Asuhan Kasus HIV PDF

Title Asuhan Kasus HIV
Author Hafifah Rinda Mahesti
Course Asuhan Gizi
Institution Universitas Diponegoro
Pages 33
File Size 668.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 155
Total Views 330

Summary

KASUSNama : Tn Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Tanggal lahir : 11 April 1994 Pekerjaan : Karyawan Umur : 25 tahun BB : 42 kg TB : 160 cm Tanggal masuk RS : 10 Mei 2019 No. RM : 579372Gambaran Umum Pasien Tn. E seorang laki-laki berusia 25 tahun, bekerja sebagai seorang karyawan, datang ke ru...


Description

KASUS Nama

: Tn.E

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Tanggal lahir

: 11 April 1994

Pekerjaan

: Karyawan

Umur

: 25 tahun

BB

: 42.7 kg

TB

: 160 cm

Tanggal masuk RS

: 10 Mei 2019

No. RM

: 579372

Gambaran Umum Pasien Tn. E seorang laki-laki berusia 25 tahun, bekerja sebagai seorang karyawan, datang ke rumah sakit dengan keluhan lemas, pusing, demam naik turun, mual, sariawan pada mulut, serta sakit perut dan BAB berwarna hitam. Hasil pemeriksaan klinis saat awal masuk rumah sakit menunjukkan tekanan darah 115/70 mmHg, RR 84 x/menit, dan suhu tubuh 37,2 oC. Pasien terlihat kurus, dan terdapat bercak merah di sekujur tubuh dan mengeluh gatal. Tinggi badannya 160 cm, dan Berat badannya 42,7 kg. Diagnosa medis menunjukkan Tn.E adalah ODHA, PCP (Pneumocystis Carinii Pneumonia), Candidiasis oral, serta melena. Hasil pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : Pemeriksaan Hemoglobin Leukosit Trombosit Hematokrit Ureum Kreatin SGOT SGPT Natrium Kalsium Calium CD4

Hasil 10.6 Mg/dl 6.3 /Ul 300.10 /Ul 33.2 % 18 Mg/dl 0.66 mg/dl 39 U/L 27 U/L 139 mmol/dl 4.4 mmol/dl 1.8 mmol/dl 47

Pola makan Tn.E teratur yaitu 3 x/hari, setiap kali makan, 1sampai 2 centong nasi. Lauk nabati yang biasa dimakan adalah tahu tempe yang biasa diolah dengan cara dibacem atau di goreng, satu kali makan menghabiskan 1 potong. Lauk hewani yang biasa di konsumsi yaitu ayam, telur, dan ikan.. Menyukai semua jenis sayuran, yang biasa dimakan dirumah adalah wortel, sawi, terong dan buncis. Buah yang biasa dikonsumsi yaitu buah naga, papaya, alpukat, melon, dan semangka. Memiliki kebiasaan mengkonsumsi teh 3 gelas setiap hari dengan penambahan 1.5 sdm gula pasir, serta mengkonsmsi mie instan 1 kali sehari. Tn. E tidak memiliki kebiasaan merokok. Tinggal di kos pada saat hari kerja, dan tinggal bersama kedua orang tua dan 2 kakaknya ketika hari libur. Keluarga tidak mengetahui jika Tn. E merupakan ODHA. Mengidap HIV-AIDS sejak kurang lebih 1 tahun lalu dan menjalani pengobatan ARV 1 minggu. Keluarga memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus. Hasil recall 24 jam sebelum masuk rumah sakit menunjukkan total asupan energi sebesar 536.2 kkal, protein 11.33 gram, lemak 13.24 gram dan karbohidrat 94.8 gram. Terapi medis yang saat ini diberikan kepada Tn.E adalah inj ranitidine, inj ondoncentaon,

omeprazole,

asam

tranxamat,

cepixone,nistatin,

ambroxol,

paracetamol.

Diagnosa Penyakit Tn. E didiagnosa menderita HIV-AIDS, PCP ( Pneumocystis Carinii Pneumonia), Candidiasis oral, dan melena.

Kata sulit: a. ODHA, PCP b. Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, SGOT, SGPT, CD4+.

