Sekilas CDA Norman Fairclough PDF

Title Sekilas CDA Norman Fairclough
Author Titi Fitrianita
Pages 5
File Size 152 KB
File Type PDF
Total Downloads 216
Total Views 291

Summary

DRAFT MATERI DISKUSI- TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN ANALISIS WACANA KRITIS (CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS-CDA) NORMAN FAIRCLOUGH Titi Fitrianita Analisis wacana (kritis) dalam seperempat abad terakhir menjadi semakin penting dalam penelitian sosial dan telah banyak mewarnai pembahasan berbagai macam feno...


Description

DRAFT MATERI DISKUSI- TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

ANALISIS WACANA KRITIS (CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS-CDA) NORMAN FAIRCLOUGH Titi Fitrianita

Analisis wacana (kritis) dalam seperempat abad terakhir menjadi semakin penting dalam penelitian sosial dan telah banyak mewarnai pembahasan berbagai macam fenomena sosial. Sebagaimana nama yang melekat padanya, CDA memfokuskan dirinya untuk membahas tentang discourse atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan diskursus, yang kemudian dihubungkan dengan kekuasaan (power), ideology, dan konteks sosial dimana diskursus itu berada. Secara umum ada dua macam prinsip di dalam CDA. Pertama, semua pendekatan CDA selalu berorientasi pada pemecahan masalah. Untuk melakukan pemecahan masalah ini CDA membutuhkan pendekatan multidisplin. Kedua, CDA selalu dimaksudkan untuk melalukan demistifikasi ideologi dan kekuasaan. Ada berbagai macam pendekatan (approach) dalam CDA. Teun van Dijk misalnya mengembangkan CDA yang dikenal dengan sebutan pendekatan sosiokognitif (sociocognitive approach). Ruth Wodak dan Martin Reisigi mengembangkan CDA yang dikenal dengan pendekatan historis diskursus (discourse-historis approach). Norman Fairclough mengembangkan CDA yang disebut dengan dialectical-relational approach. Dan beberapa teoritisi lain seperti Theo van Leeuwen, Siegfried Jager, dan Florentine Maier. Pendekatan CDA Fairclough terdiri dari seperangkat premis filosofis, teori, dan metodologi. Fairclough juga mengembangkan metode analisis yang menjadi pelengkap bagi pendekatannya. Bagi Jorgensen dan Philip (2002) pendekatan Fairclough ini dianggap sebagai teori dan metode dalam CDA yang paling maju (sempurna) dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Diskursus, Kekuasaan, dan Ideologi Sebelum lebih jauh membahas tentang CDA, perlu adanya pemahaman apa itu diskursus dan mengapa terkait dengan kekuasaan dan ideologi. Diskursus dalam CDA sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari bahasa (language as discourse). Fairclough (2003) mengaplikasikan diskursus dalam tiga cara yang berbeda. Pertama, bahasa adalah bagian dari komunitas sosial, yaitu bahasa yang digunakan di dalam ranah tertentu, misalnya, diskursus politik atau diskursus ilmiah. Kedua, bahasa adalah praktek sosial. Titik tekan utama dalam CDA Fairclough adalah bahwa diskursus bukan hanya menyusun namun juga disusun struktur sosial dan relasi kekuasaan yang banyak orang seringkali tidak menyadarinya Ketiga, diskursus digunakan sebagai kata benda yang merujuk pada cara berbicara yang memberikan makna pada sebuah pengalaman dari perspektif tertentu. Misalnya, diskursus feminis, diskursus lingkungan, dll. Diskursus tidak pernah bisa dilepaskan dari struktur sosial. Diskursus dalam CDA Fairclough tidak hanya dibentuk oleh namun juga

Diskusi Bulanan Rumah Baca Pintar Kota Malang, April 2013

DRAFT MATERI DISKUSI- TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

membentuk struktur sosial. Sifat hubungan diskursus dan struktur sosial adalah dialektikal. Describing discourse as social practice implies a dialectical relationship between particular discursive event and the situation(s), institution(s)m dan social structure(s). (Wodak and Meyer, 2003).

