Bab 12 Aset Tetap (PPE) III PDF

Title Bab 12 Aset Tetap (PPE) III
Author dew jirawat
Course Accounting
Institution Universitas Brawijaya
Pages 9
File Size 217.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 399
Total Views 557

Summary

BAB 12Aset Tetap ( Property, Plant, and Equipment) III ImpairmentA. Capaian pembelajaran untuk pertemuan 13 Mampu menerapkan konsep perlakuan akuntansi untuk akun asset tetap berwujud: 1) Mampu menjelaskan prosedur impairment aset tetap 2) Mampu mengaplikasikan prosedur impairment aset tetapB. Uraia...


Description

BAB 12 Aset Tetap ( Property, Plant, and Equipment) III Impairment

A. Capaian pembelajaran untuk pertemuan 13 Mampu menerapkan konsep perlakuan akuntansi untuk akun asset tetap berwujud: 1) Mampu menjelaskan prosedur impairment aset tetap 2) Mampu mengaplikasikan prosedur impairment aset tetap

B. Uraian Materi PSAK 48 mengenai Penurunan Nilai Aset menyatakan bahwa setiap perusahaan harus menilai asetnya untuk melihat apakah terdapat indikasi penurunan nilai aset. Aset tetap mengalami penurunan nilai ketika perusahaan tidak dapat memulihkan jumlah tercatat aset atau ketika terjadi kondisi dimana nilai tercatat lebih besar dari jumlah terpulihkan. Untuk menilai apakah suatu aset mengalami penurunan nilai, perusahaan meninjau aset tersebut melalui indikator penurunan nilai yang harus mempertimbangkan informasi eksternal dan internal, seperti Informasi eksternal 1) Adanya indikasi nilai aset turun secara signifikan lebih dari yang diperkirakan selama periode tersebut, akibat dari pemakaian normal atau berjalannya waktu 2) Adanya perubahan yang signifikan dalam teknologi, pasar, ekonomi, atau lingkup hukum tempat perusahaan beroperasi yang merugikan perusahaan selama periode tersebut atau dalam waktu dekat 3)

Adanya peningkatan suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar atas investasi selama periode tersebut dan mungkin akan mempengaruhi

tingkat diskonto dalam perhitungan nilai pakai aset dan menurunkan jumlah terpulihkan aset secara material Informasi Internal 4) Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasar 5) Adanya bukti keusangan atau kerusakan fisik aset 6) Adanya perubahan signifikan yang akan terjadi atau telah terjadi dan akan merugikan penggunaan aset atau diperkirakan akan digunakan. Perubahan yang dimaksud dalam hal aset tidak jadi digunakan, ada rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi penggunaan aset, ada rencana untuk melepas aset, dan penilaian kembali umur manfaat dari tidak terbatas menjadi terbatas. 7) Adanya bukti kinerja ekonomik aset lebih buruk atau akan lebih buruk dari yang diperkirakan 8) Dividen dari entitas anak, entitas asosiasi dan ventura bersama akan disajikan dalam laporan keuangan tersendiri berdasarkan metode biaya. Investor mengakui dividen jika terdapat bukti bahwa jumlah tercatat investasi dalam laporan keuangan tersendiri melebihi jumlah tercatat aset neto investee dalam laporan keuangan konsolidasian atau dividen melebihi total penghasilan komprehensif entitas anak, entitas asosiasi, dan ventura bersama pada periode dividen diumumkan. Jika terjadi indikasi penurunan nilai setelah perusahaan meninjau aset, maka harus dilakukan pengujian penurunan nilai. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan jumlah tercatat aset dan jumlah terpulihkan. Jumlah terpulihkan adalah mana yang lebih tinggi dari nilai wajar dikurangi penjualan atau nilai pakai. Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari suatu aset. Jika jumlah tercatat lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, maka selisihnya adalah rugi penurunan nilai. Jika jumlah tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan, maka tidak ada penurunan nilai yang dicatat.

