Bab 11 Aset Tetap (PPE) II PDF

Title Bab 11 Aset Tetap (PPE) II
Author dew jirawat
Course Accounting
Institution Universitas Brawijaya
Pages 13
File Size 230.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 124
Total Views 457

Summary

BAB 11Aset Tetap ( Property, Plant, and Equipment) II DepresiasiA. Capaian pembelajaran Kegiatan/Pertemuan 12 Mampu menerapkan konsep perlakuan akuntansi untuk akun asset tetap berwujud: 1) Mampu menjelaskan definisi depresiasi 2) Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang termasuk dalam proses depre...


Description

BAB 11 Aset Tetap (Property, Plant, and Equipment) II Depresiasi

A. Capaian pembelajaran Kegiatan/Pertemuan 12 Mampu menerapkan konsep perlakuan akuntansi untuk akun asset tetap berwujud: 1) Mampu menjelaskan definisi depresiasi 2) Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang termasuk dalam proses depresiasi 3) Mampu menghitung beban depresiasi dengan menggunakan metode garis lurus, aktivitas, dan metode beban menurun 4) Mampu membandingkan metode-metode depresiasi garis lurus, aktivitas, dan metode beban menurun 5) Mampu menjelaskan depresiasi perkomponen 6) Mampu menghitung depresiasi untuk periode parsial 7) Mampu menjelaskan perbedaan depresiasi dengan pengumpulan dana untuk penggantian aset 8) Mampu menghitung depresiasi jika terjadi revisi tarif depresiasi

B. Uraian Materi Aset tetap memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan seiring dengan pemakaiannya, kemampuan aset tetap dalam memberikan manfaat akan berkurang. Maka, biaya perolehan aset tetap harus dialokasikan sepanjar umur aset secara sistematis dengan melakukan depresiasi. Depresiasi adalah metode pengalokasian biaya aset tetap untuk menyusutkan nilai aset selama periode manfaat dari aset tersebut secara sistematis dan rasional. Sebelum melakukan depresiasi, perusahaan harus memperhatikan tiga hal berikut, yaitu dasar nilai depresiasi aset, taksiran masa manfaat, dan metode depresiasi.

Dasar Depresiasi Aset Dasar depresiasi aset adalah nilai yang akan dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaat aset. Nilai ini didapat dari hasil pengurangan biaya perolehan dan nilai residu. Nilai residu atau nilai sisa adalah estimasi jumlah yang diterima perusahaan ketika aset tersebut dijual atau dihentikan pemakaiannya. Jika suatu aset diperoleh dengan harga Rp 12.000.000 dan memiliki estimasi nilai residu sebesar Rp 2.000.000, maka dasar nilai depresiasi aset adalah Rp 10.000.000 (Rp 12.000.000 – Rp 2.000.000).

Taksiran Masa Manfaat Masa manfaat aset tetap adalah estimasi jangka waktu aset tetap dapat digunakan atau dapat memberikan manfaat. Masa manfaat suatu aset berbeda dengan masa fisiknya. Sebuah mesin, secara fisik mungkin saja mampu berproduksi selama 15 tahun, di luar masa manfaatnya selama 8 tahun. Tetapi, perusahaan tidak boleh menggunakan mesin selama 15 tahun, karena biaya produksi di tahun-tahun berikutnya akan terlalu tinggi. Dalam menentukan masa manfaat aset tetap, perusahaan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti ekspektasi penggunaan aset, keusangan teknis dan komersial dari aset karena perubahan teknologi, dan pembatasan legal atau penggunaan aset seperti tanggal kadaluwarsa penggunaan aset yang tertera dalam suatu kontrak. Perusahaan juga memperhatikan pengalaman penggunaan aset yang sejenis atau disesuaikan dengan peraturan yang berlaku seperti perpajakan. Perusahaan memberhentikan penggunaan aset karena dua alasan, yaitu faktor fisik (secara fisik tidak lagi memberikan manfaat) dan faktor ekonomi (aset tetap sudah usang atau ketinggalan jaman). Faktor fisik yang dimaksud adalah kerusakan yang menyulitkan aset untuk bekerja tanpa batas waktu. Sedangkan untuk faktor ekonomi diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu:

1) Ketidakcukupan, terjadi ketika tuntutan perusahaan sudah berubah. Contohnya, ketika perusahaan semakin berkembang dan membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih luas. Walaupun gedung lama masih berfungsi dengan baik, perusahaan membutuhkan gedung baru yang dapat menampung lebih banyak barang. 2) Supersession, penggantian suatu aset dengan aset lainnya yang lebih efisien dan ekonomis. Contohnya seperti penggantian komputer dual core dengan komputer core i3 atau penggantian sistem akuntansi manual dengan sistem akuntansi informasi. 3) Usang, semua situasi selain ketidakcukupan dan supersession.

