Analisis Faktor Lingkungan pada Dua Tapak dengan Kerapatan Tajuk Berbeda di Taman 372 Kolmas Cimahi - Praktikum Ekologi Hutan Tropika PDF

Title Analisis Faktor Lingkungan pada Dua Tapak dengan Kerapatan Tajuk Berbeda di Taman 372 Kolmas Cimahi - Praktikum Ekologi Hutan Tropika
Author Faza Iza Mahezs
Pages 13
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 560
Total Views 676

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN TROPIKA (BW-2203) ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN PADA DUA TAPAK DENGAN KERAPATAN TAJUK BERBEDA DI TAMAN 372 KOLMAS CIMAHI Tanggal praktikum : 4 Februari 2021 Tanggal pengumpulan : 12 Februari 2021 Disusun oleh: Kelompok 3 Faza Iza Mahezs 11519010 Asisten: Fransisca Anjari...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Analisis Faktor Lingkungan pada Dua Tapak dengan Kerapatan Tajuk Berbeda di Taman 372 Kolmas Cimahi - Praktikum ... Faza Iza Mahezs

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Dasar-dasar-ilmu-t anah muji adi

Penampakan Sifat Fisik Tanah Terbakar dan T idak Terbakar pada Berbagai Veget asi di Lahan Kering Dorpaima Lumban Gaol Fisika Lingkungan (Teori, Konsep Dan Pengukurannya) Tomy Michael

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN TROPIKA (BW-2203)

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN PADA DUA TAPAK DENGAN KERAPATAN TAJUK BERBEDA DI TAMAN 372 KOLMAS CIMAHI

Tanggal praktikum Tanggal pengumpulan

: 4 Februari 2021 : 12 Februari 2021

Disusun oleh: Kelompok 3

Faza Iza Mahezs

11519010

Asisten: Fransisca Anjari Anggoro Jati

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2021

I.

Tujuan Analisis terhadap faktor lingkungan pada dua tapak yang memiliki

kerapatan tajuk yang berbeda di Taman 372 Kolmas Cimahi, memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menentukan kondisi curah hujan dan pada kedua tapak. 2. Menentukan faktor mikroklimat (suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya) yang mempengaruhi kondisi tapak serta perbandingannya di antara tapak terbuka dan ternaung. 3. Menentukan

faktor

edafik

(tekstur

dan

kadar

perbandingannya di antara tapak terbuka dan ternaung.

air

tanah)

serta

II.

Hasil dan Pembahasan 2.1 Kondisi Curah Hujan di Kedua Tapak Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat

yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter (Maulidani, 2015).

Gambar 2.1 Curah hujan dan temperatur bulanan pada tahun 2021 (Sumber: http://gisweb.ciat.cgiar.org/MarkSimGCM/#)

Pada kegiatan analisis, lokasi tapak terbuka dan tapak ternaung berada pada area yang berdekatan, sehingga kondisi curah hujan pada kedua tapak cenderung relatif sama. Pada Gambar 2.1, diketahui pada saat dilakukan kegiatan pengambilan data menggunakan weather generator untuk analisis pada bulan Februari 2021, curah hujan di Taman 372 Kolmas Cimahi menunjukkan angka 281 mm dan menurut Schmidt-Ferguson (1951) dalam Hanafi (1988), angka curah hujan tersebut termasuk ke dalam bulan basah dimana curah hujan lebih besar dari 100 mm. Pola curah hujan di Taman 372 Kolmas Cimahi pada tahun 2021 ini cenderung fluktuatif menyesuaikan dengan perubahan musim yang terjadi. Curah hujan ratarata terhitung pada angka 210,4 mm dengan curah hujan tertinggi diprediksi terjadi pada bulan Desember sebesar 318 mm dan curah hujan terendah diperkirakan terjadi pada bulan Juli sebesar 69 mm. Bulan basah dengan nilai curah hujan lebih besar dari 100 mm terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober,

