Tafsir Al-Mishbah Jilid 04 -Quraish Shihab- uploaded by Wirlilik Gundoyo.pdf PDF

Title Tafsir Al-Mishbah Jilid 04 -Quraish Shihab- uploaded by Wirlilik Gundoyo.pdf
Author Wirlilik Gundoyo
Pages 383
File Size 13.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 176
Total Views 258

Summary

t PHI B u k u U erasal D a .i ; i K « ! e Bi-1, u v n, p.y- lis t e r 0 0 <\ la n g g a l : iC - Cep-fc '» O 0 C , I 0 C ,Q 9 a x t Ju m la h : V j 4 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- INFAQ UTK ISLAM. ...


Description

t

PHI

B u k u U erasal D a .i

K « ! e Bi-1, u

0 C ,Q 9 a x t

i

;

0 0 i jJ d

*

ji *

4^3 &

‘Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku takut, jika aku mendurhakai Tuhanku siksa hari yang besar (hari Kiamat) Barang siapa yang dijauhkan darinya pada hari itu, maka sungguh Allah telah merahmatinya. Dan itulah keberuntungan yang nyata. ” ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INFAQ UTK ISLAM. INFO WA: 08113010123, TELP 081335196837, www.bektiharjo.com

Kelompok III ayat 15-16

Surah aC-JZn'am (6) t

Di atas dikemukakan, bahwa sebagian mereka yang mempersekutukan Allah, menyembah berhala atau dewa-dewa karena menganggapnya sebagai kekuatan-kekuatan yang dapat membahayakan dan menjatuhkan siksa. Atas dasar kepercayaan ini manusia primitif berusaha menarik simpati yang ditakuti dengan memberi sesaji serta menyembahnya. Nah, untuk menampik kepercayaan itulah ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw. agar menyampaikan, bahwa siksa yang terbesar justru menimpa manusia akibat enggan menyembah Allah atau mempersekutukan-Nya. “ Di sisi lain, karena melakukan sesuatu yang dilarang, bisa jadi belum sampai mengundang siksa walau tentunya mengundang amarah, maka melalui ayat ini ditegaskan bahwa larangan yang disampaikan oleh ayat ini bukan saja mengundang amarah tetapi juga mengundang siksa Ilahi. Di sini beliau diperintahkatj, Katakanlah, kepada siapa pun yang mengajak kepada kemusyrikan bahwa, sesungguhnya aku takut jik a aku mendurhakai Tuhanku, Pemelihara dan Pembimbingku, dengan melakukan apa yang kalian, hai kaum musyrikin harapkan, aku takut ditimpa siksa hariyang besar, yakni siksa di hari Kemudian nanti. Siksa di dunia tidak ada artinya jika dibandingkan dengan siksa ukhrawi; karena itu pula, maka barang siapa yang dijauhkan darinya, yakni dari siksa itu, pada hari itu, yakni hari Kiamat, maka sungguh A llah telah merahmatinya dengan rahmat yang tidak ada bandingannya dalam kehidupan dunia, antara lain karena rahmat tersebut langgeng dan tidak diselingi oleh kekeruhan, berbeda dengan rahmat duniawi. Dan itulah keberuntungan yang nyata. Adapun yang tidak terhindar dari siksa itu, maka Allah tidak memandangnya, dan itulah siksa yang amat pedih. Kalau ayat yang lalu menyebutkan kebutuhan utama manusia, paling tidak dalam pandangan manusia primitif, yaitu makanan, maka ayat ini menyebut rasa takut yang terbesar yang harus dicamkan oleh manusia, yaitu siksa pada hari Kemudian. Selanjutnya, kalau Nabi saw. yang merupakan manusia terdekat kepada Allah takut menghadapi hari itu, maka tentu manusia biasa yang bergelimang dalam dosa dan kedurhakaan lebih wajar untuk takut. Firman-Nya: Barang siapayang dijauhkan dan seterusnya, mengandung pernyataan yang bersifat umum sehingga mencakup Nabi Muhammad saw. dan siapa pun yang terhindar dari siksa dimaksud. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INFAQ UTK ISLAM. INFO WA: 08113010123, TELP 081335196837, www.bektiharjo.com

S uraf aC-Jlnam (6)