Penggunaan diskursus dalam pembentukan struktur sosial ternyata berkontribusi pada pembentukan ketidakseimbangan relasi kekuasaan antara grup sosial, seperti antara kelas sosial, gender (laki-laki dan perempuan), etnis antara mayoritas dan minoritas, dll. Ketidakseimbangan relasi kekuasaan ini dipahami sebagai efek ideologis. Ideologi di dalam CDA bukan berarti seperangkat pemikiran “serius” seperti imperialisme, liberalisme, sosialisme, dll. Namun, ideologi diartikan sebagai praktek yang beroperasi dalam proses produksi makna keseharian (everyday life) yang diterima begitu saja (taken for granted) yang menyumbang ketidakadilan namun tidak disadari. Tujuan CDA adalah melakukan investigasi secara kritis terhadap ketidakadilan (yang ada di dalam diskursus) dan berupaya melakukan perubahan sosial agar kekuasaan yang tidak merata atau tidak seimbang dapat berubah menjadi relasi yang lebih seimbang. Oleh karena ittu, CDA atau peneliti selalu/diharuskan berpihak kepada pihak yang “lemah”. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough Bagi Fairclough (2008) diskursus mempunyai tiga fungsi. Pertama, melakukan konstruksi identitas sosial, yang berarti diskursus mempunyai fungsi identitas. Kedua, melakukan konstruksi relasi sosial, atau yang disebut dengan fungsi relasional. Ketiga, diskursus berperan dalam melakukan konstruksi sistem pengetahuan dan makna, atau disebut juga memiliki fungsi ideasional. Bahasa yang menjadi fokus di dalam CDA terdapat di dalam percakapan (talk) dan tulis (writing). Fairclough (2003) menyebutnya sebagai “teks tulis” dan “teks lisan”. Teks tulis dapat kita jumpai sebagaimana teks tertulis yang biasa kita temui. Sedangkan teks lisan bagi Fairclough diartikan sebagai sebuah rekaman tertulis (transcription) dari apa yang dikatakan. Sasaran pembahasan CDA Fairclough adalah teks sebagaimana teks tertulis baik itu berasal dari “teks lisan” maupun “teks tulis”. Namun sebagaimana yang dijelaskan oleh Fairclough sendiri titik tekan dalam analisisnya bukanlah teks itu saja namun yang terpenting adalah diskursus sebagai bentuk proses dari kemunculan sebuah teks dan bagaimana diskursus tersebut terjalin dalam rangkaian diskursus lainnya. Ada dua dimensi yang menjadi titik fokus yang penting di dalam CDA. Pertama, the communicative event, contohnya penggunaan bahasa seperti yang digunakan oleh artikel koran, film, video, atau wawancara. Kedua, the order of discourse (tatanan sebuah diskursus), yaitu bentuk dari semua tipe diskursus, terdiri dari genre dan diskursus, yang digunakan di dalam institusi sosial. Genre merupakan penggunaan bahasa tertentu yang menyusun bagian dari praktek sosial tertentu, misalnya genre wawancara, genre berita, atau genre iklan (Fairclough dalam Jørgensen dan Phillips, 2002). Contoh tatanan diskursus dapat kita lihat dalam sebuah diskursus rumah sakit. Di dalam tatanan diskursus rumah sakit ini terdapat praktek diskursus yang pasti terjadi antara dokter dan pasien yang biasanya Diskusi Bulanan Rumah Baca Pintar Kota Malang, April 2013

DRAFT MATERI DISKUSI- TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

melibatkan konsultasi, bahasa yang digunakan oleh staff rumah sakit baik yang tertulis maupun lisan, dan bahasa promosi yang dilakukan oleh staf promosi baik yang tertulis maupun yang lisan. Setiap penggunaan bahasa di dalam communicative event selalu terdiri dari tiga dimensi, yaitu teks, praktek diskursus, dan praktek sosial. Hal ini akan dijelaskan dalam sub bab di bawah ini. Tiga Analisis Fairclough Fairclough mengembangkan konsep analisis CDA dalam tiga bentuk yang disebut dengan three-dimensional model. Setiap communicative event (bahasa yang misalnya digunakan oleh koran, film, pidato, dll.) selalu terdiri dari 3 dimensi yaitu, pertama, teks (percakapan, tulisan, gambar, atau kombinasi dari ketiganya). Kedua, praktek diskursus terdiri dari konsumsi (interpretasi) dan produksi teks. Ketiga, praktek sosial. Praktek sosial Praktek Diskursus Produksi teks

Teks

Konsumsi Teks

Gambar 1. Three Dimensional Model Fairclough Gambar di atas adalah gambar analisis CDA yang dikembangkan oleh Fairclough. Analisis teks memfokuskan bahasan pada fitur formal dalam teks (secara linguistik) seperti sintaks, diksi, grammar, dll. Analisis praktek diskursif memfokuskan bahasan pada produksi, yaitu, bagaimana proses pembuatan teks. Juga memfokuskan pada bahasan konsumsi teks, yaitu, bagaimana penerima teks (receiver) melakukan konsumsi dan interpretasi teks. Sedangkan analisis pada praktek sosial memfokuskan bahasan pada bagaimana diskusrsus/praktek diskursus membentuk atau dibentuk oleh kondisi sosiokultural. Untuk memudahkan bagaimana analisis yang dikembangkan oleh Fairclough ini bekerja berikut ini akan dicontohkan analisis Fairclough pada dua iklan perguruan tinggi yang berbeda.