November, dan Desember sedangkan Bulan kering dengan nilai curah hujan lebih kecil dari 60 mm tidak terjadi sama sekali. Adapun persamaan penentuan tipe curah hujan yang dinyatakan dalam nilai Q adalah sebagai berikut: 𝑄=

𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ

Berdasarkan data pada Gambar 2.1, diperoleh nilai rata-rata jumlah Bulan kering = 0 dan rata-rata jumlah Bulan basah = 8 sehingga diperoleh nilai Q = 0. Berdasarkan tipe curah hujan menurut Schmidt-Ferguson pada Tabel 2.1, maka area Taman 372 Kolmas Cimahi pada tahun 2021 memiliki tipe curah hujan A dengan sifat yang sangat basah. Tabel 2.1 Tipe curah hujan menurut Schmidt-Ferguson (Sumber: Hanafi, 1988)

Nilai Q (%) 0 ≤ Q < 14,3 14,3 ≤ Q < 33,3 33,3 ≤ Q < 60 60 ≤ Q < 100 100 ≤ Q < 167 167 ≤ Q < 300 300 ≤ Q < 700 700 ≤ Q

Tipe Curah Hujan A B C D E F G H

Sifat Sangat basah Basah Agak basah Sedang Agak kering Kering Sangat kering Luar Biasa kering

2.2 Faktor Mikroklimat pada Tapak Ternaung dan Terbuka Mikroklimat adalah suatu kondisi lapisan atmosfer yang dekat dengan permukaan tanah atau sekitar tanaman atau tumbuhan yang terdiri dari suhu, kelembaban, tekanan udara, keteduhan dan dinamika energi radiasi matahari. Keadaan faktor-faktor mikroklimat tersebut akan mempengaruhi tingkah laku dan metabolisme yang terjadi pada tubuh makhluk hidup sekitarnya. Sebaliknya, keberadaan tumbuhan dan mahluk hidup lainnya akan mempengaruhi keadaan iklim mikro di sekitarnya (Lakitan, 2002). Pada analisis faktor mikroklimat ini, pengambilan data hanya terdiri dari 3 faktor, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya seperti dalam Gambar 2.1, 2.2, dan 2.3 pada 2 lokasi yang berbeda, yaitu tapak terbuka dan tapak ternaung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.2.

Suhu Udara

Suhu udara (◦C)

2.2.1

22,2 22 21,8 21,6 21,4 21,2 21 20,8 20,6 20,4

22

21

Terbuka

Ternaung

Tapak Gambar 2.2 Grafik perbandingan suhu udara pada kedua tapak

Menurut Asdak suhu akan mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi. Suhu juga dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat memprakirakan serta menjelaskan kejadian penyebaran air di muka bumi, maka dari itu, penting untuk mengetahui bagaimana menentukan besarnya suhu udara (Asdak, 2002). Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Gambar 2.2, area tapak terbuka memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada area tapak ternaung dengan selisih 1◦C. Hal tersebut dapat terjadi karena pada permukaan terbuka, paparan radiasi matahari yang diterima akan langsung menyentuh permukaan tanah tanpa ada suatu penghalang dan tidak dipantulkan kembali (Lakitan, 2002). Berbeda dengan tapak ternaung yang memiliki tutupan oleh tajuk pepohonan yang mampu menyerap radiasi matahari. Oleh karena itu,

tajuk pohon akan memberikan pengaruh

terciptanya cooling effect di area sekitarnya dengan menurunkan suhu udara (Oliveira et al. 2012; Cohen et al. 2010; Shahidan et al. 2010).

