SEJARAH DAN TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM PDF

Title SEJARAH DAN TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM
Author Abdul Azis.R
Pages 18
File Size 246.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 71
Total Views 196

Summary

SEJARAH DAN TOKOH- Tokoh FILSAFAT ISLAM Mata Kuliah : Filsafat Umum Disusun Oleh : Kelompok Abdul Azis R. Huzain Al-Khaf Bahiya Al-Idrus Indri Yulistia FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM/ESY-1 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU TAHUN AKADEMIK 2016- 2017 KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur ...


Description

SEJARAH DAN TOKOH- Tokoh FILSAFAT ISLAM Mata Kuliah : Filsafat Umum

Disusun Oleh : Kelompok Abdul Azis R. Huzain Al-Khaf Bahiya Al-Idrus Indri Yulistia

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM/ESY-1 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU TAHUN AKADEMIK 2016- 2017

KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang. Ucapan terima kasih kepada Bapak selaku dosen pengampu pada mata kuliah Filsafat Umum ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan sehingga makalah yang berjudul “Sejarah dan Tokoh-tokoh Filsafat Islam” ini selesai tepat waktu. Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal „Alamin. 27 September 2016 Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...................................................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Filsafat Islam…………..………………………………………….3 B. Sejarah Filsafat Islam……………………..…………………………………..5 C. Tokoh- tokoh Filsafat Islam……………......………………………………...10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………….….13 B. Saran…………………………………………………………………………14 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kependidikan islam kita dianjurkan untuk mempelajari tentang filsafat. Dengan filsafat tersebut terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu filsafat dan sejarah awal dari filsafat. Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekiannya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dbahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya. Perkembangan pemikiran filsafat sepanjang sejarah memperlihatkan sesuatu kesinambungan tertentu. Karena itu mustahil mempelajari filsafat dewasa ini tanpa mengetahui perkembangan filsafat sebelumnya. Sebab, maklumlah filsafat abad kita meneruskan problematika filosofis yang diwarisi dari zaman terdahulu. Memang tidak mudah untuk menemukan jalan dalam mengemukakan suatu filsafat secara singkat dan tepat untuk mencapai tujuan yang pertama, yakni menguraikan filsafat di abad 20 dengan mempelajari aliran-aliran para filosof dalam salah satu aliran tertentu.

Suatu penguraian filsafat islam dalam bentuk lain yakni mempelajari pemikiran filosofis menurut berbagai tema yang dibicarakan di dalamnya. Seperti mengkaji pemikiran sofis itu dengan memakai pedoman pembagian atas cabang-cabang filsafat ; metafisika, logika, metodologi, epistemology, antropologi, estetika, dan etika. Melalui sistem ini kita akan menyodorkan deskripsi yang bercorak sistematis. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian Filsafat Islam? 2. Bagaimanakah Sejarah Filsafat Islam? 3. Siapa Sajakah Tokoh- tokoh Filsafat Islam?

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam Sebelum lebih lanjut membicarakan filsafat Islam, terlebih dulu perlu ditegaskan apa yang dimaksud dengan filsafat Islam di sini. Filsafat Islam dimaksudkan adalah filsafat dalam perspektif pemikiran orang Islam. Seperti juga pendidikan Islam adalah dimaksudkan pendidikan dalam perspektif orang

Islam. Karena

berdasarkan perspektif

pemikiran orang,

maka

kemungkinan keliru dan bertentangan satu sama lain adalah hal yang wajar. Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philo dan sophia. Philo berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Sedang menurut istilah, filsafat diartikan sebagai upaya manusia untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik mengenai Tuhan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut. Harun Nasution menggunakan istilah filsafat dengan “falsafat” atau “falsafah”.

