Sterilisasi Basah dan Sterilisasi kering PDF

Title Sterilisasi Basah dan Sterilisasi kering
Author Eva Afifah
Course Mikrobiologi
Institution Universitas Diponegoro
Pages 5
File Size 123.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 82
Total Views 399

Summary

Tujuan Sterilisasi BasahSterilisasi basah adalah proses sterilisasi secara cepat menggunakan uap air dengan alat yaitu autoklaf. Sterilisasi basah bertujuan untuk membunuh dan menghancurkan mikroorganisme termasuk sporanya karena menyebabkan denaturasi protein pada mikroorganisme tersebut. Sebagaima...


Description

Tujuan Sterilisasi Basah Sterilisasi basah adalah proses sterilisasi secara cepat menggunakan uap air dengan alat yaitu autoklaf. Sterilisasi basah bertujuan untuk membunuh dan menghancurkan mikroorganisme termasuk sporanya karena menyebabkan denaturasi protein pada mikroorganisme tersebut.

Sebagaimana pendapat (Selvamani, 2014) yang menyatakan

bahwa sterilisasi dengan metode panas basah, menggunakan autoklaf merupakan metode sterilisasi yang efektif dan pelaksanaanya cepat. Tujuan dari sterilisasi adalah menyediakan produk atau bahan dan alat medik yang steril. Hal ini diperkuat oleh (Rizal et al., 2016) yang menyatakan bahwa Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, selini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Alat atau bahan yang menggunakan sterilisasi basah Alat dan bahan yang menggunakan sterilisasi basah diantaranya alkohol, aquadest, tabung pengencer, erlenmeyer, kapas, aluminium foil. Sebagaimana pendapat (Istini, 2020) bahwa peralatan yang perlu disterilkan antara lain: tabung kaca,alat bedah, tabung plastik berbagai ukuran, petridish, tip kuning, dan tip biru. Peneliti memerlukan bahan untuk mengemas dan

melindungi peralatan

tersebut selama proses sterilisasi dengan tekanan

dan suhu tinggi di dalam alat autoklaf. Menurut (Kurniawan, 2017) peralatan yang terbuat dari kaca meliputi pipet volume dan pipet tetes disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Peralatan lainnya yaitu toples kaca, erlenmeyer, beaker glass dan gelas ukur yang digunakan untuk kultur disterilisasi dengan cara direndam air tawar dab ditambahkan larutan klorin 30ppm, didiamkan selama 24 jam kemudian dinetralkan dengan larutan Na Thiosulfat 15ppm. Hal ini didukung oleh (Argaloka, 2013) yang menyatakan bahwa Sterilisasi

menggunakan autoklaf dilakukan pada botol kultur, kertas tissue dan alat-alat yang terbuat dari plastik. Mekanisme kerja steriliasi basah (prinsip dasar penggunaan autoklaf) Autoklaf digunakan dalam sterilisasi basah, penggunaan autoklaf yaitu dengan suhu 1210C selama 15 menit dengan tekanan 2 atm. Perhitungan pemanasan autoklaf selama 15 menit dihitung setelah jarum berada pada warna hijau. Hal ini sesuai dengan (Handayani et al., 2016) yang menyatakan bahwa autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 0C (250 0F). Prinsip kerja autoklaf yaitu dengan menggunakan suhu tinggi, pada autoklaf terdapat tabung yang harus diisi air yang sesuai agar bisa merebus dan memberi uap air untuk sterilisasi basah. Pada autoklaf terdapat pipa sebagai jalannya penguapan di dalam autoklaf. Penguapan ini terjadi untuk menggantikan udara yang ada pada autoklaf dengan uap air. Hal ini sesuai dengan (Handayani et al., 2016) Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Sebagaimana menurut (Andriani, 2016) prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan uap air panas bertekanan untuk membunuh dan menghilangkan kotoran dan mikroba yang terdapat pada alat atau bahan yang akan digunakan dalam praktikum atau percobaan Alasan penggunaan suhu 121 0C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit

Sterilisasi autoklaf harus menggunakan suhu 121oC dengan tekanan 2 atm agar lebih efektif

karena menggunakan panas yang bertekanan tinggi sehingga dapat membunuh

mikroorganisme dengan lebih cepat . Hal ini sesuai dengan (Istini, 2020) yang menyatakan bahwa pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121°Cselama 15 menit. Metode

sterilisasi ini

sering dipakai karena lebih efisien, cepat, dan aman. Hal juga

diperkuat oleh (Andriani, 2016) yang menyatakan bahwa pada suhu 121˚C , endospora dapat dibunuh dalam waktu 4 – 5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6 – 30 detik pada suhu 65˚C. Menurut (Rizal et al., 2016) penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Prinsip kerja sterilisasi basah membunuh mikroba Prinsip kerja dari sterilisasi basah yaitu menggunakan pemanasan sehingga mikroorganisme akan mengalami kepanasan yang menyebabkan denaturasi protein pada mikroba tersebut yang mengaibatkan kematian. Sebagaimana pendapat (Istini, 2020) Sterilisasi menggunakan cara pemanasan basah dapat membunuh mikroorganisme karena pemanasan basah dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel. Hal ini diperkuat oleh (Misna & Diana, 2016) yang menyatakan bahwa sterilisasi media nutrient agar menggunakan sterilisasi uap yaitu autoclave, prinsip kerjanya yaitu mikroba akan mengalami denaturasi dan koagulasi yang menyebabkan mikroba tersebut mati.

Daftar Pustaka Andriani, R. (2016). Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan praktikum. Jurnal Mikrobiologi, 1(1), 41–48. Handayani, F. W., Muhtadi, A., Farmasi, F., Padjadjaran, U., Dara, T., Manis, K., & Aktif, S. (2016). Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas Pada Autoklaf Dengan Indikator Biologi Spore Strip. Farmaka, 4(1), 59–69. Istini, I. (2020). Pemanfaatan Plastik Polipropilen Standing Pouch Sebagai Salah Satu Kemasan Sterilisasi Peralatan Laboratorium. Indonesian Journal of Laboratory, 2(3), 41. https://doi.org/10.22146/ijl.v2i3.57424 Misna, & Diana, K. (2016). Aktivitas Bakteri Ekstrak Kulit Bawang Merah ( Allium cepa L .) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Antibacterial Activity Extract Of Garlic ( Allium cepa L .) Skin Against Staphylococcus aureus. Journal of Pharmacy, 2(2), 138– 144. Rizal, M., Sumaryati, E., & Suprihana. (2016). Pengaruh Waktu dan Suhu Sterilisasi Terhadap Susu Sapi Rasa Coklat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 10(1), 20–30. Selvamani, S. 2014. Perbandingan Efektivitas Indikator Kimia Internal Bentuk Strip Kelas Vi Dan Indikator Biologi Rapid Readout Pada Sterilisasi Panas Basah. Fakultas Farmas, Universitas Padjadjaran, Jatinagor. (Skripsi) Kurniawan, Y. (2017) Pemberian Ekstrak Ekstraseluler Nannochloropsis Sp. Sebagai Penghambat Pertumbuhan dan Ahl (Achyl Homocerine Lactone) Bakteri Vibrio

Harveyi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. (Thesis). Argaloka, A (2017) Pengaruh Kombinasi Zpt Bap Dan 2,4-D Terhadap Pertumbuhan Kalus Eksplan Kotiledon Akasia (Acacia Mangium) Pada Media Ms. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. (Skripsi) Linda, P. Uji Bakteri Coliform Dan Escherichia Coli Pada Air Tercemar Dengan Penggunaan Susunan Filter, Universitas Islam Malang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Malang. (Skripsi)...


Similar Free PDFs