

profesional

dengan berlandaskan pada

sebagai seorang ahli gizi sesuai kode etik ahli gizi 2) Mahasiswa

dan

mendokumentasikan program

problem tree 3. Mampu merencanakan

mampu

mengevaluasi

Gizi

Bidan

wilayah terkait

(Nutritional Care Process )

1) Mampu

Irisan

suatu

kegiatan intervensi dan melaksanakan intervensi : membuat materi dan

kesehatan

menyelenggarakan pendidikan

masyarakat (public Health

gizi, konseling dan penuluhan

Project)

dengan

pada kelompok terkait

menggunakan

format 4. Mampu merencanakan dan

Nutritional Care Process (

melaksanakan kegiatan

Perawat

Memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang berkolaborasi dengan tenaga perawat, ahli gizi, dan bidan, meliputi : kesehatan ibu dan anak, kesehatan komunitas dan keluarga, dan kesehatan gizi di masyarakat. Melalui tahap : pengkajian, penentuan prioritas masalah, merumuskan solusi, implementasi dan evaluasi

NCP ) komunitas. 3) Mampu

monitoring dan evaluasi

melaksanakan

kegiatan NCP pada tingkat institutional Perawat

Mahasiswa

mampu 1. Mahasiswa mampu melakukan

memberikan

asuhan

pengkajian masalah kesehatan

klien

dalam komunitas dan keluarga

keperawatan

kepada

secara komprehensif di seluruh 2. Mahasiswa mampu membuat cabang

ilmu

keperawatan

suatu analisis data masalah

dengan benar. Pada setiap stage

keperawatan dalam komunitas

keperawatan komunitas yang

dan keluarga

meliputi : pengkajian, analisis 3. Mahasiswa mampu data,

diagnosa

keperawatan,

menentukan diagnosa

intervensi, implementasi, dan

keperawatan dalam komunitas

evaluasi.

dan keluarga 4. Mahasiswa intervensi

menyusun dari

diagnosa

keperawatan dalam omunitas dan keluarga 5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi dari intervensi yang telah dientukan dalam ligkup komunitas dan keluarga

6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari proses dalam komunitas dan keluarga. Bidan

Bidan memberikan asuhan yang 1. Mahasiswa mampu melakukan bermutu

tinggi

dan

pengkajian masalah kesehatan

komperhensif pada keluarga,

dalam bidang kesehatan ibu

kelompok

dan anak.

dan

masyarakat

sesuai dengan budaya setempat 2. Mahasiswa mampu meliputi : identifikasi masalah,

merumuskan masalah dalam

merumuskan

bidang kesehatan ibu dan anak.

intervensi, evaluasi.

masalah, implementasi

dan 3. Mahasiswa

menyusun

intervensi di bidang kesehatan ibu dan anak. 4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi

di

bidang

kesehatan ibu dan anak. 5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari proses dalam bidang kesehatan ibu dan anak.

BAB II KOMPETENSI

Kompetensi (Sasaran Pembelajaran Akhir) 1. Mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas dan keluarga di bidang keperawatan, gizi dan kebidanan. 2. Menganalisis prioritas masalah di komunitas dan keluarga di bidang keperawatan, gizi dan kebidanan. 3. Merumuskan solusi masalah secara kolaborasi sesuai dengan bidang masing-masing berdasarkan ilmu pengetahuan, skill dan nilai yang tepat (Keperawatan, bidan dan gizi) 4. Melakukan implementasi penyelesaian masalah secara kolaborasi 5. Mampu melakukan monitoring (pemantauan), melaporkan hasil intervensi yang diberikan di semester sebelumnya 6. Melakukan evaluasi terhadap implementasi program yang telah dilakukan di semester sebelumnya 7. Mampu mengembangkan rencana tindak lanjut aksi yang sistematis dan terukur secara kolaboratif

11

Bagan Alir Kompetensi

Mampu berkomunikasi, berkolaborasi dalam memecahkan masalah kesehatan dengan prinsip kolaborasi antar bidang profesi

Mahasiswa mampu mengembangkan rencana aksi yang sistematis dan terukur secara kolaborasi

Mahasiswa mampu melakukan monitoring (pemantauan), melaporkan hasil intervensi; mampu melakukan evaluasi program yang telah dilakukan di semester sebelumnya

Mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip penentuan solusi dan menetapkan intervensi terbaik untuk mengatasi permasalahan kesehatan baik ditingkat keluarga ataupun masyarakat secara lintas profesi; mampu mengembangkan intervensi yang sistematis dan terukur secara kolaborasi

Mahasiswa mampu menentukan skala prioritas dalam permasalahan kesehatan yang diidentifikasi; menerapkan prinsip-prinsip penetapan prioritas permasalahan kesehatan secara secara kolaborasi lintas profesi; menentukan lama intervensi dan indikator-indikator keberhasilan intervensi serta alat ukur dan cara ukur keberhasilan intervensi; mengidentifikasi media yang akan dipergunakan dalam intervensi (contoh poster, slides, film etc)