Karena

menurutnya,

filsafat

berasal

dari

kata

Yunani, Philein dan Sophos. Kemudian orang Arab menyesuaikan dengan bahasa mereka falsafah atau falsafat dari akar kata falsafa-yufalsifu-falsafatan wa filsafan dengan akar kata (wazan) fa’lala.1 Musa Asy‟ari menjelaskan, bahwa hakikat filsafat Islam adalah filsafat yang

bercorak

Islami,

yang

dalam

bahasa

Inggris

dibahasakan

menjadi Islamic Philosophy, bukan the Philosophy of Islam yang berarti 1

Majid fakhry, Sejarah Filsafat Islam, Pustaka Jaya, 1996, hlm 162

berpikir tentang Islam. Dengan demikian, Filsafat Islam adalah berpikir bebas, radikal (radix) yang berada pada taraf makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang dapat memberikan keselamatan dan kedamaian hati. Dengan demikian, Filsafat Islam tidak netral, melainkan memiliki keberpihakan (komitmen) kepada keselamatan dan kedamaian. Menurut Al-Farabi dalam kitabnya Tahshil as-Sa’adah,

filsafat

berasal dari Keldania (Babilonia), kemudian pindah ke Mesir, lalu pindah ke Yunani, Suryani dan akhirnya sampai ke Arab. Filsafat pindah ke negeri Arab setelah datangnya Islam. Karena itu filsafat yang pindah ke negeri Arab ini dinamakan filsafat Islam. Walaupun di kalangan para sejarawan banyak yang berbeda pendapat dalam penamaan filsafat yang pindah ke Arab tersebut. Namun kebanyakan di antara mereka menyimpulkan, bahwa filsafat yang pindah tersebut adalah filsafat Islam. Dalam perspektif Islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa pemikiran yang rasional. Sebagaimana kata Al-Kindi (801-873M), bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat hal-ihwal dalam batas-batas kemungkinan manusia. Ibn Sina (980-1037M) juga mengatakan, bahwa filsafat adalah menyempurnakan jiwa manusia melalui konseptualisasi hal ihwal dan penimbangan kebenaran teoretis dan praktis dalam batas-batas kemampuan manusia. Karena dalam ajaran Islam di antara nama-nama Allah juga terdapat kebenaran, maka tidak terelakkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara filsafat dan agama. Pada zaman dulu di kalangan umat Islam, filsafat Islam merupakan kisah perkembangan dan kemajuan ruh. Begitu pula mengenai ilmu pengetahuan Islam, sebab menurut al-Qur‟an seluruh fenomena alam ini merupakan petunjuk Allah, sebagaimana diakui oleh Rosental, bahwa tujuan filsafat Islam adalah untuk membuktikan kebenaran wahyu sebagai hukum

Allah dan ketidakmampuan akal untuk memahami Allah sepenuhnya, juga untuk menegaskan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal. Filsafat Islam jika dibandingkan dengan filsafat umum lainnya, telah mempunyai ciri tersendiri sekalipun objeknya sama. Hal ini karena filsafat Islam itu tunduk dan terikat oleh norma-norma Islam. Filsafat Islam berpedoman pada ajaran Islam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah merupakan hasil pemikiran manusia secara radikal, sistematis dan universal tentang hakikat Tuhan, alam semesta dan manusia berdasarkan ajaran Islam.

B. Sejarah Filsafat Islam 1. Lahirnya Filsafat Islam Setelah Kaisar Yustianus menutup akademi Neoplatonisme di Athena, beberapa guru besar hijrah ke Krespion tahun 527, yang kemudian disambut oleh Kaisar Khusraw tahun 529. Setelah itu di tempat yang baru mengadakan kegiatan mengajar filsafat, mereka dalam waktu 20 tahun disamping mengajarkan filsafat, juga mempengaruhi lahirnya lembaga-lembaga yang mengajarkan filsafat di Alexandria, Anthipia, Beirut. Sifat Khas orang-orang Arab saat itu yang hidup mengembara (khalifah) bergeser pada proses Urbanisasi, kemudian di ikuti pudarnya dasar kehidupan asli yang terpendam dalam jiwa Arab. Dahulu orang Arab mengutamakan kejantanan dalam menghidapi hidup yang serba keras, karena terpengaruh keadaan geografis (luasnya padang pasir). Setelah proses urbanisasi, mereka terikat oleh birokrasi dan mengalami krisis identitas dalam bidang social dan agama (dari pola mengembara ke pola ketertiban).

