Tafsir Al-Mishbah Jilid 07 -Quraish Shihab- uploaded by Wirlilik Gundoyo.pdf PDF

Title Tafsir Al-Mishbah Jilid 07 -Quraish Shihab- uploaded by Wirlilik Gundoyo.pdf
Author Wirlilik Gundoyo
Pages 687
File Size 24.8 MB
File Type PDF
Total Views 56

Summary

TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, K esan dan Keserasian al-Q ur’an Oleh: M. Q U R A ISH SHIHAB H ak cip ta d ilin d u n gi u n dan g-und ang A ll rights reserved Cetakan I, Jumadil Awal 1423/Juli 2002 Cetakan II, R abi’ul Awal 1425/M aret 2004 Cetakan III, Safar 1426/A pril 2005 Diterbitkan oleh: Penerbit L...


Description

TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, K esan dan Keserasian al-Q ur’an Oleh: M. Q U R A ISH SHIHAB H ak cip ta d ilin d u n gi u n dan g-und ang A ll rights reserved Cetakan I, Jumadil Awal 1423/Juli 2002 Cetakan II, R abi’ul Awal 1425/M aret 2004 Cetakan III, Safar 1426/A pril 2005 Diterbitkan oleh: Penerbit Lentera Hati Jl. Ir. H. Juanda N o . 166 Ciputat, Jakarta 15419 Telp./Fax: (0 2 1 ) 7 4 2 4373 h ttp ://w w w .len tera h a ti.co m e-m ail: info@ lenterah ati.com K erjasam a dengan Perpustakaan Um um Islam Im an Jam a Jl. Raya Pasar Jum ’at N o . 46 Telp. ( 0 2 1 )7 6 9 9 5 2 8 Lay O ut/Arab: W ahid H isbullah D esain Sampul: Lisa S. Bahar

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) S h ih a b , M . Q u ra is h T a fsir A1 M ish b a h : pesan , kesan dan keserasian A l-Q u r ’ an / M . Q u raish Shihab. ] akarta : Lentera H ati, 2002. 15 v o l.; 2 4 cm . D iterbitk a n atas kerja sama den gan perpustakaan U m u m Islam Im an Jam a’ . IS B N 9 7 9 -9 0 4 8 -0 8 -7 (no. vol. lengkap) IS B N 9 7 9 -9 0 4 8 -1 5 -X (v o l 7) 1. A1 Q u ra n — Tafsir.

I. Judul. '7 .1 2 2

Sanksi Pelanggaran Pasal 14:

Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta ayat Vj i f

Barengsjapa dengan sengaja atau tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatucipfS&h atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuhj tahtin dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

ayaf2? : Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepade umum suatu dptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud (felam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paffngbanyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

M. Quraish Shihab

TAFSIR AL-MISHBAH

Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

VOLUME

Surah Ibrahim Surah Al-Hijr Surah An-Nahl Surah Al-Isra’

P E D O M A N T R A N S L IT E R A S I

ARAB i

LATIN a/’

ARAB d*

LATIN dh th

b t

Jb

ts

I

JL

j

i

gh

C

h

jj

f

t

kh

j

q

d

j

k

dz

j

1

r

p

m

3

z

0

n

S

s

J

w

J1

sy

a

h

u*

sh

(J

y

O

i

zh &

a (a panjang), contoh

al-Malik

T(i panjang), contoh

ar-Rahlm

u (u panjang), contoh

al-Ghafur

D A F T A R IS I *

Pedoman Transliterasi ........................................................................ Daftar Isi ...............................................................................................

iv v

S u rat Ibr3hlm (14) KELOMPOK KELOM POK KELOM POK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK

I II III IV V VI

(Ayat 1-5) ................................................ (Ayat 6-18) ............................................. (Ayat 19-27) ........................................... (Ayat 28-34) ........................................... (Ayat 35-41) ........................................... (Ayat 42-52) ...........................................

6 18 43 57 66 73

J u z X IV .................................................................................................. S urat al-H ijr (15)

88

KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK

I II III IV V

(Ayat 1-15) (Ayat 16-25) (Ayat 26-48) (Ayat 49-84) (Ayat 85-99)

............................................. .......................................... .......................................... .......................................... ..........................................

88 102 118 139 159

(Ayat 1-21) ............................................. (Ayat 22-40) .......................................... (Ayat 41-50) .......................................... (Ayat 51-64) .......................................... (Ayat 65-76) .......................................... (Ayat 77-89) .......................................... (Ayat 90-97) .......................................... (Ayat 98-105) ........................................ (Ayat 106-111) ....................................... (Ayat 112-119) ....................................... (Ayat 120-128) .......................................