Kelompok III ayat 17 i

AYAT 17

jr

J *

J S tu ^

x

Olj ji *j/l X

X

U

4 1 X

X

oij X

/ # Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia. Dan jik a Dia menyentuhkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas setiap sesuatu. ” Setelah menjelaskan kekuasaan-Nya menjauhkan siksa dari siapa pun, pada hari yang amat besar - Kiamat - apalagi di dunia, maka ayat ini menjelaskan, Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, baik di dunia ini apalagi di akhirat, maka tidak ada yang menghilangkannya, yakni menghindarkan mudharat itu dalam bentuk apa pun, melainkan Dia sendiri. Dan sebaliknya, jika Dia menyentuhkan, yakni menganugerahkan, kebaikan kepadamu kapanpun Dia menghendakinya, maka tidak satu pun yang dapat menghalangi datangnya anugerah itu kepadamu, karena Dia Maha Kuasa atas setiap sesuatu. Kata ( ‘y e ) dhurr!mudhamt adalah segala sesuatu yang menyakitkan, menyedihkan, menakutkan, atau mengantar kepada salah satu yang disebut di atas. La,wannya adalah ( ^ ) naf/manfaat yang merupakan segala sesuatu yang menyenangkan atau mengantar kepada kesenangan. Sementara pakar tafsir menggarisbawahi ketelitian redaksi ayat ini yang memperhadapkan antara mudharat dan kebaikan, padahal bahasa memperhadapkan mudharat dengan manfaat, dan yang kedua dengan kejahatan. Pemilihan redaksi seperti ini untuk mengisyaratkan bahwa mudharat yang bersumber dari Allah pada hakikatnya tidak dapat dinilai buruk, tetapi itu dapat merupakan pendidikan kejiwaan, pembersihan dosa, dan tangga menuju ketinggian derajat. Atas dasar itu, ia tidak dapat dinamai buruk. Memang, tidak ada yang buruk bila bersumber dari Allah, dan demikian itulah seharusnya sikap manusia terhadap Allah swt. Ayat ini tertuju kepada semua makhluk, sejalan dengan sejumlah firman-Nya, antara lain: “A pa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada satu pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh A llah maka tidak satu pun ya n g sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana” (QS. Fathir [35]: 2). ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INFAQ UTK ISLAM. INFO WA: 08113010123, TELP 081335196837, www.bektiharjo.com

Surafi aC-Jln'&tn (6)

Kelompok III ayat 18

i

Diriwayatkan, bahwa Rasul saw. setiap selesai shalat menghadapkan diri kepada Allah sambil berdoa: Ta ilaha ilia Allah, Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nja kekuasaan, dan untuk-Nya segala puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang dapat mencegah apayang Engkau anugerahkan, tiadajuga yang memberi apayang Engkau cegah, tiada pula yang dapat menolak apa yang Engkau tetapkan.Tidak berguna dan tidak pula dapat menyelematkan seseorang kekayaan, kedudukan, anak, pengikut, dan kekuasaannya, Yang menyelamatkan dan berguna baginya hanyalah anugerah dan rahmat-Mu. Di sisi lain perlu dicatat, walaupun menghalangi atau mencegah pemberian dapat dinilai atau berkesan sebagai sesuatu yang negatif, namun terhadap Allah swt. penilaian dan kesan itu harus dihindari. Karena pemberian apa pun kepada yang tidak dapat menggunakannya secara baik bukanlah sesuatu yang terpuji, bahkan mencegah pemberian harta kepada yang boros atau tidak pandai menggunakannya adalah sesuatu yang baik dan dianjurkan oleh al-Qur’an (baca QS. an-Nisa’ [4]: 5). Salah satu sifat Allah yang diperkenalkan oleh hadits Asma’ al-Husna adalah al-Mdni ‘ yang biasa diartikan yang mencegah atau yang menghalangi', dalam arti Dia yang menghalangi apa yang dikehendaki-Nya untuk dihalangi, dan memberi apa yang dikehendaki-Nya untuk diberikan, bila memberi Dia melebikkan dan memperbaiki, dan bila mencegah maka karena hikmah dan kebaikan. Betapapun, ayat ini menegaskan bahwa tidak satu kekuatan pun yang dapat menghalangi kehendak Allah swt. baik sesuatu itu disembah sebagai tuhan maupun upaya sungguh-sungguh dari manusia.