Setelah mendapatkan kemapanan, mereka mengalami proses akulturasi penguasaan ilmu. Maka mulailah mengadakan kontak intelektual yang pada saat itu tersedia warisan pemikiran Yunani. Proses akulturasi tersebut terjadi lewat dua jalur , Via Diffusa (kontrak pergaulan sehari-hari) dan Via Bruditorum (kehendak mencari karya-karya Yunani). Proses akulturasi ini mencapai puncaknya dengan didirikannya lembaga-lembaga pengajaran, penterjemahan, dan perpustakaan. Misalnya, tahun 1833 Khalifah Al-Ma‟mun (Bagdad) mendirikan Bait Al-Hikmah, tahun 972 Khalifah Hakam (Qahirah) mendirikan Jami‟at al-Azhar. Pusatpusat ilmu pengetahuan tersebut didirikan di Kuffah, Fustat, Basrah, Samarrah, dan Nishapur. Kenyataan inilah yang membuktikan bahwa Filsafat Yunani berperan sebagai alat integrasi social baru.

2. Faktor Munculnya Filsafat Islam

a. Faktor dorongan ajaran Islam Untuk membuktikan adanya Allah, Islam menghendaki agar umatnya memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Dan penciptaan tersebut tentu ada yang menciptakannya. Pemikiran yang demikian itu kemudian menimbulkan penyelidikan dengan pemikiran filsafat Para ahli mengakui bahwa bangsa Arab pada abad 8-12 tampil ke depan (maju) karena dua hal: pertama, karena pengaruh sinar al-Qur‟an yang memberi semangat terhadap kegiatan keilmuan,kedua, karena pergumulannya dengan bangsa asing (Yunani), sehingga ilmu pengetahuan atau filsafat mereka dapat diserap, serta terjadinya akulturasi budaya antar mereka.

Agama Islam selalu menyeru dan mendorong umatnya untuk senantiasa mencari dan menggali ilmu. Oleh karena itu ilmuwan pun mendapatkan perlakuan yang lebih dari Islam, yang berupa kehormatan dan kemuliaan. al-Qur‟an dan as-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mengembangkan ilmu serta menempatkan mereka pada posisi yang luhur Beberapa

ayat

petama

yang

diwahyukan

Muhammad

s.a.w.

menandakan pentingnya membaca, menulis dan belajar-mengajar. Allah menyeru:

                        

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Sebagian ahli tafsir berpendapat, Al-Razi misalnya, bahwa yang dimaksud dengan “iqra” dalam ayat pertama itu berarti “belajar” dan “iqra” yan kedua berarti “mengajar”. Atau yang pertama berarti “bacalah dalam shalatmu” dan yang kedua berarti “bacalah di luar shalatmu”

Zamakhsyari berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan “qalam” adalah “tulisan”. Karena tanpa tulisan semua ilmu tidak dapat dikodifikasikan, seandainya tidak ada tulisan maka tidaklah tegak persoalan agama dan dunia . Dan tentang penciptaan alam, al-Qur‟an menjelaskan bahwa Malaikat pun diperintahkan untuk sujud kepada Adam setelah Adam diajarkan namanama dalam QS. Al-Baqarah: 31-32

                              31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama bendabenda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana"

b.

