Sensus Kirenius: Sebuah Argumen Sejarah PDF

Title Sensus Kirenius: Sebuah Argumen Sejarah
Author D. Nggadas
Pages 8
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 190
Total Views 311

Summary

Sensus Kirenius: Sebuah Argumen Sejarah Dr. Deky H.Y. Nggadas, M.Div., M.Th. Sekolah Tinggi Teologi Rajawali Arastamar Indonesia (STT-RAI) Batam Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2Inilah pendaftaran yang pertama kali diadak...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Sensus Kirenius: Sebuah Argumen Sejarah Deky Hidnas Yan Nggadas

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Sensus Kirenius: Sebuah Argumen Sejarah Dr. Deky H.Y. Nggadas, M.Div., M.Th. Sekolah Tinggi Teologi Rajawali Arastamar Indonesia (STT-RAI) Batam

Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. 3Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. 4Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud 5supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung (Luk. 1:1-5). Problem: 1. Quirinius baru menjabat sebagai “Gubernur” pada tahun 6 M. Yesus dilahirkan pada masa pemerintahan Herodes Agung yang meninggal pada tahun 4 M. 2. Tidak ada sensus yang diadakan satu kali untuk seluruh wilayah Romawi sekaligus. Sensussensus diadakan per daerah. 3. Tidak ada sensus Romawi yang diadakan selama Herodes Agung berkuasa hingga tahun 4 SM. 4. Sensus Romawi tidak mengharuskan Yusuf untuk pergi ke Betlehem, dan Maria tidak perlu ikut sensus itu sama sekali. Konsensus: Profesor Robert H. Stein: “This statement is a crux interpretum due to the historical problems incurred in this text. These problems include the lack of an extrabiblical reference to a universal census of the whole Roman Empire and the unusual nature of Joseph’s returning to his birthplace for the census and Mary’s normally unnecessary presence at the census.”1 Profesor Daniel Schwartz (Hebrew University, Yerusalem): “It seems fair to say tthat the scholarly concensus today, shared even by many conservative Christian scholars, is that Luke is wrong.” 2 Luke Timothy Johnson: “Certainly, on the basis of exhaustive research, Luke's dates seem out of kilter: Quirinius and the census under him do not match the other dates.”3 Dr. Michael R. Licona, dalam perdebatannya dengan Bart D. Ehrman, mengakui bahwa sensus Kirenius adalah sebuah kemungkinan kesalahan – meski ia sendiri tidak percaya bahwa itu adalah kesalahan (21 Februari 2018). 1

Robert H. Stein, Luke (NAC Vol. 24; Nashville, Tennessee: Broadman Press, 1992), 105. Daniel R. Schwartz, “On Quirinius, John the Baptist, the Benedictus, Melchizedek, Qumran and Ephesus,” RevQ 13 (1988): 635. 3 Luke Timothy Johnson, The Gospel of Luke (Sacra Pagina Vol. 3; Collegeville, Minnesota: The Liturgical Press, 1991), 51. 2