PENJELASAN KATA SULIT a. ODHA, PCP a) ODHA ODHA merupakan sebutan bagi orang telah terinfeksi HIV/AIDS. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah orang tersebut dapat meninggal dunia hanya terkena pilek biasa. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Namun setelah dipastikan menjadi AIDS, maka waktu hidup yang tersisa hanya tinggal beberapa tahun saja. Apabila seseorang telah dinyatakan mengidap HIV/AIDS maka bukan hanya fisik yang menurun, namun juga psikis dan sosialnya turut terpengaruh. Secara fisik, ODHA akan menjadi sangat mudah terserang penyakit karena turunnya kekebalan dalam tubuhnya. Nafsu makan ODHA semakin berkurang sehingga rentan kehilangan berat badan yang drastis yang akan sangat merubah penampilannya. Selain itu, menurunnya kondisi fisik tersebut juga akan berpengaruh terhadap penurunan produktifitas ODHA dalam kesehariannya. b)

PCP Pneumocystis carinii pneumonia (PCP) atau yang saat ini dikenal dengan

Pneumocystis jirovecii pneumonia merupakan infeksi oportunistik tersering pada pasien HIV terutama pada pasien dengan CD4 kurang dari 200 sel/ul. Sebelum adanya profilaksis PCP dan antiretroviral (ARV), PCP terjadi pada 70-80% pasien HIV dan hampir 90% terjadi pada pasien HIV dengan CD4 kurang dari 200 sel/ul.1 Namun, setelah adanya profilaksis PCP serta ARV, insiden PCP pada

pasien HIV berkurang secara signifikan. Kebanyakan kasus PCP terjadi pada pasien yang tidak mengetahui status HIV nya atau pasien yang tidak mengonsumsi ARV. Angka mortalitas PCP 10-20% pada infeksi awal, meningkat seiring dengan kebutuhan ventilasi mekanik. Diagnosis PCP sangat sulit dilakukan karena gejala, pemeriksaan darah, serta radiografi thoraks tidaklah patognomonik untuk PCP. Selain itu, Pneumocystis jiroveciitidak dapat dikultur sehingga diperlukan pemeriksaan histopatologi atau sitologi, cairan dari broncho-alveolar lavage (BAL) atau sampel dari induksi sputum untuk mendiagnosis PCP secara definitif. Walalupun terdapat hambatan tersebut, deteksi kasus PCP sedini mungkin harus tetap dilakukan agar dapat segera ditangani dan mencegah mortalitas. Pneumocystis carinii diklasifikasikan sebagai jamur. PCP merupakan infeksi oportunistik tersering pada infeksi HIV/AIDS (Segreti, 2006). Lebih dari separuh (70- 80%) penderita AIDS mendapatkan paling sedikit satu episode PCP pada perjalanan klinis penyakitnya, dengan mortalitas berkisar antara 10 . 40% (Klatt, 2014). Wolff et al. (2011)mendapatkan bahwa HAART (Highly Active Anti Retroviral Therapy) merupakan suatu proteksi terhadap PCP sehingga menurunkan risiko terjadinya PCP. Cara penularan/transmisi pada manusia diduga melalui rute respirasi, dan reservoirnya diduga bersumber dari lingkungan atau manusia lainnya.3 Setelah terpapar, P carinii menempel pada sel epitel alveoler dan merupakan tahap yang penting untuk terjadinya respon imun. Untuk maksimalisasi kemampuan makrofag alveoler dalam mendeteksi dan clearence patogen, maka diperlukan sitokin-sitokin tertentu, seperti: interferon gamma (IFN- ¥), TNF-α dan granulocyte macrophagecolony stimulating faktor (GM-CSF). Pada infeksi HIV terjadi deplesi sel efektor imun seperti limfosit T, sehingga mengurangi jumlah sumber sitokin yang mengaktivasi makrofag alveoler tersebut. Hasil akhirnya, clearence P carinii menjadi jauh menurun dan terjadi survival serta replikasi P carinii di ruang alveoler dan terjadilah pneumonia (Martin, 2000).

b. Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, SGOT, SGPT, CD4+. a) Hb Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan perifer dan mengangkut CO2dari jaringan perifer ke paru-paru. Sintesis hemoglobin merupakan proses biokimia yang melibatkan beberapa zat gizi atau senyawa-antara. Proses sintesis ini terkait dengan sintesis heme dan protein globin (Maylina, 2010). Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel sampai sekitar 34 g/dL sel. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat lebih dari nilai batas metabolik dari mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya pada orang normal, presentase hemoglobin hampir selalu mendekati maksimum dalam setiap sel. Namun dalam pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, maka presentase hemoglobin dalam darah merah juga menurun karena hemoglobin untuk mengisi sel kurang. Bila hematokrit (presentase sel dalam darah normalnya 40-45%) dan jumlah hemoglobin dalam masingmasing sel nilainyanormal (Perdana, 2015). Menurut Soetjiningsih (2007), Penyebab rendahnya kadar hemoglobin dalam darah salah satunya adalah asupan yang tidak mencukupi. Asupan zat gizi sehari-hari sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Pengetahuan yang kurang menyebabkan remaja memilih makan diluar atau hanya mengkonsumsi kudapan. Penyebab lain adalah kurangnya kecukupan makan dan kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi, selain itu konsumsi makan cukup tetapi makanan yang dikonsumsi memiliki bioavaibilitas zat besi yang rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh kurang (Ikhmawati dkk, 2013). Di Indonesia batasan normal kadar hemoglobin yang digunakan sebagai ambang batas anemia untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin serta ibu hamil adalah sama dengan yang direkomendasikan oleh WHO (Departemen Kesehatan RI, 2002 dalam Zulaekah, 2007). Batas

normal kadar hemoglobin balita dan anak sekolah dapat dilihat pada Tabel berikut.

