Animal Reproduction PDF

Title Animal Reproduction
Author Fais Saka
Pages 122
File Size 5.8 MB
File Type PDF
Total Downloads 26
Total Views 236

Summary

LAPORAN KEGIATAN PPDH ROTASI REPRODUKSI VETERINER yang dilaksanakan di LABORATORIUM REPRODUKSI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Oleh: M. RIFA’IS, S.KH 160130100111011 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 BAB 1 PE...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Animal Reproduction Fais Saka

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Ilmu Kebidanan dan Kemajiran Vet eriner "Diagnosa Kebunt ingan" Ihsanul Firdaus

Aria Wiria At maja Rahmad Lubis Saleh XXXVII Aria At maja LAPORAN PRAKT IKUM ILMU REPRODUKSI T ERNAK GABUNG helga audia

LAPORAN KEGIATAN PPDH ROTASI REPRODUKSI VETERINER yang dilaksanakan di LABORATORIUM REPRODUKSI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Oleh: M. RIFA’IS, S.KH 160130100111011

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Reproduksi adalah naluri setiap organisme untuk berkembangbiak dan kelangsungan hidup. Kelangsungan hidup individu mempunyai peran untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian spesies. Dalam dunia peternakan, reproduksi merupakan hal yang sangat penting, karena suatu peternakan dianggap sukses apabila memiliki jumlah ternak yang banyak, dengan jumlah ternak yang banyak maka hasil produksi ternak dapat terus ditingkatkan (Hardijanto dkk, 2010). Reproduksi adalah suatu proses perkembangbiakan pada ternak yang diawali dengan bersatunya sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) sehingga terbentuk zigot kemudian embrio hingga fetus dan diakhiri dengan apa yang disebut dengan kelahiran. Pada proses reproduksi ini menyangkut hewan betina dan jantan. Secara umum, proses reproduksi ini melibatkan dua hal yakni, sel telur atau yang biasa disebut dengan ovum dan sel mani atau yang biasanya disebut dengan sperma. Ovum sendiri dihasilkan oleh ternak betina melalui proses ovulasi setelah melalui beberapa tahap perkembangan folikel (secara umum disebut dengan proses oogenesis yakni proses pembentukan sel telur atau ovum), sedangkan sperma diproduksi oleh ternak jantan melalui proses spermatogenesis (proses pembentukan sel gamet jantan atau sperma yang terjadi di dalam testis tepatnya pada tubulus seminiferus) (Feradis, 2007). Selain kedua hal tersebut di atas, terdapat beberapa hal juga mempunyai peranan penting dalam terbentuknya sebuah proses reproduksi yang baik. Hal tersebut adalah organ reproduksi pada ternak jantan dan betina itu sendiri, karena hal inilah yang nantinya dapat mempengaruhi produksi ovum dan sperma. Selain itu, proses estrus (masa keinginan kawin), ovulasi, dan fertilisasi (proses bertemunya sel gamet jantan dan sel gamet betina) juga sangat berperan dalam proses reproduksi (Hardijanto dkk, 2010). Hal yang paling penting dalam dunia kedokteran hewan selain penyakit adalah reproduksi. Oleh karena itu, sebagai calon dokter hewan harus mengetahui anatomi fisiologi reproduksi hewan betina maupun jantan, ilmu

1

inseminasi buatan, tindakan kebidanan serta pertolongan pada kelahiran dan kemajiran.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi dan fisiologi reproduksi alat kelamin jantan dan betina ? 2. Bagaimana cara melakukan pengolahan pada semen domba ? 3. Bagaimana cara melakukan pertolongan kelahiran dan kemajiran pada hewan ? 4. Bagaimana cara melakukan aspirasi folikel pada organ reproduksi hewan betina ?

1.3 Tujuan 1. Dapat mengetahui anatomi dan fisiologi reproduksi alat kelamin jantan dan betina. 2. Dapat mengetahui cara melakukan pengolahan pada semen domba. 3. Dapat mengetahui cara melakukan pertolongan kelahiran dan kemajiran pada hewan. 4. Dapat mengetahui cara melakukan aspirasi folikel pada organ reproduksi hewan betina.

1.4 Manfaat Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH)

Universitas

Brawijaya

Rotasi

Reproduksi

Veteriner

adalah

mendapatkan tambahan pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan keterampilan khususnya di bidang reproduksi veteriner serta untuk memenuhi salah satu kompetensi dokter hewan.