Mahasiswa memahami kode etika masing-masing profesi; memahami peranan masing-masing profesi; memahami prinsip-prinsip komunikasi interpersonal, interprofesional dan lintas budaya; dan mampu melakukan komunikasi dan kolaborasi untuk mengidentifikasi masalah- masalah kesehatan secara efektif baik di tingkat keluarga ataupun masyarakat

12

BAB III PERENCANAAN WAKTU

Kegiatan Pembuatan panduan IPE

Waktu Agustus-September 2018

September-November 2018

Pembuatan kurikulum IPE (modul ajar dan praktik)

Januari-Februari Penentuan Lahan dilaksanakannya IPE Desember-Februari Pemantapan mahasiswa sebelum pelaksanaan IPE (pembelajaran kelas) Pelaksanaan pengumpulan data masyarakat Pelaksanaan perumusan masalah Pelaksanaan inervensi Pelaksanaan evaluasi Pelaksanaan monitoring Pelaksanaan

Tujuan Membuat arahan dan panduan dalam pelaksanaan IPE baik secara konsep hingga teknis pelaksanaan IPE Modul pelaksanaan teknis IPE dimulai dari proses pengumpulan data, analisis data, penentuan masalah, perencanaan penyelesaian masalah masyarakat, implementasi penyelesaian masalah, evaluasi implemenasi dan teknis monitoring evaluasi. Lahan yang digunakan di wilayah Surabaya, atas rekomendasi dinas kesehatan kota Pembekalan mahasiswa mengenai konsep IPE, tools yang akan digunakan, serta jadwal target pelaksanan Di komunitas

Maret

Dilaksanakan setiap 34 bulan pasca pelaksanaan

Juli 2019, November

Pasca pelaksanaan Komunitas, sebagai bagian dari IPE desa binaan hingga pelaksanaan IPE selanjutnya Membina desa 13

Keterangan

perumusan masalah kembali berdasarkan data temuan terbaru dan hasil monitoring

2019, maret 2020

berdasarkan hasil monev paca komunitas IPE.

14

BAB IV RANCANGAN TUGAS LATIHAN

STUDENT PROJECT Student Project adalah kajian mendalam tentang keluarga angkat (KA)/masyarakat berdasarkan hasil wawancara mendalam dan pengamatan langsung oleh tim kolaborasi melalui kunjungan yang dilaksanakan minimal 4 kali setiap semester.dituangkan dalam bentuk laporan hasil kajian pada akhir semester. Hasil kajian mencakup hal Hasil kajian tersebut: (1) Proses pelaksanaan program kesehatan (2) Proses monitoring pelaksanaan program (3) Proses evaluasi terhadap implementasi program (4) Identifikasi terhadap hambatan implementasi (5) Simpulan hasil intervensi dengan mengacu pada capaian terhadap indikator keberhasilan program (6) Rumusan rekomendasi untuk perbaikan program

15

BAB V PENILAIAN DAN EVALUASI A.

Sistem Evaluasi Evaluasi yang dilakukan menggunakan system 360 derajat evaluasi., yaitu dengan melibatkan elemen terkait untuk memberikan penilaian berdasarkan hasil observasi. Adapun evaluasi yang dilakukan adalah: 1. Evaluasi harian dilakukan oleh dosen pembimbing lapangan sesuai dengan lembar penilaian. Aspek yang dinilai : a. Kognitif (30 %) Pembuatan laporan individu maupun laporan kelompok, pengetahuan selama dalam proses kegiatan praktik, kemampuan dalam menganalisis masalah dan analisis penyelesaian masalah. b. Psikomotorik (kinerja harian) (40%) Kemampuan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan praktik, meliputi survey mawas diri, kegiatan penyuluhan, kegiatan presentasi, pelaksanaan tugas lain yang bersifat praktik c. Afektif (30%) 1) Tanggung jawab 2) Ketekunan 3) Sopan santun 4) Kerja sama/ saling membantu dalam menyelesaikan tugas 5) Hubungan interpersonal 6) Kedisiplinan 2. Penilaian kelompok yang dilakukan oleh tokoh agama dan atau tokoh masyarakat 3. Penilaian puskesmas dan unit terkait saat mahasiswa melakukan praktik puskesmas

16

BAB VI PENUTUP

Demikian proposal kegiatan penerapan Interprofesional Education (IPE) Bina Desa ini kami buat, semoga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.

17

A. Daftar Rujukan 1. Tuckman BW. Development sequence in small groups. Psychological Bulletin, 2.

3.

4. 5.

6.

7.

8.

9. 10. 11.

12. 13.

14. 15. 16.

17.

1965,63:384–399. Committee on Quality of Health Care in America, Institute of Medicine (2001). Crossing the quality chasm: a new health system for the 21 st century. National Academy ofSciences. Frenk J et al (2010). Health professionals for a new century: transforming education to strengthen health systems in an interdependent world. The Lancet 376:1923-58 Nemeth CP (2008). Improving hea...


Similar Free PDFs