179 208 230 248 274 ,299 323 345 359 368 379

S u rat an-N ahl (16) KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK

I II III IV V VI VII VIII IX X XI

v

Juz XV ............................................................................................... ... 398 Surat al-Isra’ (17) KELOMPOK KELOM POK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOM POK KELOM POK KELOM POK KELOM POK

Indeks

I II III IV V VI VII VIII IX

(Ayat 1-8) .................................................. 398 (Ayat 9-22) ................................................ 418 (Ayat 23-39) .......................................... ... 442 (Ayat 40-55) .......................................... ... 469 (Ayat 56-65) .......................................... ... 493 (Ayat 66-72) .......................................... ... 509 (Ayat 73-81) .......................................... ... 518 (Ayat 82-100) ........................................ ... 531 (Ayat 101-111) ....................................... ....558 572

S

u

r

a

h

i

S

r

a

h

i

m

Surah Ibrahim ini terdiri dari atas 52 ayat, termasuk golongan surah-surah makkiyyah karena diturunkan di Mekah sebelum Hijrah. Dinamakan surah “IBRAH lM ”, karena surah ini mengandung doa Nabi Ibrahim as. yaitu pada ayat 3 5 sampai 41.

SURAH IBRAHIM urah Ibrahim yang terdiri dari 52 ayat adalah surah ke 14 dari segi perurutan penulisannya dalam Mushhaf al-Qur’an, sedang dari segi perurutan turunnya ia adalah surah ke tuj uh puluh yang tumn sesudah surah asy-Syura dan sebelum surah al-Anbiya’. Sekian banyak surah yang dimulai dengan huruf-huruf A lif Lam, Ra untuk membedakannya maka dinamailah surah-surah itu dengan nama nabinabi tertentu yang disebut kisahnya atau tempat di mana nabi itu diutus seperti al-Hijr. Surah ini karena dimulai dengan ketiga huruf tersebut dan membicarakan kisah Nabi Ibrahim as., maka dinamailah surah ini dengan surah Ibrahim - walaupun uraian tentang Nabi Ibrahim as., terdapat di beberapa surah yang lain. Mayoritas ulama menilai ayat-ayat surah ini secara keseluruhan tumn sebelum Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah. Sebagian kecil ulama mengecualikan ayat 28 dan 29; ada juga yang menambahkan lagi ayat 30 karena mereka menilainya berbicara tentang peristiwa Perang Badr yang terjadi setelah Nabi saw. berhijrah ke Madinah pada tahun II Hijrah. Tema utama uraian surah ini adalah Tauhid serta uraian tentang kesempumaan kitab suci al-Qur’an yang mampu mengantar ke hadirat Ilahi melalui penjelasan-Nya tentang ash-shirdth yakni jalan luas dan lebar yang mengantar ke sana. Hal ini dipahami oleh al-Biqa‘i dari penamaan surah ini dengan nama Nabi Ibrahim as. Bahwa tema surah ini merupakan uraian tentang

f f e f l

Surafi I6rdfiim (14)

'‘ S i r kitab al-Qur’an dipahami oleh al-Biqa‘i cfori salah satu doaNabi Ibrahim as. yaitu, “Tuhan Kami! Utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan m erekayang terus membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, dan terus mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang M aha P erkasa lagi M aha B ijaksana” (QS. al-Baqarah [2]: 129). Adapun tema Tauhid dalam kaitannya dengan Nabi Ibrahim as., maka itu menurut al-Biqa‘i “cukup jelas”. Agaknya yang dimaksud olehnya dengan “cukup jelas” adalah kedudukan N abi Ibrahim as., yang dinilai oleh para pakar sebagai Pengumandang Tauhid. Melalui pengalaman ruhaninya (baca QS. al-An‘am [6]: 74-79) beliau menemukan Tuhan Yang Maha Esa, dan meyakini-Nya bahwa Dia bukan tuhan suku, atau tuhan masa tertentu, tetapi Tuhan seru sekalian alam. Bukanlcah dengan demikian beliau wajar menyandang gelar Pengumandang Ketuhanan Yang Maha Esa? Sebelum masa beliau, para nabi - sesuai dengan perkembangan akal masyarakatnya - memperkenalkan Allah swt. sebagai Tuhan mereka, yang mereka pahami sebagai Tuhan suku, atau kelompok tertentu. Nabi Ibrahim as., datang memperkenalkan-Nya sebagai Tuhan seluruh makhluk yang menyertai mereka dalam keadaan sadar mereka maupun tidur, menyertai mereka bukan hanya dalam kehidupan dunia ini tapi berlanjut hingga hari Kemudian. Banyak ulama berpendapat bahwa tema surah ini memang berkaitan dengan Nabi Ibrahim as. Sayyid Quthub misalnya menulis bahwa terlihat suasana uraian surah ini berkaitan dengan namanya “Ibrahim” sebagai “Bapak nabi-nabi” seorang yang diberkati, yang pandai bersyukur, belas kasih dan selalu kembali kepada Allah. Surah ini mencakup sekian banyak hakikat pokok dari akidah, tetapi dua hakikat yang sangat besar senantiasa menaungi suasana surah secara keseluruhan, yang keduanya merupakan dua hakikat yang berkaitan dengan bayang-bayang Nabi Ibrahim as. Perlama, hakikat kesatuan risalah dan para rasul, kesatuan dakwah yaitu Tauhid dan sikap mereka sebagai satu umat menghadapi Jahiliah yang mendustakan agama, di berbagai tempat dan waktu. Dan kedua, hakikat nikmat Allah swt. yang dianugerahkan-Nya kepada manusia, serta penambahannya jika disyukuri, dan bahwa banyak manusia yang mengingkari dan mengkufuri nikmat itu. Demikian Sayyid Quthub. Thabathaba’i menjelaskan bahwa surah ini menyifati al-Qur’an sebagai bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad saw. Ia dimulai dengan penjelasan