2

BAB 2 METODOLOGI

2.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan

PPDH

Rotasi

Reproduksi

Veteriner

ini

dilakukan

di

Laboratorium Reproduksi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya. Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 minggu mulai tanggal 14 Februari 2017 sampai dengan 3 Maret 2017. 2.2 Peserta dan Pembimbing PPDH Peserta kegiatan Koasistensi Rotasi Reproduksi Veteriner ini adalah mahasiswa PPDH FKH Universitas Brawijaya yang berada dibawah bimbingan Drh. Aulia Firmawati, M.Vet. Nama

: M. Rifa’is, S.KH

NIM

: 160130100111011

Program Studi

: Pendidikan Profesi Dokter Hewan

Universitas

: Universitas Brawijaya

Nomor Telepon

: 085859360998

E-mail

: [email protected]

2.3 Metode Kegiatan 2.3.1 Fisiologi Reproduksi 2.3.1.1 Swab Vagina (Vaginal Smear) Mencit Kegiatan vaginal smear dilakukan untuk mengetahui salah satu siklus birahi atau perubahan fase pada siklus birahi. Alat dan bahan yang digunakan meliputi objek glass, cotton bud, mencit betina, NaCl fisiologis 0,9%, alkohol 70%, pewarnaan giemsa. Prosedur yang dilakukan dalam kegiatan vaginal smear yaitu mencit dihandling dengan cara memegang bagian tengkuk menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian ekor ditarik dan dijepit dengan jari kelingking lalu mencit tersebut diposisikan rebah ventral. Selanjutnya, salah satu ujung cotton bud dibasahi dengan NaCl fisiologis 0,9% dan dimasukkan secara perlahan ke dalam vagina mencit kira-kira dalamnya ±2 mm, diputar searah jarum jam sebanyak dua hingga tiga kali (Gambar 2.1).

3

Gambar 2.1 Vaginal smear pada mencit (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Ujung cotton bud tersebut dioleskan pada objek glass. Lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40-400x untuk mengetahui adanya sel-sel epitel, sel kornifikasi atau sel leukosit. Setelah ditemukan adanya sel epitel atau sel yang lainnya dilanjutkan dengan tahap pewarnaan. Tahap pewarnaan dilakukan dengan cara ulasan vagina pada objek glass ditetesi dengan alkohol 70% sebagai proses dehidrasi jaringan. Lalu dicuci dengan air mengalir. Kemudian ditetesi dengan pewarna giemsa secara merata. Dibiarkan selama 1 menit. Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Selanjutnya preparat apusan vagina yang sudah jadi diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40-400x. Lalu diamati gambaran sel pada preparat tersebut. 2.3.2 Kebidanan 2.3.2.1 Alat-alat Kebidanan Alat-alat kebidanan dibedakan menjadi dua yaitu alat kebidanan untuk pertolongan kelahiran dan alat kebidanan untuk fetotomi.

 Alat kebidanan untuk pertolongan kelahiran

Alat ini digunakan sebagai teknik manipulasi dengan menarik atau mengubah posisi fetus yang awalnya mengalami abnormalitas menjadi dalam keadaan yang memungkinkan fetus untuk bisa dikeluarkan dari tubuh induk. Metode manipulasi ini meliputi retropulsi, eksitasi, rotasi, dan retraksi. Penanganan yang dilakukan dapat menggunakan tangan atau dengan bantuan alat-alat kebidanan. Berikut adalah macam-macam alat kebidanan untuk pertolongan kelahiran;

4

Tabel 2.1 Alat kebidanan untuk pertolongan kelahiran No 1

Nama Alat

Fungsi Digunakan untuk membantu retropulsi ekstremitas bila terjadi penekukan.

Gambar 2.2 Khun crutch

2

Digunakan untuk membantu memfiksasi ekstremitas agar tetap pada posisi dan membantu traksi.

Gambar 2.3 Rantai

3

Digunakan untuk membantu tali menjerat bagian tubuh fetus apabila tidak ada ekstremitas yang dapat difiksasi. Gambar 2.4 Introducer bengkok

4

Digunakan untuk membantu mentraksi pada bagian ekstremitas dan kepala fetus.

Gambar 2.5 Tali

5

Digunakan untuk memudahkan dalam traksi fetus.