Faktor Perpecahan di Kalangan Umat Islam (intern) Setelah khalifah Islam yang ketiga, Usman bin Affan terbunuh, terjadi

perpecahan dan pertentangan di kalangan umat Islam. Perpecahan dan pertentagan tersebut pada mulanya adalah karena persoalan politik. Tetapi kemudian merembet ke bidang agama dan bidang-bidang lain. Untuk membela dan mempertahankan pendapat-pendapat mereka serta untuk menyerang pendapat lawan-lawannya, mereka berusaha menggunakan logika dan khazanah ilmu pengetahuan di masa lalu, terutama logika Yunani dan

Persi, sampai akhirnya mereka dapat berkenalan dan mendalami pemikiranpemikiran yang berasal dari kedua negeri tersebut. Kemudian mereka membentuk filsafat sendiri, yang dikenal dengan nama filsafat Islam. c. Faktor Dakwah Islam Islam menghendaki agar umatnya menyampaikan ajaran Islam kepada sesama manusia. Agar orang-orang yang diajak masuk Islam itu dapat menerima Islam secara rasional, maka Islam harus disampaikan kepada mereka dengan dalil-dalil yang rasional pula. Untuk keperluan itu diperlukan filsafat. d. Faktor Menghadapi Tantangan Zaman (ekstern) Zaman selalu berkembang, dan Islam adalah agama yang sesuai dengan segala perkembangan. Tetapi hal itu bergantung kepada pemahaman umatnya. Karena itu setiap zaman berkembang, menghendaki pula perkembangan pemikiran umat Islam terhadap agamanya. Pengembangan pemikiran tersebut berlangsung di dalam filsafat. e. Faktor Pengaruh Kebudayaan Lain Setelah daerah kekuasaan meluas ke berbagai wilayah, umat Islam berjumpa dengan bermacam-macam kebudayaan. Mereka menjadi tertarik, lalu mempelajarinya dan akhirnya terjadi sentuhan budaya diantara mereka. Hal ini banyak sekali ditemukan dalam beberapa teori filsafat Islam, misalnya “teori emanasi” dari Al-Farabi. 3. Pembagian Aliran Pemikiran Filsafat Islam a. Periode Mu‟tazilah. Periode ini berlangsung mulai abad ke-8 sampai abad ke 12, yang merupakan sebuh teologi rasional yang berkembang di

Bagdad dan Basrah. Golongan ini memisahkan diri dari Jumhur Ulama yang dikatakan menyeleweng dari ajaran Islam. b. Periode Filsafat pertama. Periode ini berlangsung mulai dari abad ke-8 sampai abad ke-11, memakai system pemikiran yang dipakai para ahli pikir Islam yang bersandar pada pemikiran Hellenisme, seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina. c. Periode kalam Asy‟ari. Periode ini berlangsung mulai abad ke-9 sampai abad ke-11, pusatnya di Bagdad. Aliran pemikiran ini mengacu pada system Elia (Atomistis). Sistem ini mempunyai dominasi besar, sejajar dengan Sunnisme dan Ahli SUnnah Wal-Jamaah. d. Periode Filsafat kedua. Periode ini berlangsung mulai abad ke-11 sampai abad ke-12, yang berkembang di Spanyol dan Maagrib. Aliran ini mengacu pada system peripateris. Tokohnya Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan bnu Rusyd.2

C. Tokoh- Tokoh Filsafat Islam 1. Al Ghazali : Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad Al Ghazali, lahir di Thus, Persi, 1059. karya-karyanya diantaranya adalah Maqasid al Falasifa (Maksud Filsafat) dan Tahasut Al Falasifa (kerancuan filsafat) karya ini menyerang secara sarkasme terhadap filosof. Latar belakangnya adalah kecenderungan para filsafat menjadi pemikir bebas yang cenderung menolak paham Islam dan mengabaikan dasar ritual ibadat yang menurut mereka tidak pantas bagi pencapaian intelektual. Tahun 1095 Al Ghazali mengalami krisis pribadi, kemudian keluar dari jabatan guru besar sebagian menyebut beliau adalah Rektor Universitas dan meninggalkan Baghdad, kemudian menjalani hidup Sufi dan merantau ke Damaskus, Kairo, Mekah dan Madinah. Setelah berhasil 2

Asmoro Ahcmadi, Filsafat Umum, Jakarta, 2013, hlm100

mengatasi krisis, mulai menulis karya Sufistik -Ihya Ulum Al Din (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), ini adalah kitab moral terbesar dan karya Master Piece-nya. Al Ghazali walaupun Sufi dari literatur tidak tercatat bahwa beliau merupakan anggota salah satu tarekat. Ada tharekat Al Ghazaliyah.. didirikan oleh pengikutnya bukan didirikan oleh Al Ghazali sendiri secara langsung. Al Ghazali dianggap para sarjana latin seperti AL Farabi dan Ibnu Sina sebagai filosof peri-patetik dan Neo Platonis. 2.