Metode Depresiasi Metode depresiasi adalah metode yang digunakan perusahaan untuk pengalokasikan depresiasi nilai aset selama periode masa manfaat aset tersebut. Agar sistematis dan rasional, metode depresiasi harus mencerminkan pola manfaat aset yang diharapkan perusahaan. Terdapat beberapa metode depresiasi yang dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu metode garis lurus, metode aktivitas,dan metode beban menurun. Untuk memahami beberapa metode tersebut,

asumsikan

PT Betonjaya

baru saja

membeli forklift untuk

mempermudah perpindahan barang dalam gudang. Berikut informasi terkait pembelian tersebut: Harga perolehan Estimasi masa manfaat Estimasi nilai residu Masa produktif dalam jam 1)

Rp 85.000.000 5 tahun Rp 8.500.000 40.000 jam

Metode Garis Lurus Metode garis lurus adalah metode paling sederhana yang mengasumsikan

bahwa suatu aset digunakan secara konstan selama masa manfaatnya. Metode ini menggunakan dasar waktu penggunaan aset untuk mengalokasikan biaya yang dihitung sama setiap tahunnya selama masa manfaat. Beban depresiasi yang diakui oleh PT Betonjaya adalah

Depresiasi (Biaya perolehan – Nilai residu) = Masa manfaat aset (85.000.000 – 8.500.000) = 5 = 15.300.000 Metode garis lurus mengasumsikan kegunaan ekonomi, biaya pemeliharan, dan biaya perbaikan selalu sama setiap tahunnya. Metode ini juga menyebabkan tingkat pengembalian aset semakin meningkat seiring dengan pemakaian aset, hal ini disebabkan oleh nilai buku aset yang menurun namun biaya depresiasi tetap. Dijelaskan dalam ilustrasi berikut Tingkat Beban Tahun

Nilai Buku

Pendapatan

Pengembalia

Depresiasi n

2)

0 1 2

Rp 15.300 15.300

Rp 85.000 69.700 54.400

Rp 10.000 10.000

14,3% 18,4%

3

15.300

39.100

10.000

25,6%

4

15.300

23.800

10.000

42%

5

15.300

8.500

10.000

117,6%

Metode Aktivitas Metode aktivitas menghasilkan beban depresiasi yang berbeda-beda

tergantung

penggunaannya.

Perusahaan

mempertimbangkan

umur aset

berdasarkan output yang dihasilkan (jumlah produk) dan input yang digunakan (jam kerja). Secara konsep, pembebanan biaya yang tepat memang bergantung pada output, bukan jam kerja. Namun, output sulit diukur, sehingga input seperti jam mesin bisa dijadikan dasar untuk mengukur depresiasi. Jika pada tahun pertama PT Betonjaya menggunakan mesin forklift selama 5.000 jam, maka jumlah depresiasi yang diakui perusahaan adalah Depresiasi (Biaya perolehan – Nilai residu) = Total estimasi masa produktif = (85.000.000 – 8.500.000)

x Jam yang digunakan x 5.000

40.000 = 9.562.500 Metode aktivitas lebih tepat digunakan untuk menghitung depresiasi aset tetap yang bergerak untuk menghasilkan sesuatu, seperti mesin. Dengan metode ini perusahaan akan mencatat beban depresiasi yang rendah selama masa produksinya rendah dan mencatat beban depresiasi yang tinggi selama masa produksinya tinggi. Namun, metode ini tidak tepat jika diterapkan pada situasi dimana depresiasi didasarkan pada waktu, bukan aktivitas. Seperti bangunan yang terus menurun fungsinya karena digunakan untuk waktu yang lama, bukan karena aktivitas yang dilakukan oleh gedung tersebut.