Kelompok Umur Kadar Hemoglobin (g/dL) Balita 11 Anak sekolah 12 Pria dewasa 13 Wanita dewasa 12 Ibu hamil 11 Sumber : Departemen Kesehatan RI (2002) dalam Zulaekah (2007)

b) Leukosit Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik untuk jenistak bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi (Sutedjo, 2006). Leukosit paling sedikit dalam tubuh jumlahnya sekitar 4.00011.000/mm3. Berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah leukosit tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda asing yang dihadapi dalam batas-batas yang masih dapat

ditoleransi

tubuh

tanpa

menimbulkan

gangguan

fungsi

(Sadikin,2002). Meskipun leukosit merupakan sel darah,tapi fungsi leukosit lebih banyak dilakukan di dalam jaringan. Leukosit hanya bersifat sementara mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila terjadi peradangan pada jaringan tubuh leukosit akan pindah menuju jaringan yang mengalami radang dengan cara menembus dinding kapiler (Kiswari,2014). Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit. a. Granulosit, yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat

granula-granula.

Granula-granula

ini

mempunyai

perbedaan kemampuan mengikat warna misalnya pada eosinofil mempunyai granula berwarna merah terang, basofil berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat.

b. Agranulosit, merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai inti sel satu lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Leukosit yang termasuk agranulosit adalah limfosit, dan monosit. Limfosit terdiri dari limfosit B yang membentuk imunitas humoral dan limfosit T yang membentuk imunitas selular. Limfosit B memproduksi antibodi jika terdapat antigen, sedangkan limfosit T langsung berhubungan dengan benda asing untuk difagosit (Tarwoto, 2007). Ada tidaknya granula dalam leukosit serta sifat danreaksinya terhadap zat warna, merupakan ciri khas dari jenisleukosit. Selain bentuk dan ukuran, granula menjadi bagian pentingdalam menentukan jenis leukosit (Nugraha, 2015). Dalam keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah dibakukan adalah basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan monosit. Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna sitoplasma serta granula didalamnya (Mansyur,2015).

c) Trombosit Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti dan terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang berukuran 2-4 μm, berbentuk cakram bikonveks dengan volume 5-8 fl. Trombosit setelah keluar dari sumsum tulang, sekitar 20-30% trombosit mengalami sekuestrasi di limpa (Kosasih, 2008). Trombosit disebut juga plateletatau keping darah. Trombosit tidak dapat dipandang sebagai sel utuh karena berasal dari sel raksasa yang berada di sumsum tulang, yang dinamakan megakariosit. Megakariosit di dalam pematangannya dipecah menjadi 3.000-40.000 serpihan sel, yang dinamai sebagai trombosit atau kepingan sel (platelet) tersebut. Trombosit mempunyai

bentuk

bulat

dengan

garis

tengah

0,75-2,25

mm,

tidakmempunyai inti. Kepingan sel ini masih dapat melakukan sintesis protein, walaupun sangat terbatas, karena di dalam sitoplasma masih terdapat sejumlah RNA. Trombosit masih mempunyai mitokondria, butir

glikogen yang mungkin berfungsi sebagai cadangan energidan 2 jenis granula yaitu granula-α dan granula yang lebih padat (Sadikin, 2013). Fungsi utama trombosit adalah membentuk sumbat yang merupakan respons hemostatik normal terjadinya cedera vaskular yang dapat terjadi kebocoran spontan darah melalui pembuluh halus. Fungsi trombosit ada tiga yaitu perlekatan (adhesi), penggumpalan (agregasi), dan reaksi pelepasan (Hoffbrand, 2016). Fungsi trombosit juga berhubungan dengan pertahanan, akan tetapi terutama bukan terhadap benda atau sel asing. Trombosit berfungsi penting dalam usaha tubuh untuk mempertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari penyusupan benda atau sel asing. Trombosit bergerombol (agregasi) di tempat terjadinya luka, ikut membantu menyumbat luka tersebut secara fisik dan sebagian trombosit akan pecah dan mengeluarkan isinya, yang berfungsi untuk memanggil trombosit dan sel-sel lekosit dari tempat lain. Isi trombosit yang pecah sebagian juga aktif dalam mengkatalisis proses penggumpalan darah, sehingga luka tersebut selanjutnya disumbat oleh gumpalan yang terbentuk itu (Sadikin, 2013). Trombosit berukuran sangat kecil dan diskoid, bergaris tengah 3,0x0,5 μm, dengan volume rerata 7-11 fl. Ultrastruktur trombosit dibagi menjadi tiga komponen: membran trombosit, sitoskeleton, dan organel. Membran plasma mengalami invaginasi ke dalam terior trombosit untuk membentuk suatu