AYAT 18 4

'^^ il

eiCp

jij

“Dan Dialah Penguasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. ” Setelah menjelaskan bahwa tidak satu pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya, melalui ayat ini dijelaskan mengapa hakikat itu demikian adanya; yaitu bahwa, Dan Dialah Penguasa atas semua hamba-hamba-Nya. Semua kehendak-Nya berlaku, sedang kehendak hamba-hamba-Nya yang ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INFAQ UTK ISLAM. INFO WA: 08113010123, TELP 081335196837, www.bektiharjo.com

S uraf aC-JZn'am (6)

Kelompok III ayat 18

t tidak sejalan dengan kehendak-Nya tidak mungkin terlaksana. Kendati demikian, apa yang dilakukan-Nya bukanlah kesewenang-wenangan, tetapi tindakan yang penuh dengan hikmah kebijaksanaan, karena Dialah Yang Maha Bijaksana, sehingga apa pun kehendak-Nya selalu mendatangkan manfaat atau menampik mudharat, dan semua itu berdasar pengetahuanNya yang menyeluruh karena Dia Maha Mengetahui. Sebenarnya kata ( y»U!l) al-Qahir tidak sepenuhnya tepat diartikan Penguasa, seperti terjemahan di atas. Keterbatasan bahasa Indonesia atau pengalih bahasa mengantar kita untuk menerjemahkan demikian, padahal maknanya tidak sepenuhnya demikian. Kata ini terambil dari kata ( ^ ) cjahara, yang dari segi bahasa berarti menjinakkan, menundukkan untuk mencapai tujuannya, atau mencegah lawan mencapai tujuannya serta merendahkannya. Allah swt. sebagai al-Oahir adalah Dia yang membungkam orang kafir dengan kejelasan tanda-tanda kebesaran-Nya, menekuk lutut para pembangkang dengan kekuasan-Nya, menjinakkan hati para pecinta-Nya sehingga bergembira menanti di depan pintu rahmat-Nya, menundukkan panas dengan dingin, mengalahkan besi dengan api, memadamkan api dengan air, menghilangkan gelap dengan terang; menjeritkan manusia akibat kelaparan, tidak memberdayakannya dengan tidur dan kantuk, memberinya yang tidak ia inginkan dan menghalanginya dari apa yang ia dambakan. Allah swt. bersifat Qahir terhadap seluruh makhluk; bukankah alam raya ditundukkan-Nya? Langit dan bumi tidak diberinya kesempatan memilih. Datanglah kamu berdua, suka atau tidak! (QS. Fushshilat [41]: 11), demikian firman-Nya kepada langit dan bumi sebelum selesai proses penciptaannya. Namun demikian, ayat di atas menekankan bahwa sifat Allah ini ditujukan kepada ( 8.sLp ) ‘ibadihi/ hamba-hamba-Nya. Kata ( j Lp ) ‘ibad yang merupakan bentuk jamak dari kata ( x s-) ‘abd/hamba tidak digunakan kecuali kepada mahkluk hidup dan memiliki kehendak. Ini wajar karena dalam logika manusia —menundukkan yang tidak berkehendak lebih mudah daripada menundukkan yang berkehendak, walaupun di sisi Allah tidak ada kata “lebih mudah” atau “lebih sulit”. Dan bila semua yang berkehendak telah mampu ditundukkan, maka pasti yang tidak berkehendak demikian pula adanya. Anda boleh bertanya, mengapa itu dilakukan-Nya? Salah satu jawaban yang dapat diketengahkan, adalah karena ada kemaslahatan makhluk yang hendak dipenuhi-Nya serta ada tujuan penciptaan yang dirancang untuk ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INFAQ UTK ISLAM. INFO WA: 08113010123, TELP 081335196837, www.bektiharjo.com

Kelompok III ayat 18

Surah aC-Jin'dm (6) i

dicapai. “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apayang berada di antara keduanya untuk bermain-main. Kami tidak menciptakannya kecuali dengan ' (untuk tujuan yang) haq tetapi kebanyakan mereka (manusia) tidak mengetahui. ” Demikian penegasan-Nya dalam QS. ad-Dukhan [44]: 38-39. Untuk mencapai tujuan yang haq itulah Allah swt. bersifat Qahir, yakni menjinakkan, menaklukkan, dan memaksakan. Allah swt. menundukkan dan mengendalikan hamba-hamba-Nya, yakni makhluk-makhluk-Nya yang memiliki kehendak walau pada saat yang sama Yang Maha kuasa itu memberi mereka kebebasan dalam batas-batas tertentu. Kebebasan tersebut tidak mungkin membelokkan tujuan penciptaan, karena itu mereka semua harus berada di bawah kendali penundukan-Nya. Kalau ada tindakan salah satu di antara mereka yang hampir membelokkan tujuan penciptaan, maka pasti Allah akan turun tangan mencegahnya. Perhatikanlah, bagaimana manusia berupaya membasmi' nyamuk dengan berbagai cara, antara lain dengan menciptakan obat-obat nyamuk, namun beberapa langkah sebelum manusia sampai kepada tahap pemunahannya secara total, pemunahan yang dapat mengganggu tujuan penciptaan atau merusak ekosistem, Allah menciptakan nyamuk-nyamuk baru yang kebal terhadap “obat-obat nyamuk”. Kalaupun manusia membuat lagi obat-obat baru menggantikan yang lama, Allah kembali memberi kekebalan kepada nyamuk-nyamuk baru yang lain agar terus mampu berkembang biak. Demikian sekelumit makna ayat di atas. Penutup ayat di atas, Dia Maha Bijakasana lagi Maha Mengetahui, untuk mengisyaratkan bahwa semua ketetapan-Nya selalu berakibat baik demi mencapai tujuan walau oleh yang ditimpa terlihat atau terasa bahwa kebijakan itu buruk baginya secara pribadi, dan Dia Maha Mengetahui kadar yang tepat dari penundukannya dan orang yang wajar menerimanya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INFAQ UTK ISLAM. INFO WA: 08113010123, TELP 081335196837, www.bektiharjo.com