1

Problem #1 – Kronologi Lukas atau Josephus? 1. Argumen Probabilistik: Siapakah di antara Lukas dan Josephus yang paling mungkin handal secara historis? Kehandalan Lukas - Colin J. Hemer mendaftarkan 84 fakta dalam 16 pasal terakhir Kisah Para Rasul yang telah dikonfirmasi akurasinya oleh data sejarah dan arkheologis. ~ Colin J. Hemer, The Book of Acts in the Setting of Hellenistic History (Winona Lake, IN.: Eisenbrauns, 1990). Dalam hal dinamika politik dan kronologi pergantian para pejabat Romawi yang rada khaotik yang disebutkan dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul pada abad pertama, juga telah dikonfirmasi:  Herodes Agung – Festus – Agripa I – Prokuratos – Agripa II Kehandalan Josephus Dipertanyakan:  Josephus salah memberikan penanggalan terhadap kehancuran Bait Suci Samaria (The Samaritans in Flavius Josephus, 43).  Josephus menempatkan riwayat mengenai Tobiad pada abad 1 SM, sementara consensus kesarjanaan menempatkan riwayat ini pada abad 3 SM (Flavius Josephus: Interpretation and History, 141-145).  Josephus menyatakan bahwa Herodes Agung berusia 15 tahun saat dimandatkan sebagai penguasa Galilea, tapi lebih tepat saat itu Herodes Agung berusia 10 tahun (The History of the Jewish People in the Age of Jesus Christ, Vol. 1, 275). Seth Schwartz: “…Josephus’ sloppiness – which constitute the unifying principle of what is otherwise is inept historiographical patchwork.” (Jospehus and Judean Politics, 197). Dalam hal runut kronologi, Josephus memang ceroboh (mis. Ant. XVIII):  Bicara tentang Pilatus pada tahun 27 M (18.55-64).  Peristiwa di Kuil Isis di Roma pada tahun 19 M (18.56-80).  Balik lagi ke Pilatus pada tahun 27 M (18.85-89). John M.G. Barclay: “The whole [of Book 2] is not well structured, and gives the appearance of a patchwork of diverse materials.” (Flavius Josephus, 361). Daniel Schwartz: “Book 18-20 seem to be more of a patchwork.” (A Companion to Josephus, 40). Ini semua tidak untuk mengatakan bahwa Josephus tidak handal sama sekali dan harus diabaikan begitu saja. Everett Ferguson: “[Josephus] was sometimes misinformed, the reader will find Josephus an invaluable resource not to be neglected.” (Background of Early Christianity, 457). Ini hanya berarti bahwa Josephus tidak dapat diasumsikan begitu saja handal ketika itu menyangkut kronologi. Terbukti, Josephus berkail-kali bermasalah soal kronologi. Dan di sisi lain, Lukas tidak memiliki track record masalah kronologi semacam itu. 2. Argumen Berdasarkan Rekonstruksi Sumber Daniel R. Schwartz membuktikan bahwa Josephus beberapa kali menduplikasi peristiwa-peristiwa yang sudah ia catat, lalu menempatkannya pada kronologi yang berbeda. Hal ini sangat mungkin karena ia 2

menggunakan sumber-sumber yang beragam untuk tulisan-tulisannya (Studies in Jewish Background of Christianity [Tubingen: Mohr Siebeck, 1992). The Antiquities Book XVII:  Agripa I pergi ke Yudea sebagai duta pada tahun 38 M (18.238-239); Duplikasinya dalam 19.292-299 bahwa Agripa ke Yudea untuk menjadi penguasa di sana.  Vitelius singgah ke Yudea dalam perjalanan perangnya (37 M) dimana ia mendengar kabar tentang kematian Kaisar Tiberius (18.122-126); peristiwa ini diduplikasi dari peristiwa tahun sebelumnya ketika Vitelius ke Yudea untuk menurunkan Pilatus jabatannya (36 M), saat Pilatus dalam perjalanan ke Roma, saat itulah Tiberius meninggal (18.90-95). Josephus terbukti berkali-kali mengisahkan peristiwa yang sama dalam duplikasi kemudian memberi kesan bahwa itu adalah dua peristiwa yang berbeda pada waktu yang berbeda, padahal sebenarnya itu adalah peristiwa yang satu dan sama. Sekali lagi, karena ia menggunakan sumber-sumber yang berbeda. Hal serupa yang dilakukan oleh Josephus dalam pengisahannya mengenai Sensus Kirenius yang diduplikasi dalam tiga pengisahan yang berbeda dan argument ini dikemukakan oleh John H. Rhoads, “Jospehus Misdated the Census of Quirinius,” JETS 54.1 (March 2011): 65-83). Josephus menduplikasi peristiwa yang sama sebanyak 3 kali dalam tulisan-tulisannya:  Ant. 17.148-167  Ant. 17.269-285  JW. 2.117-118; Ant. 18.4-23 Catatan #1 Ant. 17.148-167 terjadi pada tahun terakhir dari Herodes Agung:  Narasi tentang Yudas putra Saforean mengumpulkan pengikut bersama dengan Mathaias seorang pengajar Taurat. Mereka hendak menurunkan patung rajawali yang ditempatkan Herodes Agung di gerbang Bait Suci.  Herodes memerintahkan para tentaranya untuk membakar mereka hidup-hidup.  Herodes menurunkan Imam Besar sebelumnya dan Joazar sebagai imam besar akibat dari pemberontakan ini. Catatan #2 Ant. 17.269-285 terjadi pada masa pemerintahann Herodes Arkhealus setelah kematian Herodes Agung:  Pemberontakan yang dipimpin oleh Yudas orang Galilea putra Hizkia terjadi di Yudea melawan para penjaga gudang senjata Herodes. Yudas mendapatkan dukungan dari orang-orang Saforis dan Galilea.  Saat itu, Arkhelaus sedang berada di Roma meminta restu ayahnya untuk menjadi penguasa.  Akhelaus melengserkan Joazar sebelum dan sesudah ia berangkat ke Roma atas alasan-alasan yang berbeda. Catatan #3 JW. 2.117-118; Ant. 18.4-23 dimana sensus Kirenius disebutkan terjadi pada masa pemerintahan Coponius sebagai prefek Yudea pada tahun 6 M:

3

  

Seorang pengajar Taurat dari Galilea bernama Yudas bersama seorang pengajar Taurat yang lain bernama Sadducand mengumpulkan pengikut untuk memberontak terhadap penetapan pajak terkait sensus yang diadakan Kirenius. Joazar membujuk orang-orang untuk mengikuti sensus itu namun Kirenius melengserkan Joazar sebelum sensus itu selesai diadakan. Peristiwa ini terjadi setelah Arkhelaus dibuang.

Keanehan-keanehan pada catatan ini:  Ketiga peristiwa terpisah itu terkait dengan orang bernama Yudas;  Imam besar yang sama, Joazar, terdapat dalam ketiga peristiwa itu, namun anehnya pada catatan kedua dan ketiga, imam besar yang sama digulingkan atas peristiwa pemberontakan Yudas, namun oleh penguasa yang berbeda. Dalam kaitan dengan catatan yang ketiga, James C. VanderKam, From Joshua to Caiaphas: High Priests after the Exile: “It is more difficult to understand why Quirinius would have deposed the high priest who has just proved so helpful in making the census palatable to the Judeans.” (p. 419). Selain itu, catatan ketiga mengenai Sensus Kirenius tidak memiliki dating indicator (Ant. 18.4-23). Josephus sekadar mengisahkannya tanpa kaitan yang harus dengan Coponius yang memerintah di Yudea pada tahun 6 M. Setelah itu, baru Josephus bicara tentang Coponius (Ant. 18.29). Jadi pemberontakan Yudas dalam catatan ketiga, tidak harus dikaitkan dengan era pemerintahan Coponius. Josephus sedang fokus untuk bicara tentang sensus yang terjadi pada masa Kirenius dalam kaitan juga dengan pemberontakan Yudas. Jadi ketiga catatan itu, jelas tidak masuk akal jika dipandang sebagai tiga peristiwa terpisah. Sebaliknya, ketiga catatan itu memiliki fitur-fitur naratif yang mengarahkan kita untuk memandangnya sebagai sebuah peristiwa tunggal yang diduplikasi sebanyak tiga kali oleh Josephus dengan kronologi yang berbeda. Bagaimana kita tahu bahwa ketiga catatan duplikatif itu bicara tentang peristiwa yang terjadi pada masa sebelum kematian Herodes Agung:  Tokoh utama pemberontakan dalam ketiga catatan itu adalah Yudas: a) disebut putra Saphoraeus dalam catatan #1; b) disebut son of Saripheus dalam catatan #2; c) dalam varian tekstual lain, Yudas disebut son of Sepphorean (Ant. 17.149) – di Galilea, ada sebuah kota kecil bernama Sepphoris – Jadi perbedaan-perbedaan ini hanya berarti Yudas yang dimaksud berasal dari Galilea, lebih spesifik berasal dari Sepphoris. Itulah sebabnya, ia disebut Yudas orang Galilea anak Hizkia dalam catatan #2.  Ketiga catatan itu bicara tentang pengharapan eskatologis dari seorang guru Taurat yang menjadi kawan seperjuangan Yudas. Jadi partner yang sama dengan sebutan yang berbeda di catatan #3 (disebut Sadducand).  Penyebutan Sensus Kirenius dalam catatan #3 tidak dikaitkan Josephus dengan pemerintahan Copoinus 6 M, melainkan pemberontakan Yudas yang nota bene telah dieksekusi oleh Herodes Agung sebelum ia meninggal. Yudas yang sudah mati itu, tidak mungkin memimpin pemberontakan pada masa Arkhelaus dan pada masa Coponius.