Gambar 2.6 Obstretical chain dan handles

5

6

Digunakan untuk membantu meringankan saat mentraksi fetus apabila pertolongan kelahiran dengan orang terbatas (prinsip seperti katrol). Gambar 2.7 Calf puller

7

Digunakan untuk membantu melakukan rotasi pada fetus.

Gambar 2.8 Tongkat

 Alat kebidanan untuk fetotomi Fetotomi adalah tindakan memotong-motong bagian tubuh fetus pada beberapa persendian atau bagian yang keras untuk memudahkan pengeluaran fetus dari tubuh induknya. Tindakan ini biasanya dilakukan ketika terjadi distokia dan fetus sudah mati. Berikut adalah alat-alat kebidanan yang digunakan untuk fetotomi; Tabel 2.2 Alat kebidanan untuk fetotomy No 1

Nama Alat

Fungsi Digunakan untuk memotongmotong tubuh fetus.

Gambar 2.9 Gergaji kawat, fetotom, dan handle

2

Digunakan untuk memotongmotong tubuh fetus.

Gambar 2.10 Gergaji kawat dengan handle bulat

6

3

Digunakan untuk memotongmotong tubuh fetus.

Gambar 2.11 Fetotomy knife

4

Digunakan untuk mentraksi fetus dengan mengaitkan ke kedua mata fetus

Gambar 2.12 Kait mata

5

Digunakan untuk mentraksi fetus dengan mengaitkan ke anus.

Gambar 2.13 Kait anus

6

Digunakan untuk mentraksi fetus dengan dikaitkan ke bagian tubuh fetus.

Gambar 2.14 Krey hook

2.3.2.2 Penampungan Semen Menggunakan Vagina Buatan Koleksi semen bertujuan untuk memperoleh sperma yang berkualitas dari pejantan unggul untuk dapat diencerkan dan diproses sebagai sperma cair dan sperma beku. Syarat-syarat dalam koleksi semen yaitu pejantan yang digunakan harus sehat, cukup dewasa dengan tingkat libido yang baik. Selain itu, peralatan yang digunakan harus bersih dan steril. Tempat untuk koleksi semen dilakukan pada tempat yang bersih, aman dan tenang serta kolektor yang terampil. Koleksi semen meliputi beberapa tahap yang terdiri dari kegiatan pemasangan vagina buatan, penampungan semen, 7

pemeriksaan dan evaluasi semen. 1. Pemasangan vagina buatan Vagina buatan berfungsi untuk merangsang ejakulasi dari ternak jantan baik sapi, domba maupun domba. Alat dan bahan yang digunakan meliputi selaput karet tipis (inner liner), tabung karet tebal, corong karet, karet pengikat, gelas penampungan semen, air panas suhu 50-55°C, vaselin.

Gambar 2.15 Vagina buatan (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Pemasangan vagina buatan dilakukan dengan cara inner liner dimasukkan ke dalam tabung karet tebal hingga kedua ujungnya dapat dipegang. Dengan memegang tabung karet tebal dengan kuat, kedua ujung selaput karet tipis dilipat keluar hingga menutup kedua ujung tabung karet tebal dan membentuk rongga. Inner liner dirapikan agar tidak terjadi lipatan. Lalu corong karet dipasang pada ujung belakang vagina buatan. Kedua ujung vagina buatan diikat dengan karet pengikat untuk mencegah agar kedua ujung inner liner dan corong karet tidak terlepas. Gelas penampungan semen dipasang pada ujung corong karet menggunakan karet pengikat dan dilindungi dari sinar matahari dengan kertas alluminium foil. Pengisian air panas dilakukan dengan membuka tutup lubang pengisi air yang terpentil dan suhu air panas antara 50-55°C, diisikan ke dalam vagina buatan hingga penuh. Lubang pengisi air ditutup dan udara dipompakan melalui lubang terpentil hingga konsistensi dinding saluran vagina buatan seperti vagina hewan betina yang normal. Selanjutnya diperhatikan suhu di dalam saluran vagina buatan berkisar antara 42-45°C. Pelicin berupa vaselin dimasukkan ke dalam saluran vagina buatan. 8