tentang tujuan risalah kenabian dan kitab suci yang dilukiskan oleh firmanNya: j £ \ J \ oU-lli j * “Supaya engkau mengeluarkan manusia dari aneka gelap gulita menuju cahaya terang benderang” (QS. Ibrahlm[14]: 1) dan ia pun ditutup dengan firman-Nya: aJ| j A UJi

I

'

j

-

*

“(Al-Qur ’an) ini adalahpenjelasan (yang sempuma) manusia dan su p a ya m ereka d ib e ri p erin g a ta n dengannya dan su paya mereka mengetahui bahwa D ia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar Ulul Albab (orang-orangyangberakal) m engam bilpelajaran” (QS. Ibrahim [14]: 52). Di tempat lain Thabathaba’i menjelaskan bahwa uraian terbanyak dari ayat-ayat surah ini berkisar pada tiga sifat Allah yang disebut pada awal ayat dan akhir ayat surah ini, yaitu Keesaan dan Keperkasaan-Nya serta keterpujian segalaperbuatan-Nya. Surah ini berhubungan dengan sangat serasi dengan surah sebelumnya, yakni ar-R a‘d. Pada akhir surah yang lalu ditegaskan bahwa tidak ada kesaksian melebihi kesaksian siapayang memiliki ilmu al-Kitab. Ini berarti bahwa al-Kitab - dalam hal ini al-Qur’an - adalah saksi kebenaran yang amat kukuh melalui kemukjizatan-kemukjizatannya, baik dari segi redaksinya yang sangat mempesona maupun kandungannya yang menghidangkan aneka informasi dan pengetahuan. Nah, pada awal ayat surah ini, kitab yang dimaksud dibicarakan oleh ayatnya yang pertama, dan berbeda dengan surah-surah sebelumnya yang menggunakan bentuk difinit/ma ‘rifah yaitu al-kitab ketika menunjuk kitab itu. Di sini - pada surah Ibrahim - kitab tersebut ditunjuk dengan menggunakan redaksi yang berbentuk indifinit/nakirah yaitu kitab - tanpa al - untuk mengisyaratkan keagungan dan kebesarannya. Yakni ia adalah kitab yang sangat agung tidak teijangkau oleh nalar kamu, selain dengan menyebutnya sebagaimanabentuk dan kata itu. Demikian al-Biqa‘i.

w a s /

AYAT 1 j\ ^

o iu jjiii j \ o iu k J i ja

^ > s j a n i oiUjii O i - r 0 ) wUgixJi

he\'j~P

“A lif Lam, Ra ’. K itab ya n g Kami turunkan kepadamu supaya engkau mengeluarkan manusia dari aneka gelap gulita menuju cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, yaitu ja la n Tuhan Yang Maha M ulia lagi M aha Terpuji. ”