4



Kita juga punya bukti mengenai keaktifan Sabinus pada masa pemerintahan Herodes Agung termasuk terlibat dalam meredakan sejumlah pemberontakan. Dan Sabinus ini, sebenarnya tidak lain adalah nama lain dari Kirenius: a. Prokurator (JW. 2:16 – Sabinus; Ant. 18.1 – Kirenius); b. Consular rank (Ant. 17.219-223 – Sabinus; Ant. 18.1 – Kirenius); c. Menangani masalah pajak di Yudea (Ant. 17.219-223; Ant. 18.1-10); d. Diutus untuk menangani masalah setelah kematian Herodes/meninjau kekayaan Arkhelaus setelah dibuang (Ant. 17.219-223 – Sabinus; Ant. 18.1-10).4 Tentang Joazar yang bukan hanya muncul dalam ketiga catatan itu, melainkan juga paralel secara semantic (Rhoads). Catatan #1 menjelaskan tentang pengangkatan imam besar Joazar oleh Herodes Agung yang akan menjadi masuk akal jika dikombinasikan dengan catatan #3 bahwa Joazar membujuk orang-orang Yahudi untuk mengikuti Sensus yang diadakan pada masa Kirenius. Menurut Ant. 17.206, 213, para pengikut Yudas dan Mathaias menuntut agar imam besar yang diangkat Herodes digulingkan. Demi menenangkan potensi pemberontakan, Arkhelaus menurunkan Joazar dari jabatan imam besar. Sebuah catatan mengenai “the will of Herod the Great,” yang memuat draft mengenai daftar kekayaan kerajaannya sebelum kematiannya, tidak dapat dia miliki jika tidak pernah ada sensus yang diadakan sebelumnya selama ia berkuasa (Lih. Brook W.R. Pearson, “The Lucan Censuses, Revisited,” The Catholic Biblical Quarterly, 61/2 [April 1999], 266).





Jadi, rekonstruksi ketiga catatan ini, hanya dapat masuk akal jika Sensus Kirenius terjadi pada masa sebelum Herodes meninggal, bukan terjadi 10 tahun kemudian, pada tahun 6 M pada masa pemerintahan Coponius seperti yang disimpulkan banyak orang dari caatatan #3. (Lih. Rhoads, “Josephus Misdated the Census of Quirinius”). Di simping itu, kita punya bukti ekstra dari Abad 1, dari era sebelum kehancuran Bait Suci tahun 70 M bahwa Sensus itu terjadi sebelum kematian Herodes Agung: Lukas! Problem #2 Tidak Ada Sensus yang Mencakup Seluruh Romawi Sekaligus Lukas 2:1 menyatakan: VEge,neto de. evn tai/j h`me,raij evkei,naij evxh/lqen do,gma para. Kai,saroj Auvgou,stou avpogra,fesqai pa/san th.n oivkoume,nhnÅ Kata apografesthai berbentuk infinitif, present, middle/passive dari kata apografo yang tidak mengindikasikan bahwa registrasi atau sensus itu diadakan satu kali sekaligus untuk seluruh Kekaisaran Romawi. Harold W. Hoehner: “…Luke uses the present tense indicating that Augustus ordered censuses to be taken regularly rather than only one time. Thus, it is reasonable to believe that there was an order of a general census in the time of Augustus.” (Chronological Aspects of the Life of Jesus, 15). Sir William Ramsay: “The decree of Augustus which Luke mentions is commonly interpreted as ordering that a single census should be held of the whole Roman world. This is not the correct interpretation of Luke’s words. He uses the present tense, and he means that Augustus ordered enrollments to be Kebingungan semacam ini terbukti juga ketika Josephus menyebut “Raja Herodes,” ketika yang ia maksudkan adalah Arkhelaus (Ant. 17.294; JW. 2.74). Lagi pula, sebutan “Sabinus,” secara etimologis berasal dari Dewa Sabine, yaitu Quirinius. Quirinius lahir di sebuah desa kecil di luar kota Roma, Lavinum, yang populasi penduduknya beretnis Sabine. 4