AYAT 19

oi'Jit l i i "J\> h x

Ji

x

X

X

js i*it Si ji ^>f fyu 4

ai j i »i«a

X

0

y ji

i2rf£< jij ,

d i i j ? x - J Aji j^Jbti J 13

< rr£ “Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan batimu, {janganlah bersedih hati), karena sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, akan tetapi orang-orangyang t^alim itu mengingkari ayat-ayat A.llah. ” 4

Ajakan dan dialog Rasul saw. yang diperintahkan oleh ayat-ayat yang ditujukan kepada para pembangkang telah berulang-ulang, tetapi hasil yang diraih sungguh tidak sesuai dengan harapan, bahkan ayat terakhir telah mengisyaratkan bahwa yang diajak berdialog tidak menggunakan akal sehat sehingga w ajar d itim p a kerugian dan kebinasaan. In i te n tu sangat menyedihkan N ab i M uham m ad saw., yang senantiasa m endam bakan kepatuhan umatnya kepada Allah swt. Karena itu ayat ini menghibur beliau dengan menegaskan bahwa, Sesungguhnya, Kami terus-menerus mengetahui bahwa apa yang mereka selalu katakan itu, yang kesimpulannya adalah tidak mempercayai ajakanmu, benar-benar menyedihkan hatimu. Janganlah bersedih hati karena sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, bahkan dalam hati kecil mereka mengenalmu sebagai orang bijaksana, bahkan mereka menjulukimu sebagai “al-Amin” (yang jujur), akan tetapi mereka bersikap demikian karena orang-orangyang t^alim itu keras kepala, hati m ereka tertutup, sehingga walaupun nalar dan pengamalan keseharian mereka mengakui bahwa engkau adalah seorang yang jujur, namun mereka mengingkari ayat-ayat Allahf sehingga ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INFAQ UTK ISLAM. INFO WA: 08113010123,71TELP 081335196837, www.bektiharjo.com

J?ps

i “Katakanlah: ‘Bentahukanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepada kamu, atau datang kepada kamu hari Kiamat, apakah kamu menyeru selain Allah; jika kamu orang-orangyang benar!’ (Tidak), tetapi hanya Dialahyang kamu sent, maka Dia menghilangkan apa yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya jik a Dia menghendaki, dan kamu lupakan (sembahan-sembahan) yang kamu sekutukan. ” Anda masih ingat, pada ayat 37 para pembangkang mempertanyakan kem am puan A llah swt. m en u ru n k an b u k ti k eb en aran risalah N ab i Muhammad saw. khususnya menyangkut keesaan Allah dan keniscayaan hari Kemudian. Ayat 38 dan 39 telah menguraikan beberapa bukti tersebut. Kini ayat ini dan ayat-ayat berikutnya menanyakan kepada mereka yang masih enggan percaya. Katakanlah wahai M uham m ad kepada mereka: Bentahukanlah kepadaku tentang diri kamu jik a datang siksaan Allah kepada kamu, sekarang atau nanti sebelum datangnya Kiamat, atau datang kepada kamu hari Kiamat dengan segala marabahaya dan siksanya, apakah kamu menyem sesuatu selain Allah yang Maha Kuasa itu? Jika kamu orang-orang yang benar ketika berkata bahwa ada sekutu bagi Allah, maka serulah sekutusekutu itu! (Tidak), kamu tidak akan menyeru dan meminta pertolpngan

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INFAQ UTK ISLAM. INFO WA: 08113010123,91TELP 081335196837, www.bektiharjo.com

