REV BAB III SEL TUMBUHAN REVISI PDF

Title REV BAB III SEL TUMBUHAN REVISI
Author I. Putri
Pages 19
File Size 705.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 140
Total Views 500

Summary

SEL TUMBUHAN LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Anatomi Tumbuhan dosen pengampu: Dr. rer. nat. Adi Rahmat, M.Si. Dr. Eni Nuraeni, M.Pd. Disusun oleh: Kelompok 7 Pendidikan Biologi B 2015 Aldi Slamet Riyaldi 1501824 Dwi Ayu Destiani 1500607 Ismarini Pratami Putri 15...


Description

Accelerat ing t he world's research.

REV BAB III SEL TUMBUHAN REVISI Ismarini Pratami Putri

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Laporan Prakt ikum Biologi Pengamat an Sel Tumbuhan, Sel Epit el Rongga Mulut , dan Perist iw… Hana Medina

Laporan prakt ikum bot ani sel dan plasmolisis.docx Jellies Baby'z Pengamat an Sel Zulhidjah Awalyah

SEL TUMBUHAN LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Anatomi Tumbuhan dosen pengampu: Dr. rer. nat. Adi Rahmat, M.Si. Dr. Eni Nuraeni, M.Pd.

Disusun oleh: Kelompok 7 Pendidikan Biologi B 2015

Aldi Slamet Riyaldi

1501824

Dwi Ayu Destiani

1500607

Ismarini Pratami Putri

1504060

Ratih Nur Sholihah

1500981

Siti Safariah

1507517

Sofi Rahmania

1503786

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2017

A. Judul Sel Tumbuhan

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Hari, Tanggal : Senin, 27Februari 2017 Waktu

: 13.00-15.00 WIB

Tempat

: Lab. Struktur Tumbuhan (FPMIPA) UPI Bandung

C. Tujuan Praktikum 1. Mengidentifikasi organel dan aliran plasma dalam sel. 2. Mengidentifikasi pigmen dalam sel tumbuhan. 3. Membedakan zat-zat ergastik dalam sel tumbuhan. 4. Mengidentifikasi karakteristik kuantitatif zat ergasti dalam sel tumbuhan. 5. Menginterpretasi data hasil pengamatan. D. Dasar Teori Sel merupakan unit fungsional dari organisme multiseluler. Bagian sel ada yang disebut sentral yaitu nukleus, dan dikelilingi oleh sitoplasma yang dibatasi oleh membran inti dan bats terluar dilapisi oleh lapisan tipis dan sulit ditembus yaitu membran plasma (Hart, 1972). Sel sebagai unit fungsional makhluk hidup menyatakan bahwa protoplasma merupakan dasar fisik kehidupan.Protoplasma bukan hanya bagian struktural sel, tetapi juga merupakan bagian penting sel sebagai tempat berlangsung reaksi-reaksi kimia kehidupan.Berdasarkan hal ini muncullah teori sel yang menyatakan bahwa sel merupakan kesatuan fungsional kehidupan (Schultze, 1874). Fita Kurniasari (2011), mengemukakan pemahaman mengenai struktur sel perlu penggunaan mikroskop. Ada tiga konsep mengenai sel, yaitu: 1. Semua organisme tersusun atas satu atau lebih sel. 2. Sel adalah unit terkecil yang memiliki semua persyaratan hidup. 3. Keberlangsungan kehidupan secara langsung berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal. Ukuran sel pada umumnya mikroskopis, namun kita masih bias menganalisis bentuk-bentuk sel menggunakan mikroskop. Tumbuhan tingkat tinggi tubuhnya tersusun oleh sejumlah sel, baik sel hidup maupun sel-sel mati.Sel-sel hidup memiliki persamaan dan perbedaan dalam struktur maupun fungsinya.Persamaannya adalah sel itu mempunyai dinding sel, terisi plasma yang terbungkus oleh membran plasma. Sedangkan perbedaannya terutama diakibatkan oleh lingkungan dan faktor genetik, yaitu akibat proses diferensiasi yang mengikuti proses pembelahan sel.