5

regularly taken, according to the strict and proper usage of the present tense.” (Was Christ Born at Betlehem?, 123.). Problem #3 Tidak Ada Sensus Romawi Selama Herodes Agung Berkuasa Hingga Tahun 4 SM Herodes Agung sebenarnya adalah semacam “raja boneka” dan Romawi dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan di wilayah kekuasaan Herodes Agung. Tacitus mencatat bahwa Romawi mengadakan sensus di sebuah kerajaan jajahannya kemudian terjadi pemberontakan yang harus ditangani langsung oleh Romawi (Annals 6.1). Berdasarkan catatan ini, Sabine R. Huebner: “This suggests that a similar census on the Roman model could well have taken place in the kingdom of Herods, officially directed by Herod but with military and administrative support from the Roman governor in neighboring Syria. As a vassal king, Herod was dependent on the favor of Augustus and legitimized by his support.” (Papyri and the Social World of the New Testament, 44). Jadi, ini mengindikasikan bahwa Romawi dapat mengadakan sensus seperti yang dicatat dalam Injil Lukas di wilayah kekuasaan Herodes. Dan tidak ada Hukum Romawi yang melarang pengadaan sensus yang demikian. Huebner menyatakan bahwa mereka yang tinggal di wilayah kekuasaan Herodes Agung harus mengangkat sumpah setia kepada Kaisar Augustus dan Herodes Agung pada tahun 6 atau 5 SM (Papyri and the Social World of the New Testament, 45). Di samping itu, kita memiliki catatan sejarah mengenai kondisi psikologis Kaisar Agustus yang paranoid. Pengadaan sensus semacam itu, akan menolongnya untuk tetap memantau seluruh penduduk di wilayah kekuasaaannya. Lagi pula, selama masa pemerintahan Kaisar Agustus ada catatan mengenai 6 kali sensus di Mesir (R.S. Bagnall & B.W. Frier, “The Demography of Roman Egypt,” in Cambridge Studies in Population, Economy, and Society in Past Time, 5). Jadi catatan Lukas koheren dengan praktik sensus berulang yang diadakan Kaisar Agustus untuk mendapatkan data akurat mengenai penduduk di Kekaisaran Romawi. Dalam autobiografinya, Agustus sendiri menyatakan bahwa ia melakukan cukup banyak sensus pada masa pemerintahannya (Rest Gestae, 8). Josephus juga mencatat tentang keberadaan “village scribes” di Yudea pada masa pemerintahan Herodes Agung. Posisi ini berfungsi sebagai pencatat properti untuk perhitungan pajak selama sensus dijalankan (Ant. 16.7.3; bnd. POxy 79, 240, 251, 252, 254, 255, 288, dan 488). Jadi mengatakan bahwa tidak ada catatan mengenai sensus di wilayah kekuasaan Herodes Agung hingga tahun 4 SM untuk mempermasalahkan catatan Lukas, merupakan sebuah argument from silence ketika semua bukti-bukti koroboratif secara koheren cocok dengan catatan Lukas. Dan jangan lupa akan rekonstruksi pada problem #1 di atas termasuk catatan Lukas mengenai adanya sensus Romawi di wilayah Yudea pada masa pemerintahan Kaisar Agustus.

6

Problem #4 Orang-orang Yahudi Tidak Harus kembali ke Tempat Lahir Mereka Saat Sensus dan Maria Tidak Harus Ikut ke Betlehem Seperti problem #3 di atas, problem ini lebih mewakili argument from silence. Karena tidak ada bukti sejarah yang berkontradiksi dengan catatan Lukas. Di samping itu, sensus yang diadakan Herodes Agung dapat dimaksudkan bukan hanya meregistrasi property demi kepentingan pajak, namun juga mengetahui nilai keluarga mereka. Dalam paradigma social pada masa itu, seorang anak tidak dilihat sebagai individu yang unik, melainkan sebagai perluasan dari nilai dan signifikansi keluarga (lih. He Swore and Oath, 156). Berdasarkan itu, kita bisa menarik inferensi bahwa unit keluarga (istri dan anak-anak) diperlukan untuk hadir dalam registrasi atau sensus tersebut. Mengingat, keluarga merupakan sesuatu yang sangat esensial bagi identitas seseorang di Yudea kuno. Penutup: Kirenius “Gubernur” Siria? Sebagai penutup, masih ada satu isu kecil yang harus diselesaikan. Lukas mencatatan: “Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria” (2:2). Kata h`gemoneu,ontoj yang diterjemahkan “wali negeri” (LAI-ITB) atau “gubernur” (LAI-BIS) sebenarnya bukan merupakan sebuah istilah yang secara teknis khusus merujuk kepada jabatan gubernur. Ini adalah sebuah istilah umum yang dapat digunakan juga untuk jabatan procurator. Raymond E. Brown: “The verb hegemoneuein, like noun hegemonos, was used to translate Latin offices such as legatus and procurator, with Syria having a legatus, and Judea a prefectus (or later a procurator).” (The Birth of the Messiah: A Commentary on the Infancy Narratives in the Gospels of Matthew and Luke, 395). Josephus sendiri menyebut Kirenius sebagai procurator, bukan gubernur, ketika mengadakan sensus tersebut (Ant. 18.1), yang mengindikasikan bahwa sensus itu diadakan sebelum Kirenius menjadi gubernur Siria pada tahun 6 M.

7...


Similar Free PDFs