Diskusi Bulanan Rumah Baca Pintar Kota Malang, April 2013

DRAFT MATERI DISKUSI- TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

University of Newcastle upon Tyne Department of English Literature

LECTURER Applications are invited for a Lectureship in the Department of English Literature from candidates who have expertise in any Post-Medieval field. The post is available to be filled from 1st October, 1992, or as soon as possible thereafter. Salary will be at an appropriate point on the Lecturer Grade A scale: £ 12,860 – £ 17, 827 p.a. according to qualifications and experience. Further particulars may be obtained from the Director of Personnel, Registrar’s Office, University of Newcastle upon Tyne, 6 Kensington Terrace, Newcastle upon Tyne NE1 7RU, with whom applications (3 copies), together with the names and addresses of three referees, should be lodged not later than 29th May, 1992. Please quote ref: 0726/THES. (18704) B9905

Fairclough berusaha untuk melakukan investigasi bagaimana sebuah iklan melakukan konstruksi atas representasi pembaca dan intitusi yang menjadi objek yang diiklankan. Kalimat “teaching excellence and research innovations; expertise; research initiatives” merupakan personifikasi dari identitas tertentu yang sedang dipromosikan. Sedangkan kalimat “with your ambition, energy, and expertice, you will be committed to teaching” merupakan bentuk dari konstruksi identitas personal dari pelamar. Penggunaan kata “we” dan “you” merupakan sebuah personifikasi adanya relasi yang sejajar antara pihak universitas dengan (calon) pelamar. Berkebalikan dengan iklan Sheffield, iklan Newcastle lebih bersifat impersonal, konservatif, dan menjaga jarak dengan pembacanya. Hal ini bisa terlihat dari struktur iklan: judul (nama) institusi, judul dari posisi yang ditawarkan, informasi tentang posisi yang diiklankan, gaji, dan prosedur pendaftaran. Iklan Sheffield menunjukkan adanya subordinasi yang dilakukan oleh institusi terhadap pelamar seperti yang ditunjukkan di dalam kalimat “the post is available” dan “salary will be”. Iklan ini juga tidak menunjukkan adanya pembentukan identitas pada pembaca, sehingga tidak terlihat usaha untuk menciptakan identitas professional yang spesifik bagi pelamar. Penggunaan kata dalam iklan Sheffield juga terkesan formal dan kuno. Penggunaan kata pasif seperti di dalam kalimat ”applications are invited for a lectureship” menunjukkan bahwa kalimat ini tidak ada agen di dalamnya, dan membuat jarak antara pembuat teks dengan pembaca/(calon) pelamar. Jika ditarik pada level analisis yang lebih luas, dua iklan tersebut menggambarkan diskursus universitas tradisional dan diskursus promosi dunia bisnis. Jika iklan universitas Sheffield dihubungkan dengan praktek sosial yang terjadi di Inggris, maka iklan tersebut dapat dianalisa dan dimengerti sebagai proyek hegemoni Thatcher. Sedangkan iklan sebelumnya menggambarkan praktek sosial dari diskursus konsumen neoliberal. Dari dua iklan ini bisa diambil kesimpulan bahwa ada dua jenis diskursus, yang satu traditional sebagai warisan dari Thatcher dan diskursus neoliberal telah menyebar di Inggris.

Diskusi Bulanan Rumah Baca Pintar Kota Malang, April 2013

DRAFT MATERI DISKUSI- TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Bahan bacaan Fairclogh, Norman. 2003. Languange and Power : Relasi Bahasa, Kekuasaan, dan Ideologi. Malang : Boyan Publishing. Jørgensen, Marianne and Phillips, Louise. 2002. Discourse Analysis as Theory and Method. London : Sage Publication. Wodak, Ruth and Meyer, Michael. 2008. Critical Discourse Analysis : History, Agenda, Theory, and Methodology. …..

Diskusi Bulanan Rumah Baca Pintar Kota Malang, April 2013...


Similar Free PDFs