A. Dinding Sel Dinding sel merupakan salah satu ciri sel tumbuhan yang membedakannya dari sel hewan.Dinding ini melindungi sel tumbuh-an, mempertahankan bentuknya, dan mencegah penghisapan air secara berlebihan. Pada tingkat keseluruhan tumbuhan, dinding yang kuat yang terbuat dari sel khusus mempertahan-kan tumbuhan agar tegak melawan gaya gravitasi. Sel tumbuhan muda pertama-tama mensekresi dinding yang relatif tipis dan lentur yang disebut dinding sel primer.Di antara dinding-dinding primer sel-sel yang berdekatan terdapat lamela tengah, lapisan tipis yang banyak mengandung polisakarida lengket yang disebut pektin.Apabila selnya telah dewasa dan berhenti tumbuh, sel ini memperkuat dindingnya.Sebagian sel tumbuhan melakukan hal ini hanya dengan mensekresi substansi pengeras ke dalam dinding primernya. Sel lain menambahkan dinding sel sekunder di antara membran plasma dan dinding primer. Dinding sekunder ini, seringkali menumpuk menjadi beberapa lapisan berlamina, memiliki matriks kuat dan tahan lama yang sanggup memberi perlindungan dan dukungan.(Campbell, 2002). B. Protoplas Protoplas merupakan bagian yang hidup dari sel tumbuhan, meskipun di dalamnya juga terdapat berbagai senyawa anorganik. Protoplas terdiri dari empat bagian utama, yaitu: sitoplasma, nukleus, vakuola dan bahan ergastik. 1. Sitoplasma Sitoplasma merupakan bagian sel yang kompleks, suatu bahan cair yang mengandung banyak molekul, diantaranya berbentuk suspensi koloid dan organel-organel yang bermembran.Sitoplasma dan nukleus secara bersamasama disebut protoplasma. Beberapa sel tumbuhan juga memiliki juga zat-zat murni yang tidak hidup disebut bahan ergastik, seperti: kalsium oksalat, benda-benda protein, gum, minyak, resin. 2. Nukleus Nukleus merupakan pusat kendali pada sel tumbuhan eukariotik.Nukleus mengendalikan seluruh fungsi sel dengan menentukan berbagai reaksi kimia dan juga struktur dan fungsi sel. Nukleus merupakan organel berbentuk bulat atau memanjang yang terbungkus selimut inti.Plasma nukleus (nukleoplasma) berbutir-butir merupakan sistem koloid, mengandung kromatin yang pada pembelahan sel berubah menjadi kromosom.Fungsi kromosom adalah membentuk m-RNA yang mengatur sintesis protein.Di dalam plasma nukleus juga terdapat nukleolus yang jumlahnya tiap sel khas untuk tiap jenis. Nukleolus itu padat, bentuknya tak beraturan, merupakan massa serat dan butiran, dan berwarna gelap. Fungsi nukleolus adalah untuk sintesis r-RNA dan ribosom (Hasnunidah, 2007). Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengontrol sel eukariotik (sebagian gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Nukleus ini umumnya merupakan organel yang paling mencolok dalam sel eukariotik, rata-rata berdiameter 5 µm. Di dalam nukleus, DNA diorganisasikan bersama dengan protein menjadi materi yang disebut kromatin. Kromatin yang diberi