Kelembaban Udara

Kelembaban udara (%)

2.2.2

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

89

89

Terbuka

Ternaung

Tapak Gambar 2.3 Grafik perbandingan kelembaban udara pada kedua tapak

Faktor kelembaban udara sangat berkaitan dengan faktor lainnya seperti curah hujan. Wilayah dengan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan wilayah tersebut juga memiliki kelembaban udara relatif tinggi, misalnya pada wilayah tropis, yang dicirikan dengan jumlah hujan > 2.500 mm per tahun (Purbowaseso, 2004). Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Gambar 2.3, presentase kelembaban di antara kedua jenis tapak memiliki nilai yang sama, yaitu 89%. Secara teoritis, kondisi kedua tapak yang berbeda seharusnya menghasilkan nilai kelembaban yang berbeda pula. Kelembaban udara akan berubah seiring dengan perubahan energi panas yang berasal dari sinar matahari. Pada tapak ternaung, penetrasi sinar matahari terhambat oleh adanya naungan tajuk dan seharusnya mengakibatkan terjadinya peningkatan kelembaban udara karena terjadi peristiwa penurunan laju evaporasi yang menyebabkan tekanan uap semakin besar sehingga kandungan air bertambah (Widiastuti, 2004). Begitupun sebaliknya, pada tapak terbuka yang seharusnya mengalami penurunan kelembaban.

Intensitas Cahaya Intensitas cahaya (lumens/m2)

2.2.3

7000

6157

6000 5000 4000 3000 2000 1000

86

0 Terbuka

Ternaung

Tapak Gambar 2.4 Grafik perbandingan intensitas cahaya pada kedua tapak

Menurut Padmanaba intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per sudut. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd) dan pada pengukuran ini alat yang digunakan adalah lux light meter yang mengahasilkan output intensitas cahaya dalam satuan lux = lumens/m2. Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang masuk pada satu luas permukaan (Padmanaba, 2006). Berdasarkan Gambar 2.4, diperoleh informasi bahwa intensitas cahaya pada tapak terbuka memiliki nilai yang lebih tinggi sebesar 6157 lumens/m2 dibandingkan dengan tapak ternaung yang hanya menunjukkan 86 lumens/m2. Selisih intensitas cahaya di antara keduanya sangat tinggi, hal tersebut terjadi karena nilai intensitas cahaya berbanding lurus dengan paparan cahaya matahari yang langsung diterima pada permukaan masing-masing area. Semakin tinggi intensitas/kerapatan naungan, maka tingkat penerimaan cahaya matahari akan semakin rendah hingga menyebabkan nilai intensitas cahayanya akan berkurang (Anggraeni, 2010).

2.3 Faktor Edafik pada Tapak ternaung dan Terbuka Mawarti (2012), menyatakan bahwa faktor-faktor edafik adalah faktorfaktor yang bergantung pada keadaan tanah, kandungan air dan udara di dalamnya. Perbedaan-perbedaan pada tanah sering merupakan penyebab utama terjadinya perubahan vegetasi dalam daerah iklim yang sama. Oleh sebab itu, faktor edafik

mempunyai arti yang sangat besar bagi tumbuhan. Pada analisis ini, pengambilan data dilakukan untuk memperoleh informasi terkait kondisi tekstur tanah dan kadar air seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.2. Tabel. 2.2 Perbandingan kondisi tekstur tanah dan kadar air pada kedua tapak

Faktor Edafik Tekstur Tanah Kadar Air (%)

Tapak Ternaung Lempung berdebu (silt loam) 53

Tapak Terbuka Debu (silt) 59

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat yang menyusun massa tanah. Fraksi liat berukuran < 2 mikron (< 0,002 mm), fraksi debu berukuran 2 – 50 mikron (0,002 – 0,05 mm), dan fraksi pasir berukuran 50 – 200 mikron (0,05 – 2 mm). Hasil pengamatan tekstur tanah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2 pada kedua tapak menunjukkan hasil yang berbeda. Karakteristik tekstur tanah seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.5 yang mana menggunakan sistem USDA (United States Department of Agriculture), pada tapak terbuka diketahui terdiri atas 8,7% fraksi pasir, 82,6% fraksi debu, serta 8,7% fraksi liat sehingga menghasilkan tekstur tanah debu (silt) yang bersifat agak halus dan agak lekat, tetapi tidak licin. Sedangkan, karakteristik tanah pada tapak ternaung diketahui tersusun atas 10,3% fraksi pasir, 75,9% fraksi debu, dan 13,8% fraksi liat sehingga menghasilkan tekstur tanah lempung berdebu (silt loam) yang bersifat licin, membentuk bola teguh, pita dan lekat (LPT, 1979).