3) Metode Beban Menurun Metode beban menurun akan membuat biaya depresiasi tinggi di tahun awal dan rendah di tahun akhir. Metode ini meyakini bahwa perusahaan harus mengenakan biaya depresiasi lebih banyak ditahun awal karena aset sedang dalam masa produktif. Nantinya, biaya akan konstan, karena biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan akan lebih tinggi di tahun akhir. a)

Metode jumlah digit (angka) tahun Metode ini menghasilkan biaya depresiasi berdasarkan penurunan pecahan

dari biaya yang dapat disusutkan. Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang dan jumlah tahun sebagai penyebut. Pembilang akan berkurang dari tahun ke tahun dan penyebut tetap konstan. Pada akhir masa manfaat aset, saldo yang tersisa harus sama dengan nilai residu. Maka depresiasi yang diakui oleh PT Betonjaya adalah Dasar

Sisa

Pecahan

Beban

Nilai Buku,

Depresiasi Rp 76.500 76.500

Umur 5

Depresiasi 5/15

Depresiasi Rp 25.500

akhir tahun Rp 59.500

4

4/15

20.400

39.100

3

3/15

15.300

13.800

2

2/15

10.200

13.600

1

1/15

5.100

8.500

Tahun 1 2 3 4 5

76.500 76.500 76.500

15

15/15

76.500

b) Metode Saldo Menurun (ganda) Metode saldo menurun dinyatakan dengan presentase yang merupakan hasil kelipatan dari metode garis lurus. Misalnya, masa manfaat suatu aset adalah 20 tahun, maka tarif garis lurus adalah 5% (1/20) dan tarif saldo menurun adalah 10% (5%*2). Metode saldo menurun tidak menggunakan nilai residu, sehingga dasar depresiasi aset adalah harga perolehan aset. Tarif saldo menurun akan dikalikan dengan nilai buku aset pada awal tahun. Beban penyusutan akan mengurangi nilai buku aset dan menghasilkan beban penyusutan yang lebih rendah setiap tahunnya. Proses ini berlanjut sampai nilai buku aset sama dengan nilai residu dan perusahaan harus menghentikan melakukan depresiasi. Beban depresiasi yang diakui oleh PT Betonjaya adalah Tahun

Nilai Buku,

Beban

Akumulasi

Nilai Buku,

40% 40%

Depresiasi b Rp 34.000 20.400

Depresiasi c Rp 34.000 54.400

akhir tahun d Rp 51.000 30.600

Tarif a

1 2

awal tahun Rp 85.000 51.000

3

30.600

40%

12.240

66.640

18.360

4

18.360

40%

7.344

73.984

11.016

5

11.016

40%

2.516 e

76.500

8.500

a : ((1/15)*2)*100 b : nilai buku awal tahun * tarif c : akumulasi depresiasi tahun sebelumnya + beban depresiasi tahun ini d : harga perolehan – akumulasi depresiasi e : limit, karena nilai buku tidak boleh kurang dari nilai residu Depresiasi Per komponen IFRS mensyaratkan bahwa setiap bagian dari PPE yang signifikan terhadap total biaya aset harus didepresiasi secara terpisah. Oleh karena itu, perusahaan

perlu menyusun daftar aset tetap secara terperinci berdasarkan komponen yang signifikan dalam aset tetap. Misalnya gedung, perusahaan harus mendepresiasi setiap komponen dari gedung seperti atap, pemanas atau pendingin ruangan, dan lift. Langkah yang harus dilakukan perusahaan adalah (1) mengidentifikasi komponen aset yang signifikan, (2) menentukan estimasi masa manfaat, (3) menentukan metode depresiasi, dan (4) menghitung biaya depresiasi komponen. Nilai depresiasi untuk aset tersebut adalah total nilai depresiasi setiap komponen. Asumsikan, pada tanggal 4 Januari 2020 Canindo Cruises membeli sebuah kapal persiar seharga Rp 700.000.000. Estimasi masa manfaat kapal persiar tersebut adalah 25 tahun dan tidak memiliki nilai residu. Canindo Cruises menggunakan metode garis lurus untuk menghitung depresiasi aset. Kapal persiar tersebut memiliki beberapa komponen dan Canindo Cruises sudah mengidentifikasinya satu persatu, yaitu sebagai berikut Komponen Kapal pesiar Mesin kapal Peralatan navigasi

Nilai Rp 420.000.000 224.000.000 56.000.000

Masa manfaat 25 tahun 13 tahun 10 tahun

Depresiasi yang diakui oleh Canindo Cruises adalah Komponen

Nilai

Kapal pesiar Mesin kapal Peralatan navigasi

Rp 420.000.000 224.000.000 56.000.000 Rp 700.000.000

÷ Masa

=

manfaat 25 tahun 14 tahun 10 tahun

Depresiasi Rp 16.800.000 16.000.000 5.600.000 Rp 38.400.000

Jurnal yang dicatat pada akhir tahun 2020 adalah Beban Depresiasi – Kapal Pesiar Rp 38.400.000 Akumulasi Depresiasi – Kapal Pesiar Rp 38.400.000 Nilai Buku Kapal Pesiar akhir tahun 2020 Kapal pesiar Akumulasi depresiasi – Kapal Pesiar Nilai Buku 2020