warna tampak melalui mikroskop cahaya maupun mikros-kop elektron sebagai massa kabur. Sewaktu sel bersiap untuk membelah (bereproduksi), kromatin kusut yang berbentuk benang akan menggulung (memadat), menjadi cukup tebal untuk bisa dibedakan sebagai struktur terpisah yang disebut kromosom. Nukleus ini mengontrol sintesis protein dalam sitoplasma dengan cara mengirim mesenjer molekuler yang berbentuk RNA. (Campbell, 2002). 3. Vakuola Badan khas di sel tumbuhan selain dinding sel dan plastida adalah vakuola.Vakuola mengerjakan beberapa fungsi.Bentuk dan ketegangan jaringan yang hanya memiliki dinding primer adalah akibat adanya air dan bahan terlarut yang menekan dari dalam vakuola.Tekanan tersebut timbul karena osmosis.Konsentrasi bahan terlarut di dalam vakuola cukup tinggi, termasuk garam-garam, molekul-molekul organik kecil, beberapa protein (enzim) dan molekul-molekul lainnya.Beberapa vakuola mengandung pigmen yang menimbulkan warna pada banyak bunga atau dauh.Pada beberapa bagian tumbuhan, vakuola dapat mengandung bahan-bahan yang mungkin berbahaya bagi sitoplasma. E. Alat dan Bahan Pada kegiatan praktikum, berikut alat dan bahan yang diperlukan. 1. Alat Tabel 1. Alat yang digunakan No

Alat

Jumlah

1.

Mikroskop cahaya

2 unit

2.

Kamera handphone

5 unit

3.

Lensa Okuler Berskala (LOS)

1 buah

4.

Alat tulis

1 set

5.

Objek glass

6 buah

6.

Cover glass

6 buah

7.

Silet

6 buah

8.

Styrofoam

1 Buah

2. Bahan Tabel 2. Bahan praktikum sel tumbuhan No

Bahan

Jumlah

1.

Daun Vallesneria sp.

1 lembar

2.

Daun Rhoeo discolor

1 lembar

3.

Daun Ficus sp.

1 lembar

4.

Batang Paperomia

1 buah

5.

Umbi wortel (Daucus carota)

1 buah

6.

Pisang

1 buah

F. Langkah Kerja Bagan 1. Langkah kerja dalam mengamati organel dan aliran plasma pada daun Vallesneria Preparat sayatan paradermal permukaan daun Vallesneria dibuat dengan menggunakan reagen air.

Gerakan mitokondria di dalam plasma diperhatikan.

Gambar beberapa sel dipotret dan arah aliran plasma digambarkan dengan memberi anak panah.

Bagan 2. Langkah kerja dalam mengidentifikasi pigmen terlarut dalam cairan sel daun Rhoeo discolor Preparat sayatan paradermal daun Rhoeo discolor dibuat dengan reagen air sehingga didapat hasil sayatan yang tipis dan berwarna ungu (vakuola).

Gambar dipotret dan rasio vakuola terhadap sel dihitung, minimal dilakukan pada 3 sel.

KOH diteteskan sebanyak 1-2 tetes dari tepi kaca penutup. Perubahan warna antosianin direkam.

Hasil pengamatan dan perhitungan dinyatakan dalam bentuk tabel.

HCl diteteskan sebanyak 1-2 tetes dari tepi kaca penutup. Perubahan warna yang terjadi direkam.

Preparat sayatan paradermal daun Rhoeo discolor dibuat kembali, dengan menggunakan reagen air.

Bagan 3. Langkah kerja dalam mengamati kristal oksalat pada daun Ficus.

Preparat sayatan melintang daun Ficus sp. dibuat dengan reagen air.

Gambar beberapa sel yang mengandung kristal diambil. Bentuk kristal dan rasio kristal terhadap sel ditentukan, minimal dilakukan terhadap 3 buah sel.

Hasil pengamatan dan perhitungan dinyatakan dalam bentuk tabel.

Bagan 4. Langkah kerja dalam mengamati organel dan kristal pasir pada Peperomia.

Preparat sayatan melintang batang Peperomia dibuat dengan reagen air.

Gambar beberapa sel yang mengandung sel diambil, bentuk dan rasio kristal terhadap sel ditentukan, minimal dilakukan pada 3 buah sel.

Hasil pengamatan dan perhitungan dinyatakan dalam bentuk tabel.

Organel dan inti sel ditemukan. gambar beberapa sel yang mengandung inti dipotret, bentuk dan rasio terhadap sel ditentukan, minimal dilakukan pada 3 buah sel.