Gambar 2.5 Analisis kondisi tekstur tanah tapak terbuka (kiri) dan tapak ternaung (kanan) (Sumber: United States Department of Agriculture (USDA))

Kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi (Hanafiah, 2007). Pada Tabel 2.2 diperoleh informasi bahwa kadar air tanah pada tapak terbuka memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu sebesar 59% dibandingkan dengan kadar air tanah tapak yang berada dalam naungan yang menunjukkan angka 53%. Hal tersebut dapat terjadi karena tekstur tanah tapak terbuka yang proporsinya dominan disusun oleh fraksi debu memiliki daya ikat air yang lebih kuat dibandingkan dengan tanah pada tapak ternaung yang bertekstur lempung berdebu. Meskipun kedua jenis tanah memiliki proporsi fraksi debu yang dominan, tetapi pada tekstur tanah lempung berdebu tapak ternaung, konsentrasi fraksi pasirnya lebih tinggi yang mana menurut Rosyidah dan Wirosoedarmo (2013), mereka menyatakan bahwa tanah yang bertekstur kasar seperti pasir mempunyai kemampuan menahan air yang kecil dari pada tanah bertekstur halus.

III.

Kesimpulan

1. Curah hujan di Taman 372 Kolmas Cimahi pada bulan Februari berada pada 281 mm dan secara keseluruhan, pada tahun 2021 diprediksi memiliki tipe curah hujan sangat basah. 2. Suhu udara dan intensitas cahaya tertinggi berada pada tapak terbuka dengan nilai masing-masing 22◦C dan 6157 lumens/m2. Sedangkan kelembaban udara pada kedua tapak menunjukkan angka yang sama, sebesar 89%. 3. Hasil pengujian tekstur tanah menunjukkan tanah tapak terbuka bertekstur debu (silt) dan tanah tapak ternaung bertekstur lempung berdebu (silt loam) dengan kadar air tanah tertinggi berada pada tanah tapak terbuka.

IV.

Daftar Pustaka

Anggraeni, B.W. 2010. Studi morfo-anatomi dan pertumbuhan kedelai (Glycine max (L.) Merr.) pada kondisi cekaman intensitas cahaya rendah. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Asdak,Chay, 2002, Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hakim, N., M.Y. Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, R. Saul, A. Diha, G.B. Hong, dan H.H Bailey. 1986. Dasar–Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hanafi. 1988. Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi.Buku. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 189. LPT (Lembaga Penelitian Tanah). 1979. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Lembaga Penelitian Tanah, Bogor. Mawarti, I., 2012. Pengaruh Faktor Edafik Terhadap Penyebaran Tumbuhan. https://indahmawarti.wordpress.com/2012/10/20/pengaruh-faktor edafikterhadap-penyebaran-tumbuhan/ Diakses pada tanggal 11 Februari 2021. Oliveira S, Andrade H, Vaz T. 2011. The Cooling Effect of Green Spaces as a Contribution to the Mitigation of Urban Heat: A Case Study in Lisbon. J Building and Enivironment 46:2186- 2194. Padmanaba, 2006. Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap Produktivitas Mahasiswa Desain Interior. http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php Diakses pada tanggal 1 Februari 2021. Purbowaseso, B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Rosyidah.E, dan Wirosoedarmo. R., 2013. Pengaruh Sifat Fisik Tanah pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus Di Kelurahan Sumbersari Malang). J. AGRITECH. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Widiastuti L., Tohari., Endang S. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan Dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian 11(2):35-42.

V.

Lampiran

Gambar 5.1 Percobaan penentuan tekstur tanah pada kedua tapak

Gambar 5.2 Rona lingkungan tapak terbuka (kiri) dan tapak ternaung (kanan)...


Similar Free PDFs