Rp 700.000.000) (38.400.000) Rp 661.600.000

Masalah Khusus Mengenai Depresiasi Depresiasi untuk Periode Parsial Perusahaan tidak selalu membeli aset tetap di awal periode dan melepasnya di akhir periode. Perusahaan bisa saja membeli aset tetap di tengah-tengah periode. Untuk menghitung beban depresiasi di periode parsial, perusahaan harus menghitung biaya penyusutan selama setahun penuh lalu menghitung biaya penyusutan selama periode yang terlibat dan berlanjut sampai habisnya masa manfaat aset. Yang perlu diingat dalam menentukan jumlah bulan adalah bila aset tetap dibeli sebelum tanggal 15 bulan tertentu, maka bulan tersebut dihitung sepenuhnya. Namun, bila aset tetap dibeli setelah tanggal 15 bulan tertentu, maka bulan tersebut tidak dihitung. Asumsikan, pada 20 April 2020 PT Citramulia membeli mesin jahit dengan harga Rp 30.000.000 dan masa manfaat 5 tahun tanpa nilai residu. Periode akuntansi perusahaan berakhir pada 31 Desember. Selama tahun 2020 PT Citramulia hanya menggunakan mesin tersebut selama 9 bulan. Sehingga depresiasi yang diakui oleh PT Citramulia jika menggunakan metode garis lurus adalah 30.000.00 9 1

x

0

=

Rp 4.000.000

5 2 Perhitungan depresiasi akan berbeda jika perusahaan menggunakan metode pengurangan biaya, seperti jumlah digit tahun atau saldo menurun. Asumsikan pada tanggal 20 Juni 2020 PT Citramulia membeli mesin lain seharga 12.000.000 dengan perkiraan masa manfaat 4 tahun tanpa nilai residu. Sehingga depresiasi yang diakui oleh PT Citramulia adalah Jumlah Digit Tahun Tahun pertama (4/10 x Rp 12.000.000) = Tahun kedua (3/10 x Rp 12.000.000) = Tahun ketiga (2/10 x Rp 12.000.000) =

Rp 4.800.000 3.600.000 2.400.000

Depresiasi tahun 2020 6/12 x Rp 4.800.000 Depresiasi tahun 2021 6/12 x Rp 4.800.000 6/12 x Rp 3.600.000

=

Rp 2.400.000

=

Rp 2.400.000

=

1.800.000 Rp 4.200.000

Depresiasi tahun 2022 6/12 x Rp 3.600.000

=

Rp 1.800.000

6/12 x Rp 2.400.000

=

1.200.000 Rp 3.000.000

Saldo Menurun Tahun pertama (50% x Rp 12.000.000) = Tahun kedua (50% x Rp 16.000.000) = Tahun ketiga (50% x Rp 13.000.000) = Depresiasi tahun 2020 6/12 x Rp 6.000.000 = Depresiasi tahun 2021 6/12 x Rp 6.000.000 = 6/12 x Rp 3.000.000

=

Rp 6.000.000 3.000.000 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000 1.500.000 Rp 4.500.000

atau (Rp 12.000.000 – Rp 3.000.000) x

= Rp 4.500.000

50% Depresiasi tahun 2022 6/12 x Rp 3.000.000

=

Rp 1.500.000

6/12 x Rp 1.500.000

=

750.000 Rp 2.250.000

atau (Rp 12.000.000 – Rp 7.500.000) x

= Rp 2.250.000

50% Depresiasi dan Penggantian PPE Sama dengan pengeluaran lainnya, depresiasi akan mengurangi laba bersih. Namun, depresiasi tidak melibatkan arus kas keluar periode yang bersangkutan. Depresiasi tidak menyediakan dana untuk penggantian PPE. Asumsikan sebuah

bisnis beroperasi dengan sebuah aset sebesar Rp 900.000 dan memiliki masa manfaat 3 tahun. Laporan posisi keuangan perusahaan pada awal periode adalah Aset Rp 900.000 Ekuitas Rp 900.000 Asumsikan perusahaan tidak menerima pendapatan selama 5 tahun, laporan laba rugi adalah Tahun 1

Tahun 2

Pendapata

Rp

-

n Depresiasi Rugi

(300.000) Rp (300.000)

Rp

Tahun 3 -

(300.000) Rp (300.000)

Rp

-

(300.000) Rp (300.000)

Total depresiasi aset perusahaan adalah Rp 900.000. Maka pada akhir tahun ketiga, perusahaan sudah tidak memiliki aset dan ekuitas. Sehingga benar adanya jika depresiasi tidak menyediakan dana untuk penggantian aset. Dana tersebut seharusnya berasal dari pendapatan yang dihasilkan melalui penggunaan aset. Tanpa pendapatan maka tidak ada arus kas yang masuk.