Kitab yang siapa pun memahami secara baik kandungannya dapat menjadi saksi kebenaran Nabi Muhammad saw. Cukuplah ia bersama Allah menjadi saksi, walau semua orang menolak kerasulanmu wahai Muhammad! Alif, Lam, Ra ’adalah huruf-huruf yang merangkai kata-kata kitab tersebut. Cobalah buat semacamnya jika kamu ragu. Tetapi, pasti tidak seorang pun yang mampu. Itulah Kitab yang sangat agung yang Kami dengan perantaraan malaikat Jibril turunkan kepadamu wahai Nabi M uhammad dengan berbahasa Arab supaya engkau melalui tuntunan-tuntunannya mengeluarkan manusia seluruhnya dari aneka gelap gulita apapun bentuk dan jenisnya menuju satu cahaya terang benderang dengan izin Tuhan yang selalu berbuat baik kepada mereka, yaitu ja la n yang sangat lebar dan luas yang mengantar menuju Allah, Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji. Alif, Lam, Ra ’dan huruf-huruf yang serupadengannyatelahdijelaskan secara panjang lebar pada surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya yang dimulai dengan huruf-huruf serupa.

6

Kelompok I ayat 1

Surafi iBrdfiim (14)

f

CV ' Pada ayat pertama al-A‘raf kata diturunkan berbentuk pasif, sedang di sini digunakan bentuk aktif dengan menyebut pelaku yang menurunkannya yaitu Allah swt. “Kami turunkan ” hal ini agaknya disebabkan karena di sini yang akan ditonj olkan adalah anugerah Allah melalui apa yang di turunkan itu yakni mengeluarkan manusia dari aneka gelap gulita menuju cahaya terang benderang, sedang ayat al-A‘raf itu bertujuan menghibur nabi dan menyabarkan beliau menghadapi penolakan kaumnya. Ayat diatas - sebagaimana kebiasaan al-Qur’an - menggunakan bentuk jamak untuk kata ( o u ik J i) azh-zhulumdt/aneka gelap, sedang kata (j J l ) an-nur berbentuk tunggal. Ini untuk mengisyaratkan bahwa kegelapan bermacam-macam serta beraneka ragam dan sumbemya pun banyak. Setiap benda pasti mempunyai bayangan dan bayangan itu adalah gelap sehingga gelap menjadi banyak, berbeda dengan cahaya. Demikian tulis banyak ulama tafsir. Dapat juga dikatakan bahwa sumber kegelapan ruhani dan penyebabnya banyak, sedang terang hanya satu, karena sumbemya hanya dari Yang Maha Esa, dalam fmnan-Nya: j j * J*

*

'

^ ^ 'j y ^

'

"Barang siapa ya n g tidak mendapat nur dari Allah, maka tidaklah ia memperoleh cahaya sedikitpun ” (QS. an-Nur [24]: 40). Ayat di atas mendahulukan penyebutan kata ( o u lk l i) azh-zhulumdt/ aneka gelap atas kata ( jjJ i ) an-nur/terang, bukan s a ja - seperti pendapat sementara ulama - karena gelap lebih dahulu wuj ud dari terang, tetapi agaknya juga untuk mengisyaratkan bahwa manusia hendaknya selalu menuj u ke arah positif/terang. Dan perlu diingat bahwa di atas cahaya ada cahaya yang melebihinya. Selanjutnya pada saat anda disinari oleh terang - katakanlah dengan kekuatan 40 Watt, maka terang yang dipancarkannya relatif menjadi gelap, bila kekuatannya meningkat menjadi 60 Watt. Demikian ayat ini dan yang semacamnya mengantar manusia untuk selalu mengarah kepada terang dan meninggalkan kegelapan walau yang sifatnya relatif. Ketika menafsirkan surah al-Fatihah, penulis antara lain mengemukakan bahwa kata (Js\Tp)shirdt terambil dari kata ( ) saratha, dan karena huruf (— ■’) sin dalam kata ini bergandengan dengan huruf ( j ) ra ’, maka huruf (— j) sin terucapkan ( — o) sh a d ( b \r p) shirdt atau ( j ) zai ( j j ) zirath. Asal katanya sendiri bermakna menelan. Jalan yang lebar dinamai shirath karena sedemikian lebamya seliingga ia bagaikan menelan si pejalan.