sistem menjadi

terbuka (kanalikulus)

yang

menghasilkan

permukaan reaktif yang luas menyebabkan protein-protein dalam plasma dapat diserap secara selektif. Fosfolipid yang dikenal sebagai faktor trombosit 3 sangat penting dalam perubahan faktor koagulase X menjadi Xa protrombin (faktor II) menjadi trombin (faktor IIa)(Hoffbrand, 2016). Trombosit mengandung tiga jenis granula padat, α, dan lisosom. Granula α spesifik lebih banyak mengandung faktor pembekuan, PlateletDerived Growth Factor (PDGF), dan protein lain. Granula padat lebih jarang dan mengandung adenosin dipospat (ADP), adenosin trifosfat

(ATP), serotonin, dan kalsium. Lisosom mengandung enzim-enzim hidrolitik. Trombosit juga kaya akan protein penyalur sinyal dan protein membran sel yang menunjang perpindahan cepat dari keadaan reaktif menjadi aktif jika terjadi kerusakan pembuluh darah. Selama reaksi pelepasan yang dijelaskan di bawah granula dibebaskan ke sistem kanalikulus terbuka(Hoffbrand, 2016). d) Hematokrit Hematokrit berasal dari dua kata yaitu haem yang artinya darah dan krinein yang artinya memisahkan (Gandasoebrata,2010). Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti dan simpel dalam mendeteksi derajat anemia dan polisitemia, selain itu juga digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata –rata. Biasanya nilai

hematokrit

ditentukan

dengan

darah

vena

dan

kapiler

(Gandasoebrata, 2007). Nilai hematokrit merupakan volume semua eritrosit dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam % (persen), biasanya ditentukan dengan darah

kapiler

dan

vena

(Gandasoebrata,

2010).

Nilai

normal

hematokritpada laki -laki berbeda dengan wanita. Nilai hematokrit pada laki –laki yaitu 40–48% sedangkan pada wanita 37–43%. Umumnya kadar hematokrit pada wanita lebih rendah daripada laki -laki. Tabel 2. Faktor yang mempengaruhi kadar hematocrit Kondisi Umur

Efek terhadap kadar hematokrit

1. Bayi

Meningkat

2. Anak-anak

Lebih rendah dari nilai normal dewasa

3. Lansia

Meurun dari nilai normal dewasa

Gender

Wanita dewasa mempunyai nilai normal yang lebih rendah dari nilai normal laki-laki

Dehidrasi berat

dewasa

Anemia

Meningkat

Polisitemia

Menurun

Leukimia

Meningkat

Penduduk dataran tinggi

Menurun Meningkat

e) SGOT dan SGPT Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase yaitu serum glutamat oksaloasetat transaminase dan serum glutamat piruvat transaminase (SGPT). Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding SGPT. Hal ini dikarenakan enzim GOT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GPT banyak terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono, 2019). Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) merupakan enzim mitokondria yang berfungsi mengkatalisis pemindahan bolak-balik gugus amino dari asam aspartat ke asam α- oksaloasetat membentuk asam glutamat dan oksaloasetat (Price dan Wilson,1995). Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel hepar konsentrasinya rendah. Fungsi dari enzim-enzim hepar tersebut hanya sedikit yang diketahui. Nilai normal kadar SGOT < 35 U/L dan SGPT < 41 U/L. (Daniel S. Pratt, 2010) Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi selsel hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati (Cahyono 2019). Kerusakan membran sel menyebabkan enzim Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT) keluar dari sitoplasma sel yang rusak, dan jumlahnya meningkat di dalam darah. Sehingga dapat dijadikan indikator kerusakan hati (Ronald, et al., 2004; Ismail,et al.,2014). Pemeriksaan tes fungsi hati diperlukan guna membantu dalam diagnosis dokter terhadap pasien, terutama pasien DM dengan gangguan fungsi hati. Pemeriksaan tes fungsi hati yang diperlukan meliputi

pemeriksaan yang spesifik terhadap inflamasi parenkim hepar yaitu, Serum Glutamic

Oxaloacetic

Transaminase

(SGOT)

atau

Aspartarte

aminotransferase (AST) dan Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT) atau Alanine aminotransferase (ALT) bertujuan untuk mengetahui inflamasi yang terjadi dalam tubuh dan biasanya menjadi indikasi adanya gangguan (inflamasi) pada hati. (Gaze D.C., 2017)

f) CD4+ Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel ‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus (Daili et.al., 2009). Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok. Berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun, bahkan dapat ...


Similar Free PDFs