2. Penampungan semen Penampungan semen dilakukan pada domba jantan yang sehat. Penampungan semen dilakukan oleh minimal dua orang yang terdiri dari satu orang memegang penjantan dan satu orang lagi sebagai operator yang menampung semen. Penampungan semen dilakukan dengan cara betina pemancing disiapkan dan diikat pada kandang jepit. Pejantan yang akan diambil semennya didekatkan pada jantan pemancing, dan dicegah agar tidak menaikinya. Pejantan didekatkan dan dijauhkan dari pemancicng 2-3 kali agar merangsang libidonya lebih besar dan volume semennya bertambah. Vagina buatan yang sudah disiapkan, diperiksa suhunya antara 42-45°C. Selanjutnya operator penampung semen mengambil posisi di belakang pemancing atau sebelah kanan pejantan. Tangan kanan operator memegang vagina buatan miring ke atas dengan kemiringan sekitar 45° dengan garis horizontal. Preputium pejantan dipegang tepat di pangkal penis menggunakan tangan kiri dan diarahkan masuk ke dalam vagina buatan saat pejantan naik dan melakukan gerakan ejakulasi. Selanjutnya tabung gelas penampung dilepaskan dari corong karet vagina buatan dan langsung diperiksa di laboratorium. Apabila tempat penampungan dan pemeriksaan jauh, maka semen harus disimpan di dalam termos yang berisi es dan beralaskan handuk pada suhu 5°C. 3. Pemeriksaan dan evaluasi semen Pemeriksaan semen bertujuan untuk mengetahui kualitas sperma baik secara makroskopis maupun mikroskopis sehingga nantinya dapat diencerkan dan dapat disimpan dalam waktu yang lama. Selain itu, kualitas sperma yang baik dapat dibekukan dalam bentuk straw, pellet (tablet) dan ampul. Pemeriksaan semen terdiri dari pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. a. Pemeriksaan makroskopis meliputi volume ejakulasi, konsistensi, bau, warna, derajat keasaman atau pH semen.

 Pemeriksaan terhadap volume semen domba bertujuan untuk menentukan volume semen dari domba jantan. Pemeriksaan volume menggunakan tabung berskala yang diperoleh dari setiap ejakulasi.

9

Diamati apakah volumenya rendah atau tinggi dan disesuaikan dengan standar. Rata-rata volume domba yaitu 0,5-2 ml, semen domba dengan volume rendah memiliki konsentrasi sperma yang tinggi sehingga menunjukkan warna krem atau putih susu.

 Pemeriksaan konsistensi (kekentalan) semen memerlukan suasana yang terang sehingga dapat melihat kebeningan dinding tabung penampung semen dengan jelas. Pemeriksaannya dilakukan dengan cara tabung dimiringkan dan ditegakkan kembali. Diamati apakah ada cairan atau tidak yang menempel pada dinding tabung dan waktu aliran semen cepat atau lambat.

 Pemeriksaan bau semen diperiksa dengan cara mencium bau semen pada tabung penampung. Apakah bau semen tersebut bau khas domba atau ada kelainan bau seperti bau busuk, bau urin, bau feses atau kotoran lain.

 Pemeriksaan warna semen dengan cara mengamati warna semen pada tabung penampung dan dibandingkan dengan warna yang normal atau standar.

 Pemeriksaan derajat keasaman menggunakan dipstick. Ujung strip dicelupkan ke dalam semen pada tabung penampungan berskala beberapa saat, kemudian diangkat dan dicocokkan dengan skala warna yang terdapat dalam kemasan dipstick. b. Pemeriksaan mikroskopis meliputi gerakan massa dan gerakan individu sperma, konsentrasi semen serta pembuatan sediaan ulas.

 Pemeriksaan gerakan massa yaitu dengan cara satu tetes semen diteteskan pada objek glass menggunakan pipet tetes. Kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100-400x.

 Pemeriksaan gerakan individu dilakukan dengan cara satu tetes semen diletakkan pada objek glass menggunakan pipet tetes, kemudian ditambah satu tetes larutan NaCl fisiologis. Lalu dicampur sampai homogen dan ditutup dengan cover glass. Selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100-400x.

 Pemeriksaan konsentrasi semen dilakukan menurut metode Rusia.

10

Cara yang dilakukan yaitu satu tetes semen diteteskan pada objek glass kemudian ditutup dengan cover glass. Lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100-400x.