M gs

S u ra t aC-Jlnam (6)

Kelompok VII ayat 40-41 t

mereka ketika itu, tetapi hanya Dialah, yakni Allah sendiri, tidak ada selainNya yang kamu seru, maka Dia menghilangkan apa, yakni bahaya dan siksa yang mengancam kamu yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, agar kamu dihindarkan darinya, tetapi itu Dia hilangkan, jika Dia menghendaki, karena Dia Maha Kuasa. Jika Dia menghilangkannya itu hanya di dunia. Adapun kalau telah datang Kiamat, maka ketetapan-Nya pasti berlaku dan ketika itu, karena dahsyatnya bahaya dan mencekamnya keadaan, kamu lupakan atau tinggalkan sembahan-sembahan yang ketika kamu hidup di dunia kamu terus-m enerus m em per- sekutukan-nya dengan Allah Yang- Maha Esa itu. Kata ( j i ) ara’aitakum dari segi bahasa berarti apakah engkau sudah melihat diri kamu? Kata ini kemudian dipahami dalam arti beritahukanlah kepadaku. M enanyakan apakah seseorang telah m elihat dirinya sendiri, menunjukkan bahwa jawaban pertanyaan semacam ini adalah sesuatu yang seharusnya paling diketahui oleh yang bersangkutan, karena diri seseorang adalah yang paling dekat dan paling dapat dilihatnya, berbeda dengan melihat orang lain, fika demikian, redaksi semacam ini jawabannya akan sangat jelas lagi tak berliku-liku. Dari segi penggunaan redaksi ini oleh al-Qur’an, ulama menyatakan bahwa ia digunakan untuk rrjendorong mitra bicara memperhatikan dan mengamati, karena itu walaupun redaksinya dalam bentuk pertanyaan tetapi maksudnya adalah anjuran, seakan-akan ayat ini menyatakan: “Lihat dan perhatikanlah! K alau kam u belum m elihat, maka sekarang lihat dan perhatikanlah!” A dapun yang dimaksud dengan firman-Nya: Dia menghilangkan apa yakni bahaya atau siksa yang karenanya kamu berdoa adalah bahaya atau siksa yang mengancam di dunia, karena siksa hari Kiamat tidak dapat dihindari, dan kehadiran hari itu pun tidak dapat ditunda, apalagi hanya Allah sendiri yang m engetahui kapan tibanya. Salah satu ayat yang menunjukkan bahwa doa orang-orang kafir di akhirat nanti tidak akan diterima, adalah firmanNva: “/ ianya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka” (QS. ar-Ra‘d [13]: 14). Firman-Nya: Tetapi hanya Dialah yang kamu seru, kebenarannya tidak hanya terbukti di kalangan kaum musyrikin pada masa N abi saw .,jpng bila ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INFAQ UTK ISLAM. INFO WA: 08113010123, TELP 081335196837, www.bektiharjo.com

93 Kelompok VII ayat 40-41

Surah aC-JAn'am (6)

i

(y [C*

X:

mengalami kesulitan berdoa menyebut-nyebut nama Allah tetapi demikian )uga dengan masyarakat um at manusia dewasa ini. Dalam keadaan krisis, semua kembali kepada Tuhan, dan menyebut nama-Nya. Kalau bukan nama “Allah” yang disebut, maka paling tidak kata yang mengisyaratkan nama itu. Ketika menjelaskan makna kata Allah dalam surah al-Fatihah penulis antara lain mengemukakan bahwa, “Dari segi lafazh terlihat keistimewaan kata itu ketika dihapus huruf-hurufnya.” Bacalah kata ( il l) Allah dengan menghapus huruf awalnya, akan berbunyi ( ) lillah dalam arti •miltkl bagi Allah; kemudian hapuslah huruf awal dari kata lillah itu akan terbaca ( ) lain/ dalam arti “bagi-Nya” . Selanjutnya hapus lagi h u ru f awal dari lahu, akan terdengar dalam ucapan ( o) III/ yang berarti “Dia” yang menunjuk kepada Allah, dan bila ini pun dipersingkat akan dapat terdengar suara Ah, yang sepintas atau pada lahirnya mengandung makna keluhan, tetapi pada hakikatnya adalah seruan ^ erm o h o n an kepada Allah. K arena itu pula sementara ulama berkata bahwa kata Allah terucapkan oleh manusia sengaja atau tidak sengaja, suka atau tidak, lebih-lebih pada saat-saat sulit. Doa orang-orang kafir di dunia, tidak mustahi...


Similar Free PDFs