Bagan 5.Langkah kerja dalam mengidentifikasi kromoplas pada korteks umbi wortel (Daucus carota).

Preparat sayatan melintang korteks umbi wortel dibuat dengan reagen air.

Gambar beberapa sel dipotret, bentuk dan rasio kromoplas terhadap sel ditentukan, dilakukan pada semua bentuk kromoplas yang ditemukan.

Hasil pengamatan dan perhitungan dinyatakan dalam tabel.

Bagan 6.Langkah kerja dalam mengidentifikasi amiloplas pada pisang.

Preparat kerokan pisang dibuat dengan reagen air.

Gambar beberapa sel dengan berbagai bentuk amiloplas dipotret, bentuk dan rasio butir pati terhadap sel ditentukan.

Hasil pengamatan dan perhitungan dinyatakan dalam tabel.

Iodium diteteskan dari tepi kaca penutup. perubahan warna diamati.

G. Hasil Pengamatan KEGIATAN 1. Mengamati organel dan aliran plasma pada daun Vallesneria Gambar hasil pengamatan

Gambar 1.Aliran plasma pada daun Vallesneria sp.10x10 (Dokumentasi kelompok 7B, 2017)

KEGIATAN 2. Mengidentifikasi pigmen terlarut vakuola sel daun Rhoeo discolor Tabel3 . Hasil identifikasi pigmen terlarut vakuola sel daun Rhoeo discolor

Ukuran vakuola 1. 51 strip x 3,7 = 188,7 µm 2. 43 strip x 3,7 = 159,1 µm 3. 37 strip x 3,7 = 136,9 µm Rerata = 43,6 (strip) Ukuran vakuola =

,

= 161,56 µm

Ukuran sel 1. 56 strip x 3,7 = 207,2 µm 2. 50 strip x 3,7 = 185 µm 3. 46 strip x 3,7 = 170,2 µm Rerata = 50,6(strip) Ukuran sel =

,

= 187,46 µm

Rasio vakuola/sel

Rasio

Perubahan pada KOH Sebelum Sesudah (Sel epidermis (Sel epidermis berwarna ungu) berwarna lebih gelap/ biru kehitaman)

Perubahan pada HCl Sebelum Sesudah (Sel epidermis (Sel epidermis berwarna ungu) berwarna lebih terang/ kemerahan)

vakuola terhadap sel = �

=

, ,

= 0,86









Gambar 2. Preparat sebelum ditetesi KOH (Dokumentasi kelompok 7B, 2017)

Gambar 3. Preparat setelah ditetesi KOH (Dokumentasi kelompok 7B, 2017)

Gambar 4. Preparat sebelum ditetesi HCl (Dokumentasi kelompok 7B, 2017)

Gambar 5. Preparat setelah ditetesi HCl (Dokumentasi kelompok 7B, 2017)

KEGIATAN 3. Mengamati kristal oksalat pada daun Ficus Tabel 4. Hasil pengamatan Kristal oksalat pada daun Ficus Bentuk kristal

Ukuran kristal

Ukuran sel

Bentuk krisal Prisma 42 x 2.5 = 105 µm

100 x 2.5 = 250 µm

Bentuk Kristal

85 x 2.5 = 212.5 µm

33 x 2.5 = 82.5 µm

Rapiola

Rasio kristal/sel µm = . µm 8 .

Kristal

Gambar 6. Bentuk Kristal oksalat 10x10 (Dokumentasi kelompok 3B, 2017)

.