Nilai Tercatat

dibandingkan

Jumlah terpulihkan

Yang lebih besar dari

Nilai wajar - Penjualan

Nilai Pakai

Sebagai ilustrasi, nilai tercatat sebuah aset adalah Rp 450.000, nilai wajar – penjualan adalah Rp 240.000, dan nilai pakai adalah Rp 300.000. Yang dilakukan pertama kali adalah mencari jumlah terpulihkan dengan membandingkan nilai wajar – penjualan dan nilai pakai, dipilih mana yang lebih tinggi antara Rp 240.000 dan Rp 300.000. Yang lebih tinggi adalah Rp 300.000, maka nilai pakai lah yang dijadikan dasar jumlah terpulihkan. Jumlah terpulihkan sebesar Rp 300.000 akan dibandingkan dengan nilai tercatat Rp 450.000, jika nilai tercatat lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, maka terjadi penurunan nilai dan selisihnya menjadi kerugian atas penurunan nilai sebesar Rp 150.000. Ilustrasi lain, nilai tercatat sebuah aset adalah Rp 300.000, nilai wajar – penjualan sebesar Rp 350.000, dan nilai pakai sebesar Rp 300.000. Yang dilakukan

pertama

kali

adalah

mencari

jumlah

terpulihkan

dengan

membandingkan nilai wajar – penjualan dan nilai pakai, dipilih mana yang lebih tinggi antara Rp 350.000 dan Rp 300.000. Yang lebih tinggi adalah Rp 350.000, maka nilai wajar - penjualan lah yang dijadikan dasar jumlah terpulihkan. Jumlah terpulihkan sebesar Rp350.000 akan dibandingkan dengan nilai tercatat Rp 300.000, jika nilai tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan, maka tidak terjadi penurunan nilai dan selisihnya tidak perlu dilaporkan. Kerugian penurunan nilai aset diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian tersebut tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset tersebut. Setelah pengakuan kerugian penurunan nilai, beban depresiai disesuaikan untuk mengalokasikan nilai tercatat selama sisa masa manfaat. Sebagai ilustrasi, PT Akasha mempunyai peralatan dengan nilai perolehan Rp 40.000.000 dan memiliki masa manfaat 10 tahun tanpa nilai residu. Pada 31

Desember 2020 saldo akumulasi depresiasi peralatan adalah Rp 8.000.000 dan jumlah terpulihkan adalah Rp 30.000.000. PT Akasha menggunakan metode garus lurus. Perhitungan kerugian atas penurunan nilai adalah Peralatan Nilai perolehan Akumulasi depresiasi Jumlah tercatat Jumlah terpulihkan Kerugian atas penurunan nilai

Rp Rp Rp

40.000.000) (8.000.000) 32.000.000) (30.000.000) 2.000.000

Jurnal untuk mencatat kerugian atas penurunan nilai 31 Des

Kerugian atas penurunan nilaiRp 2.000.000

20

Peralatan Akumulasi depresiasi –

Rp 2.000.000 peralatan Setelah pengakuan kerugian atas penurunan nilai di tahun 2020, jumlah tercatat peralatan menjadi Rp 30.000.000. Dengan sisa umur manfaat aset selama 8 tahun, maka depresiai yang diakui PT Akasha adalah 30.000.00 = Rp 3.750.000 0 8 Jurnal untuk mencatat depresiasi tahun 2020 31 Des 20

Beban Depresiasi Akumulasi depresiasi -

Rp 3.750.000

Rp 3.750.000 peralatan Jika sepanjang penggunaan aset setelah penurunan nilai, PT Akasha mengidentifikasi jumlah terpulihkan yang lebih besar dari jumlah tercatat, maka PT Akasha harus mencatat penurunan nilai.