Ilfflf

S u rah ISrafiim (14)

Kelompok I ayat 1

Shirdth bagaikan jalan tol. Anda tidak dapat lagi keluar atau tersesat setelah memasukinya. Bila memasukinya Anda tefah ditelan olehnya dan tidak dapat keluar kecuali setelah tiba pada akhir tujuan peijalanan. Kata itu ditemukan dalam al-Qur’an sebanyak 45 kali. Kesemuanya dalam bentuk tunggal, 32 kali diantaranya dirangkaikan dengan kata mustaqim, selebihnya dirangkaikan dengan berbagai kata seperti as-Sawy, Sawci ’ dan al-Jahim. Selanjutnya bila shirath dinisbahkan kepada sesuatu maka penisbahannya adalali kepada Allah swt. seperti kata shirathaka (jalanMu) atau shirathl ( jalan-Ku) atau shirdth al- ‘A ziz al-H am id (jalan Tuhan Yang M aha Perkasa lagi Maha Terpuji), dan juga kepada orang-orang mukmin yang mendapat anugerah nikmat Ilahi seperti dalam ayat al-Fatihah shiratha alladzina an ‘amta ‘alaihim. Kata shirdth berbeda dengan kata ( J?-*1) sabil yang juga seringkali diterjemahkan dengan jalan. Kata sabil ada yang berbentuk jamak seperti subul as-saldm (jalan-jalan kedamaian) ada pula yang tunggal, dan ini ada yang dinisbahkan kepada Allah seperti sabililldh, atau kepada orang bertakwa, seperti sabil al-muttaqin dan ada juga yang dinisbahkan kepada setan dan tirani seperti sabil ath-thdghut atau jalan orang-orang berdosa sabil al-mujrimin. Penggunaan di atas, menunjukkan bahwa shirdth hanya satu, dan selalu bersifat benar dan hak. Berbeda dengan sabil yang bisa benar dan bisa salah, bisa merupakan jalan orang-orang bertakwa dan bisajuga jalan orang-orang durhaka. Shirdth adalah jalan yang luas, semua orang dapat melaluinya, tanpa berdesak-desakan. Berbeda dengan sabil, dia banyak namun merupakan jalan kecil atau lorong-lorong. Tak mengapa anda menelusuri sabil asal pada akhimya Anda menemukan jalan tol itu, yakni jalan yang luas lagi lurus. Apa yang dikemukakan ini, mengantar seorang muslim untuk berlapang dada menghadapi perbedaan sabil, atau pendapat dan pandangan selama pandangan itu dapat mengantar ke ash-shirath al- 'Aziz al-Hamid. Dengan demikian seorang muslim tidak akan berpandangan picik dan menganggap bahwa hanya satu jalan, yakni sabil, atau beranggapan bahwa madzhab/ jalannya saja yang benar, dan jalan yang lain salah. Bukankah banyak sabil yang dapat mengantar menuju ash-shirath al-mustaqiml Kata ( jijfi ) al- ‘aziz terambil dari kata ( jp ) ‘azza yang mengandung makna suatu kondisi yang menjadikan penyandangnya tidak terkalahkan, dan tidak dapat dicapai. Kata ini juga merupakan antonim dari dzillah yakni kehinaan.

Kelompok I ayat 1

Surafi I6rafiim (14)

Thabathaba’i menulis bahwajalan yang diajak oleh al-Q ur’an agar ditempuh adalah jalannya Allah yang 'Aziz dan Hamid yakni yang selalu menang dan tidak terkalahkan, Yang Maha Kaya dan tidak butuh kepada apa dan siapa pun serta selalu indah dalam perbuatan-Nya dan melimpah anugerahNya. Nah, kalau yang melimpahkan anugerah itu selalu menang, Maha Kaya, dan Terpuji perbuatan-perbuatan-Nya maka menjadi kewajiban yang dianugerahi nikmat untuk memperkenankan ajakan-Nya dan memenuhi undangan-Nya, agar mereka dapat berbahagia dengan limpahan nikmat, serta mereka pun harus takut menghadapi murka dan siksa-Nya yang pedih, karena Dia Maha Kuat, tidak membutuhkan sesuatu pun. D ia - kalau berkehendak - dapat m em biarkan m ereka pergi atau membinasakan mereka dan menggantinya dengan yang lain sebagaimana yang telah dilakukan-Nya terhadap orang-orang yang mengkufuri nikmat-nikmat-Nya dari umat-umat yang lalu. Sungguh bukti-bukti yang terhampar di langit dan di bumi, kesemuanya membuktikan bahwa segala nikmat hanya bersumber dari-Nya, dan Dia adalah Tuhan Pemilik kemuliaan dan Pemilik puj ian tiada tuhan selainNya. Demikian lebih kurang Thabathaba’i. Banyak ulama membahas mengapa ayat di atas mendahulukan penyebutan sifat ‘A ziz atas Hamid. Pakar tafsir Abu Hayyan misalnya berpendapat bahwa karena sebelum menyebut kedua sifat itu telah diuraikan bahwa Allah menurunkan kitab al-Qur’an untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju...


Similar Free PDFs