= . 88

KEGIATAN 4. Mengamati organel dan Kristal pada batang Peperomia Tabel 5. Karakteristik organel dan Kristal pada batang Peperomia Bentuk kristal Prisma

Ukuran Ukuran kristal sel 4 strip 55 strip 4 x 2,5 µm 55 x 2,5 =10 µm µm = 137,5 µm

Rasio Kristal/sel 10/137,5 =0,07 µm

Gambar

Gambar 7. Kristal pada Peperomia (Dokumentasi Kelompok 1B, 2017) Prisma

12 strip 12 x 2,5 µm =30 µm

65 strip 65 x 2,5 µm 162,5 µm

30/162,5 =0,18 µm

Gambar 8. Kristal pada Peperomia (Dokumentasi Kelompok 1B, 2017) Prisma

7 strip 85 strip 7 x 2,5 µm 85 x 2,5 = 17,5 µm µm =212,5 µm

17,5/212,5 =0,08 µm

Gambar 9. Kristal pada Peperomia (Dokumentasi Kelompok 1B, 2017) Rata-rata

0,11 µm

KEGIATAN 5. Mengidentifikasi kromoplas pada korteks umbi wortel (Daucus carota) Tabel 4. Hasil identifikasi kromoplas pada korteks umbi wortel Bentuk kromoplas

Ukuran kromoplas

Ukuran sel

1. 7 x 3,7 = 25,9 strip 1. 27 x 3,7 = 99,9 strip 2. 7 x 3,7 = 25,9 strip 2. 30 x 3,7 = 111 strip 3. 8 x 3,7 = 29,6 strip 3. 40 x 3,7 = 148 strip Gambar 9. Kromoplas umbi wortel (Dokumentasi Kelompok 7B, 2017)

Rerata = 9,04

Panjang = 9,04

strip

Rerata = 119,63 strip

µm Panjang = 119,63 µm

Gambar 9. Kromoplas umbi wortel (Dokumentasi Kelompok 7B, 2017)

Gambar 10. Kromoplas umbi wortel (Dokumentasi Kelompok 7B, 2017)

Rasio kromoplas / sel Rasio kromoplas terhadap sel ,

,

= 0,075

KEGIATAN 6. Mengidentifikasi amiloplas pada pisang Tabel 5. Hasil identifikasi amiloplas pada kerokan pisang Bentuk butir pati Bulat Lonjong Bulat

Perubahan Warna Sebelum Sesudah Tidak berwarna (bening) Ungu Tidak berwarna (bening) Ungu Tidak berwarna (bening) Ungu

Amiloplas sebelum ditetesi iodium

Keterangan Mengandung pati Mengandung pati Mengandung pati

Amiloplas setelah ditetesi iodium

Gambar 11. Amiloplas pada pisang sebelum ditetesi dengan iodium (Dokumentasi Kelompok 7B, 2017)

Gambar 12. Amiloplas pada pisang setelah ditetesi dengan iodium (Dokumentasi Kelompok 7B, 2017)

H. Pembahasan Protoplas merupakan bagian sel yang ada di sebelah dalam dinding sel. Protoplas tersusun oleh bahan hidup dalam bentuk sederhana yang disebut protoplasma. Komponen protoplasma terdiri dari, sitoplasma, inti, plastida, dan mitokondria. Berdasarkan pengamatan pada sayatan paradermal daun Vallesneria sp. dengan perbesaran 40x10 terlihat beberapa organel sel tumbuhan. Diantaranya adalah dinding sel yang terlihat jelas, selain itu juga terdapat plastid yang berupa kloroplas dan nucleus serta sitoplasma.Sel pada daun pada Vallesneria sp. merupakan sel tumbuhan yang hidup karena mempunyai bagian-bagian sel di atas. Selain itu juga didukung oleh adanya gerakan aliran sitoplasma yang searah. Pergerakan ini menandakan adanya sifat-sifat hidup. Berdasarkan hasil pengamatan kami terhadap sel – sel pada daun Vallesneria sp., terlihat aliran – aliran plasma yang menggerakan plastida berupa kloroplas secara mengelilingi badan sel. Hal ini terjadi karena vakuola pada daun Vallesneria sp. berukuran besar yang hampir memenuhi seisi sel, sehingga tampak tidak ada plastida