Unit Penghasil Kas dan Goodwill Penentuan nilai terpulihkan dilakukan untuk aset secara invidual, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk independen dari aset lain. Untuk arus kas masuk aset yang hanya dapat ditentukan dalam satu kelompok aset, jumlah terpulihkannya ditentukan dengan unit penghasil kas, seperti investasi di

entitas asosiasi atau di anak perusahaan. Penurunan nilai unit penghasil kas dalam bentuk investasi pada entitas asosiasi atau anak perusahaan dialokasikan ke aset dari unit penghasil kas tersebut. Penurunan nilai periode pertama dialokasikan untuk menurunkan nilai goodwil. Jika masih tersisa, sisanya akan dialokasikan secara prorate atas aset tetap dan aset tidak berwujud yang dimiliki entitas. Kerugian penurunan nilai periode berikutnya dapat dipulihkan sebesar nilai tercatat aset pada periode tersebut (jika tidak terjadi penurunan nilai). Pemulihan penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi sebagai keuntungan. Namun, penurunan nilai yang telah dilakukan untuk goodwill tidak dapat dipulihkan. Sebagai ilustrasi, pada 31 Desember 2020 PT Phonix melakukan pengujian penurunan nilai terhadap unit penghasil kas X dan memperoleh informasi sebagai berikut: Jumlah tercatat Unit Penghasil Kas X Aset Tetap, pada biaya terdepresiasi Aset Tidak Berwujud, pada

Rp biaya Rp

terdepresiasi Goodwill Persediaan Piutang Properti Investasi, pada biaya terdepresiasi Jumlah terpulihkan Properti investasi Unit penghasil kas X

8.000.000 4.500.000

Rp Rp Rp Rp Rp

1.500.000 2.000.000 1.500.000 6.000.000 23.500.000

Rp Rp

5.500.000 20.000.000

Jumlah tercatat lebih besar dari jumlah terpulihkan, maka terjadi penurunan nilai sebesar Properti Investasi Jumlah tercatat Jumlah terpulihkan Kerugian atas penurunan nilai Unit penghasil kas X Jumlah tercatat Penurunan nilai properti investasi

Rp Rp Rp Rp

Jumlah terpulihkan

6.000.000) (5.500.000) 500.000) 23.500.000) (500.000) 23.000.000) (20.000.000)

Kerugian atas penurunan nilai

Rp

3.000.000)

Properti investasi akan diturunkan nilainya sebesar kerugian atas penurunan nilai dan menjadi sebesar jumlah terpulihkan. Kerugian atas penurunan nilai unit penghasil kas X sebesar Rp 3.000.000 hanya dialokasikan pada goodwill, aset tetap, dan aset tak berwujud karena aset selain itu berada diluar ruang lingkup PSAK 48. Alokasi kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut

Aset Tetap, Aset Tidak Berwujud Goodwill Persediaan Piutang Properti

Jumlah tercatat

Alokasi kerugian

Jumlah tercatat

Rp

8.000.000

penurunan nilai Rp (960.000)

setelah alokasi Rp 7.040.000

Rp

4.500.000

Rp

(540.000)

Rp

3.960.000

Rp Rp Rp

1.500.000 2.000.000 1.500.000

Rp Rp Rp

(1.500.000) -

Rp Rp Rp

2.000.000 1.500.000

Rp

5.500.000

Rp

-

Rp

5.500.000

Rp

(3.000.000)

Rp

Investasi, Rp

23.000.00

20.000.00

0

0

Alokasi kerugian penurunan nilai pada aset tetap 8.000.000 = (3.000.000 – 1.500.000) x (8.000.000 + 4.500.000) = 960.000 Alokasi kerugian penurunan nilai pada aset tidak berwujud 4.500.000 = (3.000.000 – 1.500.000) x (8.000.000 + 4.500.000) = 540.000 Jurnal yang harus dibuat 31 Des

Kerugian atas penurunan nilaiRp 500.000

20

31 Des 20

properti investasi Properti Investasi Kerugian atas penurunan nilai Goodwill Aset Tetap Aset Tidak Berwujud

Rp 500.000 Rp 3.000.000 Rp 1.500.000 Rp Rp

960.000 540.00

Pemulihan Kerugian atas Penurunan Nilai Setelah mencatat kerugian atas penurunan nilai, jumlah terpulihkan menjadi dasar aset. Lalu pada tinjauan tahun selanjutnya, aset tidak lagi mengalami penurunan nilai karena jumlah terpulihkan lebih tinggi dari jumlah tercatat. Maka, kerugian penurunan nilai dapat dihapus atau dipulihkan. Sebagai ilustrasi, PT Delta memiliki peralatan dengan nilai perolehan Rp40.000.000 dan masa manfaat 4 tahun tanpa nilai residu. Peralatan diperoleh pada 1 Januari 2020 dan disusutkan dengan metode garis lurus. Perhitungan beban depresiasi dan nilai buku adalah sebagai berikut Tanggal 31/12/2