Al Farabi Al Farabi adalah filosof terbesar muslim Neo Platonis pertama yang

besar dan dijuluki guru kedua (al Muallim Al Tsani) wafat. 950 M. Guru pertamanya adalah Aristoteles (Al Muallim Al Awwal). Menurut Ibna Sina, bahwa Al Farabilah yang membantu Ibnu Sina memahami ajaran metafisika Aristoteles. Al Farabi lahir di Desa Wasij wilayah Farab - Persia, tahun 870M. Al Farabi juga disebut-sebut sebagai musikus handal. Kitab musik karyanya Buku Besar Tentang Musik (Kitab Al Musiq Kabir). 3.

Ibn Sina Ibn Sina (980-1037), Ibn Sina adalah filosof dan ahli kedokteran.

Sepeti filosof lain pada jamannya ia percaya bahwa manusia punya tubuh dan jiwa. Ibn Sina membagi tiga bagian jiwa manusia : Jiwa alami (nabati), jiwa hewani (hayawani) dan jiwa rasional, Tiap bagiannya mempunyai tujuannya (entelechy) masing-masing dan mengatur daya-daya yang melakukan khusus. Buku-buku karangan Ibn Sina kebanyakan tentang ilmu kedokteran diantaranya yang populer : Al Qanun fi al Tibb (buku kedokteran ditulis 14 jilid, ditulis saat usia 16 tahun).3

3

Asmoro Ahcmadi, Filsafat Umum, Jakarta, 2013, hlm104

4. Al-Kindi

Hidup pada tahun 796-873 M pada masa khalifah al-Makmun dan al-Mu‟tashim. Al-Kindi menganut aliran Mu‟tazilah dan kemudian belajar filsafat. Menurut Al-Kindi filsafat yang paling tinggi adalah filsafat tentang Tuhan. Kata Al-Kindi : Filsafat yang termulia dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu ilmu tentang Yang Benar Pertama, yang menjadi sebab dari segala yang benar. Masih menurut Al-Kindi kebenaran ialah bersesuaian apa yang ada dalam akal dan yang ada diluar akal. Di dalam alam terdapat benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca indra. Bendabeanda ini merupakan juz’iyat. Yang terpenting bagi filsafat bukan juz‟iyat yang tak terhingga banyaknya, tetapi yang terpenting adalah hakekat yang terdapat dalam juz‟iyat, yaitu kauliyat. Kemudian filsafatnya yang lain yaitu tentang jiwa d an roh.4 5. Ibnu Miskawaih (W. 1030 M).

Beliau lebih dikenal dengan filsafat akhlaknya yang tetuang dalam bukunya, Tahzib al-Akhlak. Menurutnya, akhlak adalah sikap mental atau jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan tanpa pemikiran yang dibawa sejak lahir. Kemudian ia berpendapat bahwa jiwa tidak berbentuk jasmani dan mempunyai bentuk tersendiri. Jiwa memiliki tiga daya yang pembagiannya sama dengan pembagian al-Kindi. Kesempurnaan yang dicari oleh manusia ialah kebajikan dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tidak tunduk pada hawa nafsu serta keberanian dan keadilan.

4

Asmoro Ahcmadi, Filsafat Umum, Jakarta, 2013, hlm104

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Filsafat Islam adalah hasil pemikiran manusia secara radikal, sistematis dan universal tentang hakikat Tuhan, alam semesta dan manusia berdasarkan ajaran Islam. Faktor yang melatarbelakangi munculnya filsafat Islam adalah: 

Faktor dorongan ajaran Islam



Faktor Perpecahan di Kalangan Umat Islam (intern)


Similar Free PDFs