pada bagian tengah sel. Plastida yang teramati adalah kloroplas, yang ditandai dengan warna hijaunya. Kloroplas yang bergerak terlihat berdempetan dengan dinding sel dan mengelilingi vakuola secara satu arah. Gerakan ini disebut sebagai gerakan rotasi. Gerakan kloroplas secara rotasi merupakan gerakan yang berarah melingkar secara tetap. Gerakan rotasi yang kami amati adalah searah dengan jarum jam, yaitu memutar ke arah kanan. Akan tetapi, gerak rotasi yang teramati tidak terlalu aktif sehingga gerak terjadi secara lambat. Hal ini terjadi dikarenakan specimen yang kami gunakan sudah tidak segar, sehingga sel – selnya sebagian sudah mati. Dari kegiatan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data kuantitatif maupun kualitatif mengenai vakuola sel daun Rhoeo discolor. Data kuantitatif berupa rasio antara vakuola terhadap sel epidermis, sementara data kualitatif berupa perubahan warna pigmen dalam vakuola pada sel epidermis dengan pH yang berbeda. Pada penentuan rasio vakuola sel epidermis Rhoeo discolor, hal yang diukur ialah panjang sel epidermis serta panjang vakuola. Pengukuran dilakukan pada perbesaran maksimum 400X, dimana pada perbesaran tersebut dapat ditemukan batas yang jelas antara vakuola dengan dinding sel epidermis. Terdapat tiga sel yang diamati, dimana panjang selnya rata – rata 187,46 µm sementara panjang vakuolanya rata – rata 161,56 µm. Untuk mengetahui rasio vakuola terhadap sel, ukuran vakuola dibagi dengan ukuran sel sehingga didapatkan rasio sebesar 0,86. Hal tersebut menunjukkan ukuran vakuola yang sangat mendominasi sel (sekitar 80%) sehingga mendesak sitoplasma, membuat sel didominasi oleh warna ungu. Warna ungu pada bagian epidermis bawah dari daun Rhoeo discolor disebabkan adanya kandungan pigmen warna pada vakuola. Pada organel tersebut, terdapat cairan yang mengandung antosianin serta flavon.Antosianinlah yang menyebabkan warna ungu, merah jambu, dan biru pada bunga serta buah (Hidayat, 1995).

Zat antosianin tertunya tak dapat terlihat secara detail pada vakuola,

mengingat ukurannya yang sangat kecil. Akan tetapi, zat tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan perubahan warnanya pada pH yang berbeda – beda. Oleh karena itu, pada sel epidermis yang diamati diberi perlakuan pH yang berbeda dengan penambahan larutan asam dan basa. Pada penambahan larutan basa yaitu larutan KOH (pH tinggi), teramati perubahan warna dari sel yang awalnya berwarna ungu, perlahan – lahan semakin

menggelap dan berwarna biru kehitaman.Sementara itu, pada penambahan larutan asam klorida (pH rendah), sel berubah menjadi kemerahan dan lebih terang.Perubahan warna tersebut berkaitan dengan pH yang asam dan basa menyebabkan antosianin tidak stabil dan menunjukkan warna yang berbeda.Oleh karena itu, zat tersebut dapat digunakan sebagai indikator asam dan basa. Organel dan zat ergastik (Kristal) di dalam sel memiliki ukuran tertentu.Pada pengamatan Kristal oksalat pada daun Ficus menghasilkan dua bentuk Kristal yaitu bentuk prisma dan bentuk rapiola.Ukuran relative organelnya dengan selnya dapat ditentukan dengan menghitung rasioanya. Untuk mengetahui rasio suatu organel atau Kristal di dalam sel, dapat dilakukan menggunakan rumus berikut :

����� =

Ukuran organel atau kristal Ukuran sel

Pada sel yang memiliki bentuk Kristal prisma memiliki ukuran Kristal sebesar 105 µm dan ukuran sel 250 µm maka rasio Kristal/sel sebesar 0.42, sedangkan pada bentuk Kristal rapiola ukuran kristalnya ...


Similar Free PDFs