Beban Depresiasi Nilai Buku Rp 10.000.000 Rp 30.000.000

0 31/12/2

Rp

10.000.000 Rp

20.000.000

1 31/12/2

Rp

10.000.000 Rp

10.000.000

2 31/12/2

Rp

10.000.000 Rp

-

3 Pada 31 Desember 2020, PT Delta menghitung kerugian atas penurunan nilai sebesar Rp 4.500.000. Maka jurnal yang dicatat adalah 31 Des 20 Sehingga

Kerugian atas penurunan nilai-Peralatan Rp 4.500.000 Akumulasi depresiasi - peralatan Rp 4.500.000

Jumlah tercatat 31 Des 20

Rp

30.000.000)

Kerugian atas penurunan nilai

(4.500.000)

Nilai buku 1 Jan 21

25.500.000)

Nilai buku 1 Januari 2021 akan menjadi dasar nilai depresiasi untuk sisa tahun berikutnya. Untuk mencari beban depresiasi 3 tahun ke depan adalah Rp25.500.000/3 tahun yaitu Rp 8.500.000. Hasil perhitungan beban depresiasi dan nilai buku menjadi berubah seperti perhitungan berikut

Tanggal 31/12/2

Beban Depresiasi Nilai Buku Rp 8.500.000 Rp 17.000.000

1 31/12/2

Rp

8.500.000 Rp

8.500.000

2 31/12/2

Rp

8.500.000 Rp

-

3 Pada akhir tahun 2021, PT Delta menentukan bahwa jumlah terpulihkan adalah Rp 18.000.000, yang mana lebih tinggi dari nilai buku tahun 2021 yaitu Rp17.000.00. PT Delta dapat memulihkan kerugian atas penurunan nilai yang sudah diakui tahun sebelumnya. Jurnal yang dicatat adalah 31 Des 21

Akumulasi depresiasi – peralatan Kerugian atas Penurunan Nilai –

Rp 1.000.000 peralatan

C.

Rp 1.000.000

C. Rangkuman Mampu menjelaskan prosedur impairment aset tetap. Pengujian penurunan nilai dilakukan dengan membandingkan jumlah tercatat aset dan jumlah terpulihkan. Jika jumlah tercatat lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, maka selisihnya adalah rugi penurunan nilai. Jika jumlah tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan, maka tidak ada penurunan nilai yang dicatat. Jumlah terpulihkan adalah mana yang lebih tinggi dari nilai wajar dikurangi penjualan atau nilai pakai. Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari suatu aset. Kerugian penurunan nilai aset diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian tersebut tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset tersebut. Setelah pengakuan kerugian penurunan nilai, beban depresiai disesuaikan untuk mengalokasikan nilai tercatat selama sisa masa manfaat. Mampu mengaplikasikan prosedur impairment aset tetap. Sebagai ilustrasi, PT Akasha mempunyai peralatan dengan nilai perolehan Rp 40.000.000 dan memiliki masa manfaat 10 tahun tanpa nilai residu. Pada 31 Desember 2019 saldo akumulasi depresiasi peralatan adalah Rp 8.000.000 dan jumlah terpulihkan adalah Rp 30.000.000. PT Akasha menggunakan metode garus lurus. Maka, perhitungan kerugian atas penurunan nilai adalah Peralatan Nilai perolehan Akumulasi depresiasi Jumlah tercatat Jumlah terpulihkan Kerugian atas penurunan nilai

Rp Rp Rp

40.000.000) (8.000.000) 32.000.000) (30.000.000) 2.000.000

Jurnal untuk mencatat kerugian atas penurunan nilai 31 Des

Kerugian atas penurunan nilaiRp 2.000.000

19

Peralatan Akumulasi depresiasi – Rp 2.000.000 peralatan...


Similar Free PDFs