 Pemeriksaan konsentrasi sperma menggunakan spektrofotometer. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah spermatozoa yang terkandung dalam setiap ml semen dengan menggunakan alat spektrofotometer atau spektromik dengan panjang gelombang 580 nm. Cara yang dilakukan yaitu kabel fitting spectromic dipasang ke dalam stop kontak. Jarum spektromik diatur supaya menunjukkan angka 0 disebelah kiri. Tabung kuvet yang berisi NaCl 2% dengan volume 10 ml yang telah ditentukan (sebagai standar). Jarum spektromik diatur sehingga menunjukkan tepat pada angka 100 dan 0 yang tertera pada skala yang berbeda di sisi kanan. Kemudian tabung kuvet yang berisi NaCl 2% sebanyak 10 ml (sebagai standar) diangkat dan ditambahkan sebanyak 0,05 ml atau satu tetes semen. Selanjutnya, diaduk dengan pengaduk atau spatula. Tabung kuvet yang berisi NaCl dan semen dimasukkan lagi ke dalam spektromik. Setelah itu, akan muncul hasil pada spektrofotometer dan disesuaikan dengan tabel. Jarum skala spektromik menunjukkan angka berapa, lalu dikonversikan menggunakan tabel daftar angka konversi konsentrasi spermatozoa (juta/ml).

 Pembuatan sediaan ulas dilakukan dengan cara disiapkan dua objek glass bersih. Objek glass diteteskan satu tetes kecil semen dan satu tetes pewarna eosin di sampingnya. Lalu dihomogenkan. Dibuat preparat ulas tipis dan preparat dikeringkan di atas bunsen. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop perbesaran 400 x. 2.3.3 Teknologi Reproduksi 2.3.3.1 Aspirasi Folikel Kegiatan aspirasi folikel pada organ reproduksi betina bertujuan untuk mendapatkan dan mengetahui kualitas oosit secara beragam. Oosit yang diperoleh akan dimaturasi dan difertilisasi secara in vitro. Tingkat fertilitas yang akan diperoleh berdasarkan terjadinya pembelahan oosit yang

11

terfertilisasi. Oosit domba dikoleksi dari rumah pemotongan hewan dengan cara koleksi organ reproduksi domba betina. Alat dan bahan yang digunakan antara lain organ reproduksi domba betina, NaCl fisiologis, cawan petri kecil, tissue, needle, spuit, dan mikroskop. Aspirasi folikel dilakukan dengan cara menyiapkan organ reproduksi betina yaitu ovarium. Selanjutnya spuit yang sudah dipasang needle diisi dengan NaCl fisiologis sebanyak 1-1,5 ml. Lalu dilakukan aspirasi folikel dengan cara menyedot cairan dalam folikel. Kemudian ditampung pada cawan petri kecil yang sudah dilap dengan tissue. Penampungan cairan folikel pada cawan petri dengan cara needle dibuka untuk mencegah cairan tidak menempel pada needle dan lapisan luar dari ovum yaitu kumulus oophorus. Spuit dicuci kembali dengan NaCl fisiologis sebanyak satu kali. Setelah cairan folikel sudah tertampung pada cawan petri, selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 40-100x. Diamati bentuk dari oosit tersebut.

Gambar 2.16 Proses aspirasi folikel (Sumber: Dokumentasi pribadi)

2.3.3.2 Flushing Embrio pada Tuba Fallopi Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan embrio yang digunakan pada teknik embrio transfer. Alat dan bahan yang digunakan meliputi saluran reproduksi domba betina yaitu pada tuba fallopi, NaCl fisiologis, tissue, spuit, iv catheter, cawan petri kecil dan mikroskop. Flushing embrio dilakukan dengan cara menyiapkan saluran reproduksi betina lalu foley catheter ditusukkan pada uteri tuba junction (UTJ). Setelah masuk, stylet ditarik secara perlahan dan foley catheter didorong masuk secara perlahan sampai ke tuba fallopi. Kemudian spuit

12

yang sudah berisi 5 ml NaCl fisiologis dihubungkan dengan foley catheter dan disemprot secara perlahan pada saluran reproduksi tersebut. Cairan akan keluar melalui fimbrae dan ditampung pada cawan petri kecil yang sudah dilap dengan tissue. Diamati warna cairan secara makroskopis dan dilanjutkan dengan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan perbesaran 40100x.

2.4 Jadwal Kegiatan Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan PPDH No 1.

Waktu 14 Februari 2017

2.

16 Februari 2017

3.

17 Februari 2017

4.

20 Februari 2017

5.

21 Februari 2017

6.

22 Februari 2017

7.

23 Februari 2017

8.

24 Februari 2017

9.

27 Februari 2017


Similar Free PDFs