Revisi Tarif (masa manfaat) Depresiasi Perusahaan menentukan masa manfaat depresiasi berdasarkan pada pengalaman masa lalu aset serupa. Namun, ketentuan untuk depresiasi hanyalah sebuah estimasi. Dalam penggunaannya, aset mungkin saja mengalami kerusakan fisik yang tidak terduga dan mengharuskan perusahaan untuk merevisi umur aset. Oleh karena itu masa manfaat aset tetap harus direview minimal sekali dalam setahun. Misalnya, PT Alfaria membeli mesin oven seharga Rp 10.000.000 dengan estimasi masa manfaat selama 10 tahun tanpa nilai residu. Dalam menghitung nilai depresiasi, PT Alfaria menggunakan metode garis lurus. Beban depresiasi yang diakui perusahaan adalah 10.000.00 0 10

=

Rp 1.000.000

Pada pemakaian tahun ke-6, PT Alfaria memperkirakan bahwa oven tersebut dapat digunakan 15 tahun lagi, sehingga umur aset yang sebelumnya 10 tahun, berubah menjadi 20 tahun. Beban depresiasi yang diakui perusahaan adalah 10.000.00 = Rp 500.000 0 15 Perusahaan telah mengakui depresiasi lebih tinggi Rp 500.000 dari yang seharusnya selama 5 tahun, dapat dilihat pada perhitungan berikut Per tahun

Selama 5 Tahun

Depresiasi dengan masa Rp 1.000.000)

Rp 5.000.000)

manfaat 10 tahun Depresiasi dengan masa (500.000) (2.500.000) manfaat 20 tahun Kelebihan pencatatan Rp 1.500.000) Rp 2.500.000) PT Alfaria harus melaporkan perubahan estimasi ini pada periode saat ini dan yang akan datang. PT Alfaria tidak perlu membuat perubahan terhadap depresiasi yang telah dilaporkan ataupun menyesuaikan saldo awal untuk disamakan dengan estimasi baru. Untuk mencari biaya depresiasi untuk periode berikutnya (asumsi metode garis lurus) adalah dengan membagi nilai buku dikurangi nilai residu dengan sisa estimasi masa manfaat aset. Beban depresiasi yang diakui PT Alfaria untuk 15 tahun ke depan adalah Mesin oven Akumulasi depresiasi Nilai buku tahun ke 5 Sisa estimasi masa manfaat Depresiasi setelah tahun ke

Rp 10.000.000) (2.500.000) Rp 7.500.000) 15) Rp 7.500.000)

6 C. Rangkuman Mampu menjelaskan definisi depresiasi. Depresiasi adalah metode pengalokasian biaya aset tetap untuk menyusutkan nilai aset selama periode manfaat dari aset tersebut secara sistematis dan rasional. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang termasuk dalam proses depresiasi. Sebelum melakukan depresiasi, perusahaan harus memperhatikan

tiga hal berikut, yaitu dasar nilai depresiasi aset, taksiran masa manfaat, dan metode depresiasi.

Mampu menghitung beban depresiasi dengan menggunakan metode garis lurus, aktivitas, dan metode beban menurun. Metode Garis Lurus =

(Biaya perolehan – Nilai residu) Masa manfaat aset

Metode Aktivitas (Biaya perolehan – Nilai residu) = x Jam yang digunakan Total estimasi masa produktif Metode Beban Menurun Jumlah Digit Tahun Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang dan jumlah tahun sebagai penyebut. Pembilang akan berkurang dari tahun ke tahun dan penyebut tetap konstan Saldo Menurun Metode saldo menurun dinyatakan dengan presentase yang merupakan hasil kelipatan dari metode garis lurus. Misalnya, masa manfaat suatu aset adalah 20 tahun, maka tarif garis lurus adalah 5% (1/20) dan tarif saldo menurun adalah 10% (5%*2). Metode saldo menurun tidak menggunakan nilai residu. Tarif saldo menurun akan dikalikan dengan nilai buku aset pada awal tahun. Mampu membandingkan metode-metode depresiasi garis lurus, aktivitas, dan metode beban menurun. (1) Metode garis lurus, metode paling sederhana yang mengasumsikan bahwa suatu aset digunakan secara konstan selama masa manfaatnya. ...


Similar Free PDFs